Bab 4

3 0 0
                                    

Soraya sengaja menginjak kaki Niv dengan kuat, dan ia segera kabur dari sana. Sungguh, ia akan berteriak jika Niv berani mengejarnya. Namun, pria itu justru berbalik dan pergi meninggalkan pasar. Ini aneh, sebenarnya apa yang diinginkan pria itu dari Soraya. Setelah Soraya dibuat ketakutan dan kebingungan seperti ini, ia berharap Niv tidak lagi berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya dan menatap kosong ke arah rumahnya.

“Gila! apa maksud orang itu?” Setelah cukup jauh, Soraya berhenti berlari, ia mengatur napas sembari melihat ke belakang. Niv sudah berjalan menjauh, pria berjubah panjang itu sama sekali tidak membalik badannya, ia terlihat tenang.

Soraya tidak ingin berlama-lama di sana, setelah ia membeli semua keperluannya, Soraya langsung pulang.

Namun, yang kembali membuatnya bertanya-tanya, saat ia sampai di rumah, Soraya melihat kotak kecil aneh yang terlihat seperti sengaja diletakkan di depan pintu. Penasaran, tangannya mengambil kotak perak yang berukiran indah itu dan mulai membukanya.

Setelah melihat apa isi di dalamnya, Soraya terkejut. Ia tidak yakin jika benda itu dihadiahkan untuknya. Lagi pula orang gila seperti apa yang ingin memberikannya kalung emas.

Soraya lalu memasukkan kembali kalung itu ke dalam kotaknya, ia meletakkan kotak itu ke tempat semula. Walaupun ia menemukannya di depan pintu rumanya, ia yakin benda itu milik seseorang yang entah bagaimana bisa ada di sana. Soraya tidak berani mengambilnya, ia segera masuk dan menutup pintu.

Tanpa dia sadari, dari kejauhan, berdiri seorang pria berjubah yang sedari tadi menunggunya di tempat yang tersembunyi.

***

“Dia tidak ingin lagi menemuiku. Sekarang harus bagaimana?” Lucy duduk di hadapan kedua temannya, ia terlihat kacau karena terlalu banyak memikirkan sesuatu.

“Itu artinya, mungkin kau harus mengiklaskan dia. Lebih baik kita pokus pada penjualan kita, dari pada memikirkan cinta tidak terbalasmu itu," jawab Lunna yang yang tengah mengunyah kacang tanpa melirik ke arah Lucy.

“Atau mungkin, dia sudah memiliki wanita lain di hatinya,” sahut Emely.

“Tidak mungkin! Aku wanita pertama yang berhasil berbincang dengannya.” Lucy tidak ingin kalah.

Ravi memang pria yang pendiam, dan sangat sulit sekali didekati. Lucy sadar itu, tapi ia akan terus mencoba kembali membuat Ravi berurusan dengannya.

Lunna dan Emely terus menyuruh Lucy untuk berhenti memikirkan Ravi, tapi Lucy tentu menolak saran kedua temannya itu. Dia ingin Emely dan Lunna mendukung keputusannya, bukan malah mematahkan semangatnya. “Kalian tidak mengerti cinta ternyata.”

Mendengar itu, Lunna ingin sekali menjambak rambut temannya yang tidak bisa diberi nasehat. “Justru dulu kami terlalu percaya cinta hingga menjadi janda seperti sekarang.”

“Jangan libatkan aku! aku masih percaya cinta. Aku menjadi janda karena suamiku meninggal, bukan seperti suamimu yang berselingkuh!” jawab Emely yang tidak terima.

“Benar, tidak semua pria seperti mantan suamimu itu.” Lucy menambahkan.

“Oh baiklah, mungkin aku kebetulan menjadi wanita yang sial karena mengenal pria bajingan.” Lunna beranjak, dia sudah tidak perduli dengan apa yang ingin Lucy lakukan. Sepanjang apa pun dia bercerita, Lucy tidak akan mendengarkan, dan wanita itu hanya akan percaya dengan apa yang ingin ia percaya.

 

***

Di malam hari, Soraya mendengar pintu rumahnya ada yang mengetuk, ia tidak tahu siapa di luar karena tidak ada suara seseorang. Awalnya ia ragu untuk membuka pintu, tapi suara ketukan itu tidak berhenti mengganggunya.

Pengorbanan TersenyumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang