Prologue.

918 50 0
                                    

Senja merayap perlahan di langit Jakarta, mewarnai cakrawala dengan semburat jingga yang memikat. Namun, keindahan sore itu tak mampu menembus kegelapan yang mengendap di sudut-sudut pikiran Mahira.

Gadis itu berdiri kaku di depan cermin kamarnya, menatap nanar pantulan dirinya. Jemari mungil itu gemetar menyusuri leher jenjangnya, berhenti pada sebuah bekas kemerahan yang samar. Kissmark?

Mahira menelan ludah, mencoba mengingat bagaimana tanda itu bisa ada di sana. Namun, semakin keras ia berusaha, semakin kabur ingatannya. Yang tersisa hanyalah serpihan-serpihan gambar yang tak koheren—sebuah ruangan gelap, aroma maskulin yang familiar, dan rasa takut yang mencekam.

Ia menggelengkan kepala, berusaha mengusir bayangan-bayangan mengerikan itu. Matanya kemudian tertumbuk pada secarik kertas di meja riasnya. Sebuah catatan yang tak dikenalinya, ditulis dengan tinta merah darah:

"Kau milikku, Mahira. Selamanya."

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang