01. Anindya marah?

7 2 0
                                    

Pagi hari Anindya sedang bersiap untuk berangkat sekolah.

Anindya memasuki kamar Abangnya Shankara, Terlihat berantakan namun Anindya tidak peduli. Yang terpenting Shankara sudah bangun dan bersiap untuk sekolah "Tumben lo bang bangun cepet banget" celetuk Anindya kepada Abang nya.

"Bukan urusan lo norak!" namun Anindya malah mendapat jawaban kesal dari Shankara, Memang menyebalkan sekali Shankara. Anindya memelaskan matanya dan membanting pintu kamar Shankara "Dasar abang-abang an sensian banget lo udah kaya cewe tau gak!"

Dumel Anindya yang di dengar oleh sang Ayah yang baru saja ingin menuruni tangga "Eh eh kok pagi-pagi putri Ayah udah ngedumel aja" Anindya memasang muka kesal nya pada Shankara di depan sang Ayah.

Satria mengelus kepala Anindya "Pft! putri Ayah pintar ya sekarang yasuda kamu turun ya sekarang kita sarapan bersama" Anindya menuruni anak tangga dengan perlahan, lalu segera menempati tempat duduk nya di ruang makan.

Tiba-tiba suara buka pintu terdengar, pasti itu berasal dari kamar Shankara yang baru saja kelar memakai seragam. Shankara turun dan menemui Anindya beserta Satria yang sudah menunggu dirinya dari tadi "Kok kamu lama bang siap-siap nya" tanya Satria pada anak laki-laki nya itu.

"Iya yah, pasang dasinya yah susah! dari tadi gak kelar-kelar ribut sama dasi" adu sang Abang pada Ayahnya. Anindya yang mendengar itu justru ketawa "Pft! AHHAHA! makanya kalo gak bisa itu minta tolong sama gue. jadi lama kan gara-gara lo doang"

"Sudah-sudah, bang Aksa lain kali minta tolong sama Adekmu aja ya" ucap Satria yang langsung mendapat anggukan dari Shankara. Shankara menatap tajam Anindya karna sudah menertawakan dirinya dih, dikira dia doang yang bisa gue juga bisa masang dasi walaupun lama  Batin Shankara.

.

.

.

.

"KAK SHANKA! KAK SHANKA!" begitu Shankara dan Anindya memasuki lapangan dan ingin memasuki kelas, begitu banyak fans Shankara yang meneriaki namanya terus-terus an. "ANINDYA!" teriak seseorang dari atas ternyata itu Kayla.

Kayla memanggil Anindya untuk naik ke atas "Kenapa kak?" tanya Anindya. "Tolong kasih abang kamu ya nin!" Kayla memberikan bucket isi coklat untuk Shankara. Namun Anindya menolak "Maaf kak, bang Shanka alergi coklat"

"Oh atau gak buat aku aja kak! Dari pada sayang kan gak di makan? Mending buat aku" Ucap Anindya kepada Kayla. Kayla pun mengasih coklat itu kepada Anindya "Wih, makasih loh kak" Anindya langsung pergi meninggalkan Kayla dan bergegas untuk memasuki kelasnya.

"ANINDYAAA!!" Teriak teman sekelas Anindya bernama Arin. "Bisa stop teriak gak? Kuping gue sakit ini woy!" Arin menatap Anindya dengan muka kesalnya "Apaansih kenapa dah ada apa" Tanya Anindya pada Arin.

Arin mengambil sapu dan mengasihi pada Anindya "WOY APAANSIH KOK GUE DIKASI SAPU BUAT APAAN! GUE GABISA TERBANG MAKE SAPU COK" Arin menghembuskan nafasnya dengan pasrah, karna sedari tadi Anindya belum sadar juga. Mau tidak mau Arin mengasih jadwal piket kepada Anindya.

"INI JUGA MALAH DIKASIH JADWAL PI— eh iya gue piket ya hehehe" Ucap Anindya merasa malu, karna sejujurnya Anindya lupa kalo hari ini dirinya piket. "Dari tadi ya Allah anin baru sadar sekarang nin?"

"Yeu, ya maap sih namanya orang lupa. Lo kan juga piket rin" Jawab Anindya. "HEH KUNYUK, GUE DATENG AJA SUBUH BUAT PIKET APA LO. POKOKNYA PULANG SEKOLAH LO PIKET!"

"Ya emang kan gua piket hari ini" Begitulah jawaban mengesalkan Anindya bagi Arin. "Terserah!" Jawab Arin yang sudah malas menanggapi Anindya.

Di tengah-tengah pelajaran, Anindya lupa membawa buku paket fisika. Anindya sibuk mencari di dalam tas nya namun tidak ada "Ada apa Anindya kamu mencari apa?" Tanya bu Zifarma selaku guru Fisika. "Maaf bu, saya lupa membawa buku paket Fisika bu"

Saat itu juga bu Zifarma langsung menggertak meja. "INI CONTOH MURID PEMALAS, IBU YAKIN NIH BUKAN LUPA TAPI SENGAJA KAN" Ucap bu Zifarma. Seluruh teman sekelasnya Anindya menatap kearah Anindya.

"BERDIRI KAMU!" Tunjuk bu Zifarma pada Anindya. Anindya pun berdiri dibangku nya sesuai dengan perintah bu Zifarma "MAJU SINI!" namun awalnya Anindya menolak karna malu kalo disuruh maju ke depan.

"DIBILANGIN MAJU YA MAJU! UDAH MALAS, DISURU SAMA GURU SUSAH!" Bentak bu Zifarma. Mau tidak mau Anindya maju menahan rasa malu "KAMU TUH GIMANA SIH! MEMANG NYA IBU MU DIRUMAH GAK MENGINGATKAN KAMU!"

"IBU MU JUGA PEMALAS YA JANGAN-JANGAN SAMA SEPERTI ANAKNYA!" Anindya mengepalkan tangan nya merasa kesal karna bu Zifarma sudah membawa-bawa orangtua Anindya. "Bu mama saya sudah meninggal! Jadi maaf bu, tolong jangan bawa-bawa mama saya" Ucap Anindya.

"YA MUNGKIN ITU TURUNAN DARI MAMA KAMU! DULU MAMA KAMU PEMALAS JADINYA KAMU JUGA PEMALAS SAMA KAYA DIA" Lagi dan lagi bu Zifarma masih membahas Ibu Anindya. Anindya menatap bu Zifarma dengan kesal "BU SAYA SUDAH BILANG KALO MAMA SAYA SUDAH TIDAK ADA! JADI IBU TOLONG JANGAN MEMBAWA MAMA SAYA LAGI!"

"TERSERAH IBU MAU HUKUM SAYA APA YANG TERPENTING JANGAN MEMBAWA IBU SAYA!" Kini emosi Anindya meluap begitu saja kepada guru Fisika itu karna sejujurnya Anindya tidak bisa diam jika sudah membawa-bawa ibu.

"KELUAR KAMU! KELUAR! BERANI KAMU MEMBENTAK GURU. MEMANGNYA KAMU SIAPA ANINDYA!" Bu Zifarma tak kalah emosi nya dengan Anindya "YA MEMANG NYA IBU SIAPA MENG CAP IBU SAYA SEBAGAI PEMALAS? IBU TIDAK TAU APA-APA KAN"

/PLAK

Bu Zifarma menampar pipi kanan Anindya "KELUAR KAMU! IBU TIDAK SUDI MEMPUNYAI MURID PEMBANGKANG SEPERTI KAMU!" Se isi kelas menatap kaget karna Bu zifarma menampar Anindya. Anindya pun keluar dari kelas dengan muka nya yang memerah akibat tamparan dari guru Fisika itu.

.

.

.

.

.

Saat pulang sekolah Anindya piket terlebih dahulu Shankara mendatangkan kelas Anindya dan melihat Anindya seorang diri dikelas. Anindya menahan tangisnya yang masih mengingat ucapan Bu Zifarma tanpa sadar bahwa Shankara berada di depan kelas nya menunggu Anindya.

Setelah selesai Anindya menaruh sapu dan langsung bergegas keluar jalan tanpa memperdulikan Shankara. Shankara merasa heran dengan Adik perempuan nya itu, Namun Shankara tidak memperdulikan hal itu.

.

.

.

.

Anindya membanting pintu kamarnya dan langsung mengunci pintunya, Anindya menangis sesegukan didalam kamar.

Sementara Shankara masih merasa bingung ada apa dengan Anindya hari ini? Apakah Anindya masih kesal dengan dirinya karna tadi pagi? Shankara pun mengetuk pintu kamar Anindya.

"Anin.. abang ada salah ya? Kenapa? Sini keluar dulu Anin" Namun tidak ada jawaban dari sang adik. Shankara merasa pikiran nya benar bahwa Anindya masih marah dengan dirinya.

.

.

.

.

.

TBC

JANGAN LUPA VOTE YA! TERIMAKASIH

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia Tanpa MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang