"Aji! Ayo bangunin adik-adikmu keburu ibu berangkat ini"
Seorang anak muda berusia 17th itu mendengus kesal, menatap adiknya Erik yang tak kunjung bangun. "Rik, kalau kamu nggak bangun nanti aku dimarahin bapak lagi"
"Udah lah mas tinggal aja, nanti biar berangkat sama bibik" ujar Jihan si anak tengah.
Aji menghembuskan napas pelan lalu berjalan kearah meja makan menenteng tasnya "Erik nggak mau bangun buk"
"Aduh gimana sih itu anak, ini hari pertamanya sekolah loh" ucap bu Titik yang langsung berjalan menuju kamar Erik.
"Kamu ngebangunin adikmu kok nggak bisa to le, kasihan ibumu itu lo"
"Aji udah bangunin Erik pak. Eriknya aja yang nggak mau bangun"
Pak Heru mencibirkan mulutnya "La yo mosok ra tangi tangi, ketoke mambengi sinau yo"
Aji menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah 7 "Pak, mending kita berangkat dulu. Aji udah telat"
"Jihan juga! Hari ini ada jadwal piket"
Pak Heru ikut melihat jam " Bentar, kasihan adikmu"
"Tapikan pak kalau nunggu Erik bisa telat ini" rengek Jihan.
"Pak!" bu Titik berjalan cepat kearah meja makan "anak-anak anterin dulu. Erik baru mandi itu"
"Terus Erik pie buk"
"Uwes to, nanti biar sama ibuk berangkatnya"
"Tapi bapak pengen nganter Erik sekolah buk"
Aji mendengus "Udahlah pak, buk. Aji sama Jihan berangkat dulu. Kita naik angkot aja"
"Lo kok gitu sih! Anterin pak!" teriak bu titik "Ini bekalnya jangan lupa dihabiskan loh ya"
Pak Heru yang sangat terlihat terpaksa itu akhirnya mau mengantar kedua anaknya yang sudah siap sedari tadi.
Aji, Jihan Dan Erik adalah tiga bersaudara. Sedari kecil, mereka tumbuh dengan asuhan kedua orang tua yang baik. Pak Heru adalah seorang kepala sekolah di SD sedangkan Bu Titik adalah seorang guru Tata Boga di SMK.
Seperti yang kalian lihat Aji dan Jihan adalah anak yang rajin. Dulu Pak Aji dan Bu Titik selalu mengajari mereka tentang bangun pagi, mandiri, mengerjakan tugas rumah dan banyak hal. Namun, disaat Erik lahir. Pak Aji menumbuhkan Erik menjadi seorang yang manja. Hal ini terjadi karena Erik lahir dengan kelainan jantung yang membuat Erik harus di operasi diusianya 3th. Pak Aji seperti orang tua yang lain. Sangat takut apabila anaknya sakit. Apalagi sakit yang di derita Erik termasuk penyakit yang berat.
"Pak! Erik minta uang 30 ribu"
Pak Aji mengambil dompetnya "Buat apa dulu ini?"
"Buat sewa PS dirumah Andy"
Uang tigapuluh ribu itu diberikan pada Erik "Nanti pulang sebelum magrib yo le"
Erik mengangguk dan langsung berlari meninggalkan Pak Heru.
"Pak, Jihan minta uang juga dong buat beli Pensil. Pensil Jihan habis"
Pak aji tersenyum "Minta ibu saja yo nduk, bapak nggak ada uang"
Jihan mengangguk, namun dihatinya pasti ada kesal. Hal ini tidak terjadi satu atau dua kali. Tapi sangat sering, Pak Aji selalu mengiyakan semua hal yang Erik mau tapi jika kakaknya yang minta pasti langsung hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE HUNDRED HAPPINESS FROM FAMILY
Non-FictionDalam kisah keluarga yang penuh emosi ini, Aji, Jihan, dan Erik tumbuh dalam suasana kasih sayang yang diciptakan oleh Pak Heru dan Bu Titik, orang tua yang penuh perhatian. Aji dan Jihan dibesarkan dengan nilai-nilai disiplin dan kemandirian, berka...