Dandelion.

764 40 3
                                    

Melankolis. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan Noah. Tekun, perasa, serius, dan perfeksionis. Laki-laki dengan perawakan tinggi dan kurus ini memiliki jari-jari paling ajaib di mata Lily. Jemari Noah selalu bisa membuat Lily tak berkedip memperhatikan Noah yang sedang menorehkan warna-warna indah di kanvas. Sering kali Lily tertangkap basah oleh mata hijau Noah karena sedang memperhatikan apa yang sedang ia lukis. Lily hanya bisa bergeming. Ia hanya bisa tersenyum, dan Noah akan terus melanjutkan lukisannya sambil tertawa kecil. Mereka adalah sahabat sejak kecil. Mereka juga bertetangga, juga bersekolah di tempat yang sama.

Dulu saat Lily berumur empat tahun, Lily senang bermain sendirian di taman. Suatu hari, saat ia sedang bermain dan mencabuti bunga-bunga dandelion yang ada sambil menari dan meniup bunga-bunga dandelion itu, Noah tiba-tiba datang menghampiri Lily. Noah menunjukan sebuah gambar yang dibuat dengan krayon di buku gambarnya kepada Lily. Lily terkagum-kagum, gambar itu adalah gambar dirinya yang sedang meniup bunga dandelion dan menari-nari di taman dengan hembusan angin hangat musim semi.

"Oh, ya! Ternyata kau memakai anting-anting! Aku harus menggambarkannya disini," kata Noah. Kemudian ia membuka kotak krayon yang dibawanya, lalu menggambar anting di kedua telinga Lily pada gambar tersebut. Sejak saat itulah mereka berteman, dan saling mengenal satu sama lain.

***

Hari ini Lily sedang berada di rumah Noah. Hari sudah sore, tetapi ia masih sibuk membantu Noah menata ruangan tempat Noah menyimpan seluruh hasil karyanya. Sejak kecil, mereka menyebut ruangan itu sebagai ruang imajinasi mereka. Ruangan ini terdapat di loteng rumah Noah. Lily menyimpan cello, alat musik kesayangannya di ruang imajinasi ini. Sesekali, dikala Noah sedang memikirkan inspirasi untuk lukisannya, Lily akan memainkan cello untuknya.

Noah ini berbeda dari remaja kebanyakan. Disaat remaja laki-laki seusianya menghabiskan waktu dengan bermain video games, skateboard, sepakbola, atau bermain band, ia hanya duduk disini dan melukiskan imajinasinya. Terkadang Lily senang mengajak Noah pergi ke suatu tempat untuk memberi Noah imajinasi untuk lukisannya.

Setelah selesai merapihkan ruang imajinasi ini, Noah berkata, "Lily, apa kau mau aku bawakan minum? Kau terlihat kepanasan."

Sekarang ini sedang musim panas. Udara panas yang pengap di loteng ini memang membuat tubuh Lily berkeringat dan kelelahan.

"Tidak, terima kasih, Noah. Lagipula sepertinya aku harus segera pulang. Ibuku pasti sedang menunggu di rumah," jawab Lily.

Lily tiba-tiba mengambil sebuah kertas dari saku celana jeansnya.

"Kau harus ikut ini, Noah," kata Lily sambil memberikan kertas itu. Kertas itu adalah brosur sebuah lomba seni, khususnya melukis.

"Entahlah, aku masih ragu. Nanti kupikirkan lagi. Terima kasih, Lily," jawab Noah.

"Baiklah, semoga keputusanmu nanti itu yang terbaik. Sampai jumpa!" Lily bergegas keluar dari rumah Noah.

Lily tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia mampir ke toko milik Mrs. White. Toko itu adalah toko kesukaan Noah. Noah biasanya datang ke toko ini setiap hari sabtu. Mrs. White memiliki segalanya yang Noah butuhkan untuk membuat karya-karya menakjubkan. Lily sengaja datang ke toko ini untuk mencari hadiah khusus yang sudah ia pesan pada Mrs. White. Noah besok akan berulang tahun, walaupun sepertinya Noah sendiri lupa akan ulang tahunnya besok.

"Sore, Lily. Kau pasti mau mengambil pesananmu, ya?" tanya Mrs. White.

"Sore, Mrs. White. Ya, aku sudah tidak sabar melihat hadiah untuk Noah," kata Lily.

Mrs. White kemudian mengambil sebuah kotak, "Ini sangat cocok untuk Noah. Aku yakin ia pasti suka," kata Mrs. White. Kotak itu penuh dengan cat air berwarna pastel.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang