Bab 2

360K 12.9K 142
                                    

         2 Bulan Yang Lalu

      Azka berjalan melintasi lobi menuju lift dengan sebuket bunga di tangannya. Seperti biasa, dimana ada keramaian disitulah Azka akan menjadi objek pamandangan. Seperti sekarang, pria itu berhasil menarik perhatian orang-orang untuk melihat atau sekedar melirik ke arahnya. Dia tampan dan masih muda. Terlihat sempurna dengan seragam yang menjadi ciri khas pekerjaannya. Jika saat sedang bekerja ia selalu mengenakan topinya, tapi kini ia melepasnya. Kemeja putih sebatas lengan dengan celana bahan berwarna hitam. Empat garis berwarna emas melekat dipundaknya sebagai tanda pangkat. Azka adalah seorang pilot.

    Orang-orang yang ada di lobi memperhatikan Azka yang sedang berjalan melewati mereka dengan gagahnya menuju ke lift khusus petinggi kantor tersebut.

   Di dalam lift, Azka terlihat seperti orang yang sedang berpikir keras. Sejak turun dari pesawat 1 jam yang lalu, pria itu benar-benar gugup. Bahkan sampai sekarang, rasa gugup itu masih melanda dirinya. Sebentar lagi, ia akan melakukan sesuatu. Sesuatu yang sebenarnya bukan yang pertama untuknya, tapi tetap saja menimbulkan kegelisahan yang luar biasa.

    TING. Pintu lift terbuka, Azka melangkahkan kakinya di lantai 22, tempat dimana ia akan menyatakan semua rasa yang ada dihatinya.

    Azka berjalan keluar dari lift, seolah hafal betul setiap jengkal lantai itu. Ia terus berjalan ke tempat tujuannya tanpa takut salah langkah. Ia berjalan menuju sebuah ruangan dengan pintu kayu yang tertutup. Pintu itu sangat besar, dihiasi ukir-ukiran yang jelas sekali merupakan hasil karya seorang pemahat profesional.

    Ruangan itu adalah milik Clara, kekasihnya.

    Sebelum memasuki ruangan tersebut, Azka melewati meja sekretaris pemilik ruangan itu. Dia memberikan isyarat agar sekretaris itu tetap diam, dan tidak melakukan apapun. Sekretaris itu mengangguk, memberi tanda bahwa ia mengerti isyarat yang diberikan Azka.

    Sebelum masuk ke dalam ruangan Azka menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan semua keberaniannya. Azka tidak mau terlihat gugup di hadapan sang kekasih.

    TOK TOK TOK . Diketuknya pintu tersebut.

    "Masuk..." Mendengar jawaban dari sang pemilik ruangan, Azka langsung membuka pintu dan masuk kedalam ruangan.

   "Hai," Azka menyapa pemilik ruangan dengan senyum hangat lalu berjalan mendekat.

    Clara tidak mengira orang yang mengetuk pintunya ternyata Azka. Kedatangan pria itu dengan spontan membuat Clara berdiri, dengan kedua tangan menutupi mulutnya.

    "Kamu datang?" tanya Clara.

    Azka tidak menjawab dan terus berjalan mendekat. Ketika jarak diantara mereka hanya terpaut satu meter, Azka berhenti kemudian merentangkan kedua tangannya.

    "Tidak ingin memelukku?" Goda Azka yang membuat pipi Clara langsung memerah dan berlari kepelukannya.

    "Kamu tetap hangat seperti biasa," gumam Clara lalu melepas pelukannya.

   "Kapan kamu kembali ke Jakarta?"

   "Satu jam yang lalu." jawab Azka apa adanya.

   "Dan kamu langsung kesini tanpa mengganti seragam kebesaranmu ini?"

   "Demi bertemu denganmu, Clara." Azka kembali tersenyum sambil menatap wajah kekasihnya yang cantik.

Captain, I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang