1

7 2 0
                                    

[2099]

Malam ini aku, mama, papa dan sabit (kucingku) menaiki mobil putih kami, menyusuri kota baru yang akan kami tinggali, kota ini penuh gedung pencakar langit, tidak seperti kota kota sebelumnya yang gedung tingginya hanya ada beberapa saja
Di kota ini hampir semua gedungnya mencakar langit dengan beragam bentuk entah itu bentuk spiral, lingkaran seperti iglo yang besar hingga bentuk lama ala tahun 1800-an tapi dengan desain yang lebih futuristik. Aku tidak pernah mengingat nama kota yang pernah kami tinggali, untuk apa memangnya? Kami selalu pindah kurang dari 1 Minggu dari setiap kota yang kami tinggali. Tapi aku sangat takjub dengan kota ini aku akan terus mengingat nama kota ini "ARCHÍTY "

Ayahku adalah seorang traveler, dia selalu menulis banyak hal tentang tempat tempat yang pernah kami kunjungi di tabletnya, sedangkan ibuku dia seorang writer, aku tidak tahu apa yang selalu ditulis ibuku, aku pernah sesekali melihat e-book milik ibuku di proyektor, tapi ibuku malah marah dia bilang ini bukan untuk anak kecil.

Sekarang, dari mobil putih kami aku melihat langit langit kota yang hanya dipenuhi gedung, aku bahkan tidak bisa melihat awan apalagi bintang yang kusuka. Tiba tiba asap terlihat dari kejauhan, disusul dengan kerumunan demonstrasi yang membawa obor menyala.

"Bahaya tingkat tiga disarankan untuk putar arah, bahaya ting-,"
Ayahku mematikan peringatan pendeteksi bahaya di mobil kami, "Yang benar saja, mereka kira ini zaman apa!, mereka hanya akan menambah polusi dengan obor itu!."

Gumam ayahku sambil terus melajukan mobil kami, aku melihat keributan kota dari jalan, aku tidak terlalu memedulikannya, mungkin hanya demo atau pertengkaran kecil, karena keributan itu kucingku sabit yang awalnya tidur terbangun. Dia mengeong dan lompat dari keranjang tempat dia tidur ke pangkuanku. Aku mengelus bulu hitam sabit, menggendongnya sehingga kucingku bisa melihat pemandangan kota, tapi bukanya pemandangan kota yang terlihat namun hanyalah orang orang yang berteriak dan membombardir sekitar.

Ayah yang dari tadi menyetir dengan tenang tiba tiba menginjak rem, ibuku yang berada di sebelahku spontan terbangun dari tidurnya. "Apa yang terjadi?," Tanya ibuku
"Kerusuhan itu, mereka menghalangi jalanan," ayahku menyahutnya. Beberapa orang yang tadinya menghalangi jalan berjalan menuju mobil kami. Mereka terlihat menakutkan bagiku aku yang kala itu masih berusia 8 tahun, mereka pria kekar mengenakan kaos dengan logo gang yang mengerikan, berambut jambul, mempunyai tindik dan tato. Mereka yang sudah berdiri di samping mobil kami, salah satu dari mereka mengetuk jendela mobil, ayahku membukanya hanya setengah.

"Maaf pak, tempat ini ditutup untuk demostrasi, lebih baik anda putar balik ke gerbang selatan saja," kata salah satu orang berjambul itu, ayahku menggangguk, lalu berbisik ke pria berjambul.

"Kalau boleh tau, kenapa penduduk melakukan demostrasi di ibu kota ini?" Tanya ayahku.

"Ini benar benar masalah besar pak, agency kota terbelah menjadi 2 kubu, jika kita biarkan kota ini akan hancur cuma gara gara agency yang tidak becus itu," kata pria berjambul penuh kekesalan.

"Agency?" Ayahku terkejut matanya membelalak mendengar hal itu, aku sama terkejutnya karena tidak pernah melihat ayahku yang terkejut seperti itu.

"Apa maksudmu!, kapan hal ini terjadi?!," ibuku menyela pembicaraan dengan nada resah.

"Agency baru saja hancur beberapa jam lalu, ada ledakan besar di markas mereka, bahkan para agent sedang bentrok sekarang, tidak ada keamanan kota disini" penjelasan pria berjambul.

"Terimakasih informasinya"sahut ayahku sambil mengaktifkan mode terbang mobil.
"Mode terbang hanya bisa di-"
Ayahku mematikan peringatan lagi, mode itu harusnya hanya diaktifkan diwaktu darurat saja, tapi ayahku kini mengaktifkannya, mobil kami melesat di udara seperti pesawat meninggalkan para pria berjambul itu.

"Yang benar saja! Kau akan membawa Nana dalam masalah ini!"Ibuku berseru frustasi."Kita tidak punya banyak waktu, kita harus mengirimkan sampel ini dengan cepat!"Jawab ayahku sambil memencet mencet tombol kendali mobil menambah kecepatannya.
"A-apa yang terjadi mama?", aku menggenggam tangan mamaku dengan takut.

"Hey...my sweetheart...,jangan khawatir ayahmu akan membawa kita sampai ke rumah dengan cepat",
Mamaku dengan suara lembutnya mencoba membuatku tidak panik. Tapi tetap saja pemandangan kerusuhan kota dari bawah sangat mencekam, merah penuh api, laser laser dari robot tempur memporak porandakan gedung. Aku melihat penduduk yang tadinya melakukan demostrasi berlarian menyelamatkan diri dari para robot itu.

"Jangan lihat kebawah Nana", kata ibuku yang kini tangannya menutup mataku. Mobil kami melesat semakin cepat ke pusat kota menuju ke gedung agency yang roboh keseluruhannya.

"Bahaya tingkat dua disarankan untuk putar arah, bahaya tingkat dua disarankan untuk putar arah", Peringatan terus berbunyi, tapi ayahku tidak memedulikannya,mobil kami terus melaju mendekati gedung itu.

suara gedung yang roboh terdengar menggelegar, sabit yang ketakutan melompat kembali ke kandangnya yang berada di belakang mobil, ayahku dengan langkas mengemudikan mobil terbang kami melewati reruntuhan gedung agency dan menghindari berpapasan langsung dengan robot robot tempur itu, ayahku menghentikan mobil berniat memarkirkan mobil kami di belakang reruntuhan besar gedung agency. Tiba tiba suara tembakan terdengar dari belakang mobil.

"Bahaya tingkat satu disarankan mengaktifkan mode keselamatan, Bahaya tingkat satu disarankan mengaktifkan mode keselamatan", peringatan tingkat satu terdengar.

"Aaaaa mamaaa", teriak ku sambil memeluk ibuku, tembakan itu menembus dinding mobil kami, ayahku sponta menaikan laju mobil kami lagi, meninggalkan robot robot yang terus menembaki kami, tapi kerusakan bagian belakang mobil kami sangat parah, koper kami satu persatu terjatuh karena tekanan udara. Aku melihat kandang sabit yang hampir jatuh."Amankan koper kita! Sampel itu ada didalamnya!", teriak ayahku. Ibuku dengan lincah menuju bagian belakang mobil yang kroak mengamankan koper kecil berwarna abu abu dengan lambang agency, kandang sabit yang berada di ujung lubang hampir terbang."Sabit!!" Aku berlari menyusul ibuku yang berada di belakang mobil, dan meraih pengangan kandang sabit.

"Apa yang kau laku-!", belum habis kata ibuku suara tembakan robot penembak yang terbang menghentikannya. "Nana bawa koper ini dan segera kembali ke tempat duduk mu!"

"T-tapi.."

"Cepat!!", bentak ibuku aku dengan cepat mengambil koper itu segera pergi dari belakang mobil, sekilas aku melihat kebelakang ibuku mengeluarkan tameng entah dari mana. Sejak kapan mama mempunyai benda itu?, apa yang sebenarnya terjadi?, apa yang membuat ayah menerobos pasukan tempur robot robot itu?. Semua pertanyaan itu berputar di kepalaku.

"Mesin mengalami kerusakan, mesin akan segera dinonaktifkan, dimohon untuk segera keluar dari kendaraan dalam hitungan '5'"

"Tsk, mesin ini sama sekali tidak berfungsi" keluh ayahku, sebelum mobil kami tiba tiba menukik tajam ke bawah.

'4'

Aku hanya meringkuk ketakutan sambil memegang kandang sabit dan koper abu abu itu, sirene mobil berbunyi keras.

'3'

ayahku mengaktifkan mode keselamatan, gelembung udara aktif mengelilingi mobil kami.

'2'

Hitungan dari sistem membuat situasi bertambah buruk, dengan cepat gelembung itu sirna tembakan dari robot tempur dengan mudah menghancurkannya, mobil kami terus jatuh kebawah.

"1"
"mesin dinonaktifkan"

Sebelum benturan terjadi ibuku memelukku mengaktifkan barrier disekitar tubuh kami, mobil kami membentur tanah.

TerhubungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang