Tw // Gun, mention of deathMalam sudah semakin larut, detak suara jam terdengar menggema di ruangan persegi itu. Nggak ada satupun makhluk hidup di sana yang nyoba buat bikin keributan, atau ubah suasana yang awalnya suram jadi lebih menyenangkan. Selain lampu yang menyala di atas meja kerja dan segelas teh herbal yang hampir dingin, Kirana, dia masih sibuk berhadapan dengan komputernya di kantor butik.
Masih memeriksa laporan bulanan dari bisnisnya, sesekali memeriksa kembali jadwalnya pada bulan itu. Begitu terus, hingga jam menunjukkan pukul 21.07.
Nggak lama setelah itu, telepon yang berada di atas meja kerja Kirana berbunyi nyaring. Sangat nyaring, sampai Kirana bisa ngerasain sensasi nyeri pada kepalanya.
Tapi pada akhirnya Kirana tetap angkat panggilan itu, walau dia merasa jengkel. “Halo?”
“Cześć siostro, To jest Mahesa!”
Mendengar sapaan itu tubuh Kirana jadi jauh lebih rileks. Ternyata adiknya. Dia urungkan niatnya buat marahin orang di sebrang sana karena udah berani hubungi dia di jam segini.
“Halo, ada apa Sa? Nggak biasanya langsung telepon.”
“Aku udah chat mbak Kiran dari dua jam lalu, tapi nggak mbak bales. Jadi aku coba telpon mbak pakai nomor kantor, eh ternyata di angkat.”
Oh, Kirana baru sadar. Ternyata HPnya udah lowbat. Pantes Mahesa hubungi dia pakai nomor telepon kerjanya.
“Oke, sorry then.”
“Nggak apa-apa, aku ngerti kok. By the way, Mbak kapan mau ke Warsawa?”
“Mbak masih sibuk Sa.... kayaknya belum bisa jengukin kalian dalam waktu dekat.”
Ada jeda sebentar di seberang sana, sampai Mahesa bilang “Aku kangen sama yang lain.”
“Mbak juga kangen mereka….” Mata Kirana jatuh pada sebuah foto dirinya bersama tujuh adiknya yang berada di atas meja. “Mbak kangen kalian semua.”
“Kalau gitu, gimana kalau kita ngumpul–”
“No, we can’t.” potong Kirana, terdapat penekanan di tiap katanya.
“Maksudnya, kita masih belum bisa ketemu.”
“I know.” Suara Mahesa kedengaran bergetar.
“Maaf karena aku selalu ngomong begitu setiap telponan sama mbak.”
"Hey, nggak perlu minta maaf. Ini salah mbak juga karena udah pisahin kalian semua.” Kirana gigit bibir bawahnya, berusaha tahan air matanya biar nggak jatuh.
“Kita semua pisah juga demi kebaikan kita masing-masing, demi bisa kumpul lagi dengan jumlah yang utuh.” Kirana bisa dengar suara helaan nafas Mahesa. Kedengaran berat banget, bahkan berhasil bikin dada Kirana terasa sesak.
“Mbak bakal usahain kita bisa kumpul lagi di Indonesia.” Final Kirana, layaknya sebuah janji.
“Mbak bakal coba, selesaikan semua urusan dengan dia.”
“Mbak nggak perlu selesaikan semuanya sendirian, mbak Kiran bisa andalin kita.”
“Mana bisa begitu.” Kirana menggeleng. “Mbak udah janji sama Bunda buat jaga kalian sama Ayah. Kalau kalian ikut turun, gimana kalau kalian kenapa-napa?”
“Mbak tuh suka ngeremehin….”
“Mbak cuma nggak mau ngambil resiko paling bahayah, Mahesa. Bukan ngeremehin.”
Kirana sadar debatnya dengan Mahesa malam itu pasti bakal berakhir buruk. Jadi dia sudahi panggilan malam itu.
“Mbak tutup telponnya ya, disini udah jam sembilan malam soalnya. Mbak mau pulang.”
“Iya, hati-hati ya pulangnya. Jangan ngebut. dobranoc siostro..”
“Selamat malam juga,” Telepon pun terputus.
Kirana renggangkan tubuhnya, sebelum bereskan beberapa barangnya. Dan segera pergi meninggalkan kantornya.
Selama dalam perjalanan pulang, Kirana wondering lagi sama keputusannya. Karena perpisahan jarak dengan saudara sendiri seperti saat ini bikin dia hampir setiap hari dilanda resah. Nggak bisa tidur karena mikirin adik-adiknya, nggak fokus kerja karena mikirin adik-adiknya, bahkan keluar rumah pun rasanya jadi lebih menyeramkan karena ngebayangin gimana jadinya kalau hari itu jadi hari terakhir dia hidup.
Mereka semua pisah tuh, cuma karena satu alasan. Nyawa mereka lagi nggak selamat!
Kesadaran Kirana langsung ditarik paksa waktu ada tembakan yang berhasil pecahin kaca depan mobilnya. Di depan sana, udah ada satu mobil yang sengaja halangi jalan Kirana. Ada seseorang yang arahin pistol ke mobilnya Kirana. Tanpa pikir panjang Kirana belokkan sedikit stir mobilnya, manuver ke kiri sampai berhasil melaju lebih cepat dari mobil tersebut.
Kirana berdecih kesal ketika sadar bahwa pistol yang selalu dia letakkan di laci dashboard tidak ada di sana. Mau tidak mau dia harus berusaha menghindari kejaran dari orang tersebut.
Suara tembakkan kembali terdengar, kali ini melesat karena Kirana sudah tau kemana peluru itu akan mendarat. Kirana tambahkan lagi kecepatan mobilnya, tidak peduli dengan suara deru mesin mobilnya yang menggema keras pada jalanan yang lenggang.
Malam dan bulan telah menjadi saksi dari aksi kejar-kejaran tersebut. Suara tembakan tak kunjung henti, dentingan peluru yang melesat pun membuat jantung Kirana semakin berdegup kencang.
Sebuah ide melintas di otak Kirana. Di depan sana sudah ada bundaran, ketika jaraknya sudah stabil. Kirana putar setir mobil secara mendadak, sampai mobil itu manuver berbalik arah dengan tajam. Kirana naikkan lagi kecepatan mobilnya, dan mobil yang mengejarnya tadi berhasil tertinggal di belakang.
Hembusan nafas halus terdengar, jantung Kiran masih berdetak cepat setelah insiden tadi. Rasanya begitu cepat berlalu, terlambat sedikit mungkin nyawa Kirana sudah tidak selamat karena tertangkap mereka.
Sedikit lagi…. Nyawanya bisa tidak selamat. Ya…. Kirana pikirkan lagi soal adik-adiknya setelah insiden mematikan yang barusan terjadi. Andai saja dia berada di situasi yang berbeda, ketika dia sedang pergi bersama salah satu adiknya, dan adiknya tidak berhasil menghindari muntahan peluru tadi….
Ah…. Pisah di situasi kayak gini ternyata nggak begitu buruk.
****
Hallo semuaa, apa kabarnya? Maaf karena udah ngilang begitu lama. Maaf ya? Maaf banget.
But anyway.... akhirnya aku bisa update lagi, doain aja semoga nggak banyak kendala sampai harus nunda atau 'hiatus' lagi.... itu serem sih, semoga enggak.
Just that, aku bingung mau ngomong apa lagi. enjoy your day❤️
3.08.2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother's Past [Sinb x NCT Dream Au]
Novela JuvenilSeseorang bisa hidup dan bertahan di bumi ini karena satu dan lain hal. Ada yang tetap hidup demi orang yang dia cintai, ada yang tetap hidup demi kebahagiaannya sendiri, ada yang masih bertahan hidup demi kebahagiaan orang lain walau nyawanya di uj...