Matahari mulai menunjukkan dirinya. Sekelompok burung berkicauan di atas sana. Embun-embun pagi diatas daun dan suara ayam tetangga yang berkokok, menambah kesan pada pagi yang indah ini.
Sepertinya, langit masih mengantuk dan terlalu malas untuk memulai hari ini. Iya, hari Senin. Hari yang paling menyebalkan bagi Aletta, begitu juga Alora untuk memulai hari awal sekolah.
Mereka adalah sepasang kakak adik yang kembar. Tapi rasanya, peran mereka seperti tertukar. Aletta yang nakal, kekanak-kanakan, malas, energik, pokoknya tidak layak untuk menjadi seorang kakak. Sebaliknya, Alora cenderung lebih diam, tidak banyak tingkah, dewasa dan mandiri.
Sampai terkadang, ayah dan ibu mereka pun merasa bahwa mungkin Aletta sepertinya tertukar dengan anak yang lain.
Oke, kembali ke awal. Alora dengan mata imutnya yang masih mengantuk mencoba membukanya lebar-lebar. Ia langsung mengambil handuk dan baju seragam sekolahnya.
Alora mendekat ke arah Aletta yang masih tertidur pulas yang sedang tengkurap. "Hei, bangun pemalas." Ucap Alora sambil menyilangkan kedua lengan di dadanya.
Tanpa basa-basi, Alora pun mengguyur Aletta dengan air satu gelas penuh di atas kepalanya yang berada di laci meja membuat kepala Aletta basah kuyup.
"Hei, yang benar dikit kalau mau bangunin!" Ucap Aletta geram sambil mengusap wajahnya yang basah dan langsung beranjak berdiri.
"Kamunya yang gak bisa dibangunin." Ucap Alora singkat lalu pergi.
Aletta pun langsung mengambil baju seragam dan handuk juga untuk persiapan sambil menggerutu tentang Alora. Dia tidak ada habis-habisnya untuk menyumpahi anak itu.
"Sumpah, kalau dia bukan adikku, sudah lama ku tendang dia sampai galaksi Andromeda." Ucap Aletta hiperbola yang sepertinya masih belum reda juga amarahnya.
***
Mereka berdua sudah sampai di sekolah. Sekolah Excellent High School. Banyak sekali teman Aletta yang langsung menghampirinya. Mereka heboh dan langsung menceritakan kejadian-kejadian konyol saat hari liburan kemarin.
Sedangkan Alora hanya bisa sabar sambil memasang headphone di kedua telinganya. Belum sempat memutar musik, Alora sudah mendengarkan hal-hal yang tidak wajar dari teman Aletta.
"Hei Aletta, kamu tahu gak, adik kelas kita yang culun itu, menghilang!" Ucap Hazel heboh sambil menekankan kata terakhir yang ia ucapkan.
"Iya, bener banget. Katanya dia menghilang gak ada kabar. Ijin enggak, sakit enggak, pindah sekolah pun enggak." Ucap Jaze menambahi omongan Hazel.
"Apalagi, akhir-akhir ini banyak tau mitos hutan misterius." Ucap Saava yang menakut-nakuti mereka bertiga.
Karena Aletta mudah percaya dengan omongan temannya, akhirnya ia tak kalah hebohnya dari mereka.
Wajah Aletta mendekat ke arah Saava. "Emang iya? Terus, apa hubungannya antara hutan sama anak itu?" Ucap Aletta sambil bergidik ngeri.
"Hutan misterius itu jadi populer akhir-akhir ini. Katanya, ada satu jiwa yang bangkit, gak tau itu jiwa apa, akhirnya dia bangunin jiwa yang lain." Ucap Saava serius.
"Se populer itu?" Tanya Aletta makin penasaran.
"Iya sih, tapi aku gak pernah tau tentang hutan misterius itu." Ucap Jaze dan Hazel bersamaan sambil mengedikkan bahu mereka.