31. A Blessing In Disguise

1.3K 170 57
                                    


"The best view comes after the hardest climb."




Happy reading~
























Satu Pekan Kemudian

Waktu berlalu begitu cepat. Sudah satu pekan sejak hari itu, dan kini Ahyeon serta Aurora tengah dalam perjalanan menuju lokasi yang dikirimkan Jennie. Sebuah undangan makan malam yang terdengar sederhana, namun entah mengapa terasa istimewa.

Ahyeon menyandarkan kepalanya di pundak Aurora. Mereka duduk berdampingan di kursi penumpang, sementara Paman Lim tetap fokus pada kemudinya. Di dalam mobil yang melaju tenang, Ahyeon meraih tangan Aurora, jemari mereka saling bertaut dengan begitu alami. Aurora menanggapinya sangat lembut, ibu jarinya mengusap pipi Ahyeon yang bersandar padanya. Sentuhan itu terasa begitu nyaman, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Ahyeon memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam kehangatan yang Aurora berikan. Andai saja waktu bisa berhenti di sini, dalam momen yang begitu tenang dan damai.

Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan megah. Cahaya lampu kristal yang berpendar dari dalam menambah kesan mewah tempat itu. Paman Lim dengan sigap keluar dan membukakan pintu untuk Aurora, lalu dengan cepat berlari kecil ke sisi lainnya, membukakan pintu untuk Ahyeon.

Ahyeon melangkah keluar, matanya menelusuri tempat yang berdiri anggun di hadapannya. Restoran bintang lima ini tampak begitu eksklusif. Ia menghela napas pelan, bertanya-tanya dalam hati mengapa ibunya memilih tempat semewah ini hanya untuk makan malam bersama. Bahkan, ibunya sempat mengirimkan sebuah dress khusus untuk dikenakan malam ini. Semua ini terasa berlebihan, tapi Ahyeon tahu bahwa ini adalah ciri khas Jennie Kim—selalu penuh kejutan.

"Ayo, Sayang. Mommy sudah menunggu kita," ujar Aurora dengan senyum lembut, menyodorkan lengannya.

Ahyeon tersenyum kecil sebelum merangkul lengan kekasihnya. Bersama-sama, mereka melangkah masuk ke dalam restoran, mengikuti langkah pelayan yang mengantar mereka menuju ruang VIP yang telah dipesan sebelumnya.

Namun, begitu pintu ruangan terbuka, langkah mereka terhenti seketika. Mata Ahyeon membesar, napasnya tertahan. Aurora pun tampak terkejut.

Di dalam ruangan yang tertata mewah itu, tidak hanya Jennie yang menunggu. Kedua orang tua Ahyeon, begitu pula kedua orang tua Aurora, telah duduk dengan anggun di sana, menanti kedatangan mereka.

Ahyeon dan Aurora saling berpandangan. Hati mereka berdegup lebih kencang.

Malam ini, rupanya bukan sekadar makan malam biasa.

"Mommy? Kenapa ramai sekali? Ada apa ini?" Ahyeon langsung melontarkan pertanyaan begitu ia tiba di ruangan tersebut. Matanya menyapu seluruh meja makan yang penuh dengan sosok-sosok familiar, namun hatinya dipenuhi kebingungan. Ia bahkan tidak sempat menyapa mereka satu per satu, terlalu terkejut dengan pemandangan di depannya.

Aurora segera meraih tangan Ahyeon, menautkan jemari mereka dengan erat. Wajahnya pun memancarkan keterkejutan yang sama. Ia tidak menyangka bahwa makan malam ini akan melibatkan seluruh keluarga mereka.

"Sayang, bersikaplah yang sopan. Ucapkan salam kepada Tante Irene dan Om Suho," tegur Jennie lembut, namun dengan nada yang mengisyaratkan keseriusan.

Lowkey.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang