Jam pembelajaran sudah selesai. Para tenaga pengajar mulai menyudahi agenda tepat setelah bel berbunyi, menyudahi materi hari ini dan mempersilahkan para murid untuk beristirahat sejenak sebelum kembali dihadapkan dengan materi pembelajaran lainnya.
Semua murid mulai berhamburan keluar kelas menuju kantin atau fasilitas lain di sekolah. Begitupula dengan para murid di kelas spesial kesayangan Pak Eko.
"(Name), ayo ke kantin," ajak Amu yang sudah berdiri di sisi meja (Name), tak lupa ada sosok Upi di belakangnya. Dua orang gadis yang memiliki perbedaan tinggi itu terlihat sangat antusias untuk segera meluncur ke kantin.
"Kalian berdua aja dulu, ya? Aku harus ke ruangan Kepsek sekarang. Ada perlu," tolak (Name) dengan lembut. Gadis dengan surai sepunggung yang distyling half-up itu menatap kedua temannya dengan senyuman yang selalu Ia pancarkan.
"Oh, yang tadi Pak Bejo bilang, ya?" tebak Amu. (Name) lantas mengangguk, lalu beranjak dari posisi duduknya.
"Pak Eko, Amu. Bukan Pak Bejo. Ya udah, aku duluan, ya." (Name) berlalu keluar kelas. Namun, tak lama setelahnya Ia kembali masuk saat sadar bahwa Ia melupakan sesuatu.
"Sho! Katanya mau minta koyo? Ayo, aku sekalian mau ke klub dulu," ucap (Name) dengan lantang pada Sho yang masih duduk di tempatnya.
Mendengar perkataan (Name), Sho mengangguk dan mendekati (Name) yang sedang menunggunya di ambang pintu kelas. Kemudian keduanya berjalan bersama menuju ruangan klub sains.
"Kamu ada urusan apa ke ruangan Kepsek?" tanya Sho berusaha memecah keheningan diantara keduanya. (Name) melirik Sho sekilas, lalu kembali menatap jalan di hadapannya.
"Klub sains sekolah kita ditunjuk buat ngewakilin daerah kita untuk lomba pameran sains nasional. Jadi aku dan beliau mau ngurus pendaftarannya dulu, sekalian diskusi soal projek apa yang mau dibuat," jelas (Name) dengan sangat terperinci. Membuat sang penanya mengangguk paham setelah mendengarnya.
"Jadi kamu bakal dispen sampai pulang?" tanya Sho sekali lagi. Ia menduga seperti itu karena sudah paham, jika klub sains memiliki projek pasti gadis di sebelahnya ini akan dispen dari kegiatan pembelajaran.
"Cuma sampai jam ketiga, kok. Jam keempat aku nanti masuk. Soalnya bakal ada kuis. Aku gak mau kehilangan nilai," jawab (Name). Yah, gadis itu memang seperti itu. Tak mau kehilangan baramg satu poin dalam hal pembelajaran.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan ruang klub sains. (Name) membuka kunci pintu, lalu mempersilakan Sho untuk masuk dan menunggu dirinya sejenak.
"Sho, duduk di situ dulu, ya. Aku cari koyo-nya sebentar. Maaf kalau berantakan, kemarin anak-anak ada iseng nyoba eksperimen yang mereka liat di internet," ucap (Name). Sho membalasnya dengan anggukan, sementara sang gadis mencari dimana keberadaan medkit milik klub.
Setelah beberapa menit mencari, akhirnya (Name) mendapatkan barang yang Ia cari. Koyo. Gadis itu segera menghampiri Sho yang sedang menunggu.
"Sho, maaf lama. Ini koyo-nya. Kamu minta tolong Toro atau Lin aja yang pasangin. Ini koyo cabe, jadi kalau kamu gak kuat sama panasnya, mending minta ke UKS aja." (Name) menyodorkan sebungkus koyo pada Sho, dan diterima dengan senang hati oleh laki-laki itu.
"Thanks. Kalo gitu aku ke kelas dulu. Kamu semangat sama lombanya. Semoga lancar sampai hari pertandingan," ucap Sho. Setelahnya pemuda itu kembali ke kelas, menyisakan (Name) di ruangan itu.
Tak lama setelah Sho pergi, beberapa anggota klub datang dan menghampiri (Name). "Udah dateng semua?" tanya (Name) saat melihat anggota klub datang. Mereka dengan serempak mengangguk, menjawab pertanyaan (Name).
"Ya udah, kalau gitu kalian beresin ruangannya. Aku sama Hana bakal nemuin Kepsek untuk urus perlombaannya. Setelah selesai, kalian urus surat dispensasi ke BK." Setelah menjelaskan tugas untuk anggota yang lain, (Name) dan satu orang bernama Hana segera pergi menuju ruangan Kepsek.
"(Name), si Sho tadi ngapain ke klub?" tanya Hana disela perjalanan mereka. Rupanya gadis itu sempat melihat Sho yang keluar dari ruangan klub.
"Tadi di kelas ada sedikit tragedi. Jadi punggungnya sakit, terus minta koyo," balas (Name) dengan mata yang terus fokus pada koridor menuju ruangan Kepsek.
"Emangnya kita masih ada koyo? Kemaren kayaknya udah aku buang semua, soalnya udah kadaluarsa. Belum beli lagi aku," ucap Hana. Mendengar itu (Name) mengerjapkan matanya beberapa kali. Ah, bagaimana jika koyo yang Ia berikan pada Sho adalah koyo yang kadaluarsa?
"Kayaknya aku salah kasih, deh. Duh, gimana, ya? Takutnya kalo Sho pakai ada efek sampingnya." Gadis itu terlihat khawatir dan merasa bersalah. (Name) takut jika koyo kadaluarsanya menyebabkan sakit lain pada Sho.
"Gini aja. Habis dari ruangan Kepsek, kamu minta koyo ke Lin. Habis itu kamu kasih ke Sho lagi," ujar Hana memberi saran. (Name) lantas mengangguk, menyetujui ide dari Hana.
Tak lama setelahnya, mereka berdua sampai di ruangan Kepsek. Lantas keduanya segera masuk dan menemui Kepsek untuk menuntaskan urusan mereka.
"Hana, kamu ke klub duluan, ya. Aku mau ke UKS terus ke kelasku dulu," ucap (Name) lalu beranjak pergi menuju UKS dan menuntaskan keperluannya yang lain.
Sesampainya di UKS, (Name) melihat Lin yang sedang melakukan eksperimen aneh lainnya.
"Lin, ada stok koyo, gak?" tanya (Name) dengan terburu-buru. Lin mengalihkan pandangannya dari serangga yang menjadi bahan percobaannya.
"Cari aja di lemari. Kenapa lo butuh koyo? Encok? Makanya jangan belajar terus," tutur Lin yang kemudian kembali fokus pada eksperimennya.
"Bukan aku. Tadi Sho jatuh dari atap, jadi katanya punggungnya sakit. Aku udah kasih koyo dari klub sains, tapi katanya udah kadaluarsa," ucap (Name). Gadis itu kini sedang mencari tanggal kadaluarsa dari koyo yang sedang dipegangnya.
"Makasih, Lin. Aku duluan." (Name) segera pergi setelah mendapatkan hal yang dimau. Meninggalkan Lin yang masih fokus dengan percobaan anehnya.
(Name) dengan cepat sudah sampai di kelas. Ia langsung menghampiri Sho yang sedang berbincang dengan Kiki dan Toro.
"Sho, koyo yang tadi udah kamu pakai?" tanya (Name) dengan sedikit terengah karena berlari.
"Belum. Kenapa?" Mendengar itu (Name) menghela napas lega. Setidaknya Ia tepat waktu untuk memberikan koyo yang baru untuk Sho.
"Syukurlah. Ini, pakai yang ini aja. Kata Hana yang tadi itu udah kadaluarsa. Takutnya kalau kamu pakai yang itu, nanti ada efek sampingnya," jelas (Name) lalu menyodorkan sebungkus koyo yang baru.
"Thanks." Sho menerima koyo dengan senang hati. Dalam hatinya Ia sedang gemas melihat (Name) yang terlihat begitu khawatir.
"Ya udah, aku balik ke klub dulu. Aku udah izin dispen, jadi nanti kalau diabsen tolong bilangin, ya. Makasih!" Setelahnya (Name) kembali ke ruang klub.
"Loh? (Name) mau kemana lagi?" tanya Upi yang baru kembali dari kantin bersama dengan Amu. Kedua gadis itu menghampiri Toro dan kawan-kawan.
"Ke klub sains. Ada projek, jadi dia bakal dispen," jelas Toro pada Amu dan Upi. Yang bertanya hanya mengangguk ria.
"Enak, ya? Bisa dispen kelas. Mana nilainya masih bisa bagus, lagi," keluh Upi yang merasa iri dengan (Name) yang bisa membolos kelas.
"(Name) bolos juga bukan buat ke kantin," sindir Sho. Mendengar itu Amu dan Upi lantas menatap sinis Sho. Mereka merasa tersindir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY - WEE!!! X Reader!
FanfictionKebahagiaan yang datang di tengah ketakutan akan mimpi buruk. Disaat rasa takut itu mulai menghantui lagi, mereka datang untuk mengusirnya. Menghalangi kedua mataku agar tak bisa menatap sosoknya yang seram. Memberi hangat dikala hawa dingin menusuk...