e.m.p.a.t

257 13 0
                                    

Reina melangkahkan kaki bersama Sadam kembali ke hotel. Sementara dari belakang, Barat masih mengikuti. Sadam menoleh ke belakang, ia merasa ada yang mengikuti. Hanya saja tak bisa menemukan Barat yang sejak tadi mengikutinya.

Reina menoleh ke arah Sadam, ia lalu menatap ke belakang, mengikuti arah tatap pria itu sambil sibuk menikmati es krim vanilla di tangannya. "Ada apa sih?" tanya Reina.

Sadam tersadar, lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku kayak ngerasa ada yang mantau kita aja sih."

Reina kembali mneoleh ke belakang, menemukan dua ekor anjing yang sejak tadi mengikuti mereka berdua. Ia menepuk bahu Sadam lalu menunjuk dua anjing tersebut. "Itu anjing Dam," kata Reina. "Mereka laper enggak sih?"

Sadam tersenyum, melihat Reina yang terlihat polos dan menggemaskan. "Kayaknya laper sih," sahut Sadam lalu berjalan menghampiri.

Reina menahan tangan Sadam. "Takut rabies." Katanya takut.

"Enggak, kalau rabies mereka enggak akan berani keluar siang gini, masih ada sinar matahari." Sadam kemudian berjalan menghampiri kedua anjing tersebut.

Sementara Reina berjalan dengan takut- takut di belakang Sadam. Sadam kemudian jongkon dan mengusap kedua anjing tersebut. Hal itu membuat keduanya menggonggong. Reina tersentak kaget dan itu membuat Sadam terkekeh.

"jangan takut, mereka sepertinya pernah dirawat deh,  jadi jinak. KIta beli makanan dulu yuk."

"Aku aja yang beli, kamu jagain di sini ya. Aku takut kalau kita berdua nanti mereka malah pergi."

"Oke kalau gitu."

Reina berjalan cepat menuju minimarket tadi dan membeli makanan anjing tersebut. Tidak lama ia kembali ke tempat tadi Sadam masih berada di sana. keduanya kemudian memberkan makanan di pinggir jalan agar keduanya yang tersebut aman memakan makanan yang diberikan.

Setelah selesai keduanya segera berjalan kembali ke hotel. Mereka kemudian berpisah, Di depan pintu masuk hotel.

"Makasih banget ya, udah ngajakin aku untuk cari cemilan bareng." Sadam ucapkan.

"Iya sama-sama Dam."

Sadam kemudian segera berjalan meninggalkan Reina. Reina berjalan masuk ke dalam, dia melihat para pegawai yang masih sibuk untuk menghias ruangan. langkahnya terhenti berpapasan dengan seorang pegawai dia berniat untuk menanyakan sesuatu.

"Ini acaranya kapan ya Mas?"

"Nanti malam juga ada acaranya Mbak, jadi ada acara keluarga dan teman-teman. Seperti acara pelepasan lajang gitu, perempuan dan laki-lakinya. Baru acara resepsinya besok."

"Oh gitu, permisi kalau begitu Mas." Reina segera melangkahkan kakinya kembali menuju kamar. Dia mempunyai rencana untuk malam ini.

Sementara itu kini Barat sudah berada di minimarket titik dia duduk di sana menatap ponsel, melihat foto-foto yang dia dapatkan. Pria itu, kemudian menghubungi seseorang.

"Tania?"

"Barat, Kenapa kamu tiba-tiba banget ngehubungin aku? "Tania bertanya, karena dia merasa heran tiba-tiba saja Barat menghubunginya. Padahal sebelumnya pria itu sama sekali tidak pernah, juga tidak mau menghubunginya.

"Aku mau bilang sesuatu ke kamu, aku tadi ngelihat calon suami kamu. Dia lagi jalan sama perempuan lain." Barat memberitahu apa yang ia lihat tadi. Ia tidak mau tanya terluka karena salah memilih laki-laki dalam hidupnya.

"Tunggu kamu calon suami aku? Kamu lihat di mana?" Terdengar kalau Tania penasaran.

Barat merubah posisi duduknya menjadi lebih serius dan tegak. "Aku lihat mereka jalan-jalan di minimarket, makan dan minum bareng. Kamu Jangan sampai salah pilih laki-laki, belum nikah aja dia udah selingkuh gitu."

"Bar, aku yakin kamu salah deh, suamiku tuh belum datang dia belum sampai di Bali. kemungkinan baru sampai sore nanti sebelum acara makan malam." Tania tak percaya jika yang dilihat Barat itu adalah suaminya. Karena menurutnya sang suami belum datang.

Barat menggelengkan kepala. memang susah Tania diberitahu. "Aku tahu kamu benar-benar sayang sama Damas, tapi nggak seharusnya yang kamu tutup mata. Aku punya bukti-buktinya kalau mau, kita ketemu."

"Barat, apapun buktinya Aku nggak mau lihat. besok itu udah hari pernikahan aku. dan malam nanti kita ada makan malam besar. kamu juga datang kan? Aku nggak mau acara yang udah aku susun dengan baik ini kacau karena kamu fitnah calon suami aku." Wanita itu tidak percaya kalau Damas, suaminya berbohong apalagi berselingkuh  Tania kenal betul dengan Damas.

"Kamu kenapa nggak mau percaya banget sih sama aku? Aku benar-benar lihat calon suami kamu di depan mata aku sama perempuan lain." Barat masih mencoba untuk meyakinkan. Bagaimanapun Tania adalah mantan terindahnya, dan dia tak mau ada laki-laki yang menyakiti Tania.

"Apapun yang kamu bilang, apapun yang mau kamu lakuin, please, please banget aku minta tolong. Jangan ngomong apa-apa lagi kamu jangan kirim apa-apa. Aku nggak percaya sama kamu dan aku akan lebih percaya sama Damas dibandingkan sama kamu." Wanita itu kemudian segera mematikan panggilan.

Barat merasa kesal, Tania sangat sulit untuk diberitahu. Padahal Ia sudah melihat dengan mata dan kepala tadi kalau calon suami dari mantan kekasihnya itu berjalan dengan perempuan lain titiknya

"Gila ya cowok kayak gitu, dapat spek model malah pilih yang model kulkas dua pintu." Barat menggerutu kesal.

Pria itu kemudian memutuskan untuk segera kembali ke hotel setelah membeli kebutuhannya. Ia berjalan melewati kolam renang, melihat keponakannya yang sedang duduk di pinggir kolam. Barat memutuskan untuk berjalan masuk.

Barat lalu duduk di samping Genta. "Gimana kalau kamu masuk ke kamar? Udah lama juga loh di sini," ajak Barat.

Genta menganggukkan kepalanya setuju. kemudian mereka berdua berjalan masuk ke dalam kamar hotel. Genta merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Barat membelikan Genta es krim, anak itu menatap es krim yang ia genggam.

"Kamu doyan es krim kan? "Barat bertanya kepada keponakannya itu

"Doyan Om, tapi kata Bunda nggak boleh makan banyak-banyak"

"Emangnya kamu udah makan es krim tadi?"

Genta terdiam, kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Belum om."

"Ya udah, kalau gitu makan. Habis itu kita cari makan malam. nanti malam om ada urusan. Jadi kamu tolong di dalam kamar ini jangan keluar ke mana-mana. ngerti kan? Om mau ada acara, acaranya juga nggak lama cuman makan malam aja."

Sambil membuka es krim, kemudian menyantap es krimnya Genta menganggukkan kepala. Dia sudah berjanji kepada barat untuk mengikuti semua perintah. Tentu saja ia mengerti dan harus menepati janji.

Waktu berlalu, barat memesankan makan malam untuk Genta. Anak itu sejak sore tadi hanya merebahkan diri saja. Sesekali terbatuk, sepertinya akibat makan es krim yang diberikan oleh Barat tadi.

"Kamu nggak apa-apa kan?" Barat bertanya pada Genta yang sedang merebahkan tubuh, kemudian mengeratkan selimut sambil memeluk guling.

Genta menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa Om."

"Ya udah, kalau kayak gitu Om mau siap-siap." Barat segera berjalan menuju koper untuk mengambil pakaian yang akan dia gunakan dalam acara malam ini.

Setelah selesai berganti pakaian barat segera keluar. Ia meletakkan piring berisi nasi goreng dan juga potongan buah di nakas yang berada di samping tempat tidur Genta.

"Nanti kalau lapar Ini dimakan ya."

"Iya om," jawab Genta.

"Yaudah Om jalan." Barat berpamitan kemudian segera berjalan keluar dari kamar.

Barat Tak Berdaya|| (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang