i lost him

9 3 0
                                    

Kenta adalah orang yang kutemui di bawah pohon merah itu.

Aku selalu berkunjung ke sana setiap kali aku berada di titik terbawah.

Memilih melampiaskan perasaanku di sana, saat merasa lelah, kecewa, bahkan ingin menyerah, Kenta datang dan berkata bahwa ia juga merasakan hal yang sama, ia bilang, "setidaknya kita bisa berbagi cerita."

Ia yang mengatakan, "tidak apa-apa untuk menangis," di saat aku bersedih.

Ia yang mengatakan, "rambutmu keren!" di saat orang-orang mengatakan rambut keritingku yang berwarna ini aneh.

Ia yang selalu meringankan bebanku walaupun ia juga sedang memikul beban yang berat.

Kenta adalah orang yang menyembuhkanku, namun aku malah menghancurkannya.

Ia adalah penyesalan terbesarku, karena aku, ia menghilang tanpa jejak.


...


Ini adalah hari yang Kenta tunggu-tunggu, berdiri di atas panggung, menatapi ramainya penonton di depan sana.

Ia sudah berlatih dengan keras agar bisa sampai ke sini, Kara bahkan tidak pernah lupa dalam menyemangatinya.

Walaupun sebenarnya, Kenta tidak sepenuhnya melakukan ini dengan tenang, karena seseorang yang ia takuti.

Ia sangat gugup, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, namun otaknya berkata bahwa ia harus bisa mengatasi semua itu, karena inilah momen yang selama ini ia tunggu-tunggu, tidak mungkin disia-siakan hanya karena rasa tersembunyi itu kan?

Ketika seluruh ruangan menjadi gelap kecuali tempat dimana Kenta berdiri, ia mulai memetik senar gitar yang ada di tangannya, diikuti lantunan suara.

Sejujurnya ia masih merasa gugup, tapi karena eksistensi Kara di tengah-tengah para penonton, tersenyum padanya seolah sedang berkata, "keren!"

Seketik rasa itu hilang, setidaknya ia bisa membuatnya lebih tenang.

Namun semua itu tidak bertahan lama tepat saat lelaki itu datang, berdiri di ujung sana dengan wajah merah, mewakilkan amarah tanpa kata-kata.

Orang itu.

Semenjak ibu tiada, ayah yang selalu menghalanginya untuk mencapai impiannya.

Ayah adalah orang yang ia takuti sejak dulu.

Gitar, kaset, lagu, musik, apapun yang berhubungan dengan semua itu terlihat seperti sampah baginya.

Ah, caranya bersembunyi dari ayahnya tidak berhasil ya? Ternyata pada akhirnya ia akan tau juga.

Mulutnya mendadak tak bisa mengeluarkan suara, instrumen pun ikut terhenti.

Atensinya teralihkan lagi ke panggung, ke arah penonton yang terheran-heran, berbisik mengapa ia berhenti mendadak, ada juga yang menatapnya dengan payah dan kecewa.

Dan ya, rasa itu muncul lagi, cemas, gugup, takut.

Sejak dulu, ia selalu takut hal ini akan terjadi, berada di hadapan banyak orang yang menatapnya seperti kotoran dan berurusan dengan orang yang ia anggap sebagai ancaman.

"Kenapa kalian natap aku begitu?"

"Kamu payah!"

"Maaf..."

"Udah berapa kali aku bilang?! Semua ini tuh gak ada gunanya! Kamu tuh ngapain aja sih selama ini?! Buang-buang waktu aja!"

"Tapi ini mimpi aku!"

i'm sorry | beomgyu x winterWhere stories live. Discover now