7. Selalu Mengancam

151 31 4
                                    

Chapter 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 7

Selalu Mengancam

Bianca sedang mengamati pohon bunga Peony yang tingginya belum ada satu jengkal, menunggu waktu tiga tahun untuk Peony berbunga rasanya sangat konyol.

Sialan! Tetapi, obsesinya menanam dan merawat bunga sendiri sudah bulat. Lagi pula menanti Peony-nya berbunga lalu bunga itu akan hidup selama lima puluh sampai seratus tahun menurutnya waktu tiga tahun terlalu singkat untuk sebuah penantian, itu sungguh sepadan.

Bianca mencatat perkembangan pohon Peony dan bunga lain di bukunya sebagai rutinitasnya setiap pagi setelah membuka toko dan Alma bertugas menjaga tokonya. Bianca juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya mengurus tumbuhan di rumah kaca karena mustahil semua dikerjakan sendiri.

"Bianca, apa kau sudah melihat bunga Lily kita??" tanya Don, orang yang ia percaya membantunya merawat bunga.

"Aku belum melihatnya pagi ini," kata Bianca.

"Kau harus melihatnya, ada satu yang memiliki kuncup. Sepertinya ia akan berbunga!" katanya dengan penuh semangat.

Bianca bergegas menuju bunga Lily of the Valey berada, sedangkan Dpon menunjukkan pohon mana yang memiliki kuncup.

"Lihatlah!" kata Don.

"Ya Tuhan...," desah Bianca hampir tak percaya lalu senyum merekah di bibirnya.

Menanam bunga Lily of the Valey dari biji membutuhkan waktu dua tahun untuk berbunga, untungnya ia memilih menanam bunga itu dari umbinya meskipun ia hanya mendapatkan lima umbi karena mahalnya bibit dari umbi. Saat membeli umbi ia telah memperhitungkan dengan saksama sehingga menurutnya lima bibit sudah cukup untuk nantinya ia budidayakan.

Bianca mengambil bukunya untuk mencatat perkembangan bunga itu lalu mengambil ponselnya dan mengambil beberapa foto bunga Lily, kebahagiaan memenuhi setiap inchi tubuhnya. Matanya yang hijau berpendar-pendar bak bintang di langit malam.

"Don, kau harus lebih memperhatikan kelembapan tanah bunga ini. Namun, jangan terlalu banyak air agar akarnya tidak busuk," kata Bianca.

"Aku mengerti," jawab Don.

"Bianca...," kata Alma sembari berjalan ke arah Bianca. "Pria itu, dia datang lagi."

"Pria?" tanya Bianca dengan alis berkerut.

"Pria yang membeli 1001 bunga, dia bilang ingin menagih utang padamu."

"Utang?" tanya Bianca terkejut dan pendar indah di matanya seketika menghilang.

"Bi, apa kau sedang dalam masalah keuangan?" tanya Don.

Bianca mendengus. Utang apa? Evander pasti mengada-ada, batin Bianca jengkel. Memalukan saja!
Bianca segera menuju toko dan di sana Evander duduk dengan menyilangkan kakinya sambil menggeser-geser layar ponselnya.

1001 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang