easy peasy

14 2 0
                                    

Kayak biasa begitu melipir ke apartemennya,  cowok bermarga Koo bakal menginvasi seluruh sofa: berbaring nyaman dengan kendali remot ditangan.

Tentu saja si empunya kebagian lesehan di karpet kalau lagi nggak mood merebut wilayahnya.  Kayak sekarang ini.  Rose jelas sudah memamerkan muka kesalnya sejak Junhoe muncul.

"Mau mengomel atau mendiamkanku sampai besok?" Junhoe akhirnya menyerah menunggu ceweknya ngomong duluan. Terlebih Junhoe bukan tipikal yang bakal merajuk supaya ceweknya berterus terang. Hanya saja sebelum ia bangun,  Rose duluan menekan bantal sofa ke wajahnya.
Junhoe berontak, berusaha meraih tangan ceweknya selama beberapa detik sebelum akhirnya berhasil menyingkirkan benda itu.

"Woah,  aku sampai mau mati begini pasti dosaku besar ya?"

"Dosa besar?  Kau mengaku? " Teriak Rose murka.  Junhoe pikir Rose bercanda atau sesuatu membuatnya bad mood makanya Junhoe kebagian getahnya. Kalau begini,  Junhoe nggak mikir dua kali menunjuk dirinya sebagai tersangka.

"Hei! Aku bisa mengaku kalau itu kesalahanku.  Jadi bisa kau jelaskan dulu apa masalahnya?" Ini harus dimulai dengan perlahan.  Junhoe mungkin peka situasi tapi bukan dukun. Dan dia nggak bisa pakai emosinya juga.    Seseorang harus dingin paling tidak. Rose jelas ingin menamparnya saat ini.

"Brengsek! Kau bilang ke Megan kepingin putus denganku!"

Junhoe menahan kedua tangan Rose yang berniat menghantam kepalanya dengan bantal lagi.

"Yeah."

Rose melotot nggak percaya.

"Aku tahu itu bagian prank di hari ulang tahunku."

Kali ini Rose nggak segan menjambak rambut Koo Junhoe.

"Kau selalu merusak kejutannya bodoh."

Dengan terpingkal Junhoe melepaskan jambakan ceweknya yang bertenaga sekali.

"Lagian kau selalu bikin beginian tiap aku ulang tahun. " Mengingat prank-prank Rose yang endingnya selalu June gagalkan. 

Rose memutar bola matanya sebelum menjatuhkan kepalanya ke bahu sofa secara dramatis "Aku harus memikirkan ulang hubungan kita. "

June mengangguk-angguk seolah celoteh itu kayak dialog film yang sudah ditonton berulang kali. Dan Rose mendengus jengkel.

"June!  Kau harus punya belas kasihan. Minimal berlagak nggak tahu demi usahaku."

"Uhuh.. surprise!" June menyahut sok antusias.

"Kau emang brengsek. "

June mengangguk "Kau yang kasih panggilan sayang itu kan? "

Rose menjerit kesal "Ayo! Putus saja June sialan!"

Ok,  June harus berhenti menggoda ceweknya sebelum Rose serius dengan mantra andalannya.

"Baiklah, aku cukup dengan ini saja. " June merangkul Rose supaya bersandar ke dada, mengecup ubun gadis itu cukup lama.
"Aku benci prank. Percayalah kau sudah mengejutkanku dengan kue buatan dan hadiah dengan kertas kado merah muda berpita.. Ugh! -
Pukulan Rose diperutnya bukan main, tapi akhirnya mereka ketawa juga.

"Selama beberapa tahun ini kau sudah jadi kado terbaikku.  Itu saja cukup,  chipmunks. "

Rose menatapnya, tersenyum haru lalu mendelik.

"4 tahun. Kau pasti lupa itu. "

Giliran Junhoe yang memutar mata lalu mendorong Rose supaya bangun. Atau kalau nggak season dua ngambek Rose bakal dimulai cuma perkara June lupa hitung-hitungan umur pacaran mereka. Habis itu June bakal diteror kapan persis mereka memulainya dan.. yeah, June benci angka-angka yang begitu dipentingkan ceweknya ini.

"Bawakan saja cake penuh lilinnya sayang."

FIN

TULISAN JUNROSE DI NOTEKU YANG UDAH KU SIMPAN LAMA PERKARA MALES NYARI JUDUL. DAN BERAKHIR NGASAL AJA. SO, KALAU MENEMUKAN KETIKADKOLERASIAN ANTARA JUDUL DAN CERITA.. dimaklum ya :)
Jujurly, aku udah gak bisa menulis mereka lagi, sih. Mereka shipper pertama aku dan yang menjerumuskanku lebih dalam sama percouplean idol. Thanks, June n roses for many times to fill me up. Memenuhi semua fantasi² gila saya.. gak tau deh apa masih ada yang baca tulisan recehan saya ini.

Thanks n annyeong 👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUNES n ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang