e.n.a.m

149 12 0
                                    

Barat melirik setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Sadam.

"Dam—" Reina baru saja akan buka bicara sebelum barat memotong ucapan gadis itu.

"Aku nggak tahu kamu ada urusan apa sama cowok ini. Tapi aku mau tegasin di sini ke dia kalau kamu itu pacar aku." Tentu saja Ini hanya adalah akal-akalan Barat supaya ia  tidak kehilangan harga dirinya. Karena tadi sudah mengakui Rena sebagai kekasihnya di depan banyak orang.

"Jangan sem—"

Tak sempat berkata-kata barat mencium bibir Reina. Dia tidak ingin Gadis itu mengatakan kebenarannya. Reina terbelalak matanya bulat sempurna, dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mendorong tubuh Barat.

"Apaan sih?!" kesal Reina. Jantungnya berdegup kencang, akibat amarah yang ia rasakan juga kejutan yang diterimanya.

Di situ bukan hanya Reina yang kesal, tapi juga Sadam. Raut wajah pria itu menunjukkan ketidaksukaan atas apa yang dia lihat barusan. "Jadi kalian itu pacaran?"

"Enggak!" bantah Reina.

Sementara di waktu yang bersamaan barat juga menjawab 'iya'. Dan tentu saja itu membuat Sadam bingung, pria itu memutuskan untuk beralih melangkahkan kaki untuk pergi dari sana. Sadam kembali masuk ke dalam ruangan. Kembali mengikuti acara meskipun sangat kesal dan marah.

"Kamu itu siapa sih? Tiba-tiba datang bikin keributan. Parahnya ngaku-ngaku jadi pacar aku?" Kesabaran Reina sudah di ujung tanduk. garis itu kemudian melangkah berjalan meninggalkan Barat.

Barat mengejar Reina, dia menggenggam tangan Gadis itu hingga langkah Rina terhenti. "Kamu  bisa nggak, ikut aku masuk ke dalam sekarang?"

"Halo  kamu itu siapa? Kenapa aki harus ngikutin kata-kata kamu?"

"Aku pacar kamu, aku udah  bilang kita pacaran kan?"

Reina menggelengkan kepalanya. "Dasar orang gila!"

Saat itu tiba-tiba saja ponsel Reina berdering. Dia segera mengambil ponsel, menata pesan masuk dari Damas.

Damas:
Kayaknya hari ini kita batal ya, untuk uang pulang dari Bali nanti biar aku transfer. Aku tadi ngelihat kamu sama laki-laki di depan hotel, kalian bahkan ciuman. Aku agak kecewa sama kamu sih.

Tentu saja membaca pesan barusan itu membuat Reina menjadi sedih. niatnya untuk membayar hutang, juga untuk membayar pemeriksaan sang ayah tanya begitu saja. tentu saja semua itu karena ulah Barat.

"Gara-gara kamu, jadi gagal jual diri!"

"Hah?! Gimana?" tanya Barat bingung.

"Gimana  caranya dapat uang lima puluh juta?! Buat bayar pengobatan bapak?!" Reina berteriak kesal.

Mendengar kata-kata yang terlontar oleh Reina tentu saja membuat Barat menjadi sedikit bingung.  namun, ia merasa ini adalah kesempatannya. "Ya udah sini, biar aku yang beli kamu."

Reina terdiam, kedua alisnya bertaut mendengar apa yang dikatakan oleh barat. "Semua ini gara-gara kamu ya, Semua ini gara-gara kamu, nggak akan pernah maafin kamu seumur hidup?!"

"Aku kan udah bilang, kamu akan dapat uang. Kamu tinggal bantuin aku. Untuk  mau pura-pura jadi pacar sebentar aja. Dan aku akan bayar sesuai dengan jumlah kehilangan kamu itu. "

"Lima puluh juta." Reina katakan dengan cepat.

Sebenarnya bara cukup terkejut dengan apa yang dia dengar. Jual diri? Seharga 50 juta? Kenapa mahal sekali?

"Mahal banget lima puluh juta?"

"Reina kemudian memilih untuk tidak menjawab. Dia melangkahkan kakinya dengan cepat untuk kembali menuju kamar. Tapi tentu saja Barat tidak bisa untuk membiarkan Gadis itu berlalu begitu saja.

"Oke, aku akan  bayar segitu. lagian jumlah uang segitu bukan masalah buat sekarang ini. yang penting gue nggak malu di depan Tania. Dan gue akan ngelakuin seperti perjanjian lo dengan orang yang ngebatalin itu."

Reina terdiam, kemudian dia mengulurkan tangan, Barat menyambut keduanya bersalaman. Sepakat dengan apa yang sudah dikatakan oleh Barat tadi.

Keduanya kembali masuk ke dalam ruangan. Barat kembali menghampiri Tania, keduanya kemudian mengikuti acara. Setelah selesai, berat berpamitan dengan Tania.

"Tadi kalian kenapa sih? Kenapa tiba-tiba aja berantem kayak gitu?" Tania bertanya sambil sedikit melirik jahil Barat.

"Nggak apa-apa kok, cuma salah paham aja," kata Barat mencoba untuk mencari alasan. Karena menurutnya bisa saja jika pasangan itu bertengkar.

Reina hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia juga tak memiliki banyak kata-kata untuk bicara, karena jujur saja masih kesal dengan Barat

"Makanya kamu tuh jangan terlalu kaku jadi cowok." Tania menatap ke arah meja, kemudian membalikkan sekotak coklat untuk barat. "Buat kalian berdua, Aku harap hubungan kalian berdua bisa jadi semakin hangat dan berapi-api setelah makan coklat ini."

Barat menerima coklat di toko maka kemudian memberikan pada Reina. Terima kasih Tania semoga acaranya berlangsung baik. Sampai besok dan lancar semuanya."

"Aamiin, Aku juga berharap kamu besok datang ya. Sekarang datang, juga besok datang."

Setelah basa-basi singkat itu, keduanya segera berjalan keluar ruangan. Masih bergandengan tangan hingga mereka menghilang di balik lift.

Rina segera melepaskan gandengannya dengan tangan Barat. ia menatap ke atas, mencoba mengalihkan pandangannya dari pria itu. Sementara Barat menatap coklat yang diberikan oleh Tania yang berada di tangan Reina. Bingung juga mengapa Tania tiba-tiba mengatakan hal seperti itu.

"Oh iya, kamu kasih tahu aku deh. sebenarnya janji apa yang gagal karena kelakuan aku tadi? kamu bener mau jual diri? Jual diri itu, yang maksudnya seperti apa?"

Reina menatap ke arah barat. Bagaimana bisa pria itu tidak mengerti kata-katanya dan ia harus mengulanginya dengan rasa malu yang kini tiba-tiba muncul. "Harus banget aku jelasin lagi ke kamu ya? Aku butuh uang untuk biaya berobat papa, dan juga hutang keluargaku. Dan aku ketemu cowok yang nawarin uang sejumlah lima puluh juta itu, karena aku—" Reina menghentikan ucapannya dia juga tiba-tiba saja malas bicara dengan barat. "Kamu harus bayar segitu kok bayar aja seperlunya biaya untuk aku pura-pura jadi pacar kamu."

"Aku setuju kok dengan kesepakatan kita itu. Aku akan bayar sejumlah uang yang hilang karena aku. Dan kita tetap ngejalanin perjanjian itu, hanya aja kamu ngelakuin pagi ini sama aku bukan sama cowok itu. " Barat mengerti, dan lagi pula ada masalah juga untuk yang melakukan hubungan intim seperti itu. Karena memang selama ini ia hanya melakukannya bersama Tania.

Barat tidak mau munafik, dia menyukai hubungan seks. Dan sudah lama hasratnya itu tidak tersalurkan setelah ia putus dari mantan kekasih.

"Kamu bisa jelasin detailnya nanti di kamar kamu. Aku mau dengar cerita awalnya . "Selesai Barat mengatakan hai itu pintu lift terbuka. Keduanya kemudian berjalan keluar dan Hal itu membuat ia sedikit bingung. "Kamu ada di lantai ini juga?"

"Iya," jawab Reina kemudian menyebutkan nomor kamarnya.

"Kamar kamu tepat di samping kamar aku. "

Barat Tak Berdaya|| (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang