💫💫💫💫💫
Sista duduk sendirian di halte bus. Ia tidak membawa kendaraan ke sekolah, tadi pagi juga dirinya diantar oleh sopir.
Sebenarnya, tokoh Sista ini berasal dari keluarga berada. Ibunya seorang koki ternama yang memiliki restaurant bintang lima dan sudah memiliki beberapa cabang. Ayahnya sendiri adalah seorang pengacara kondang di kota ini. Mereka memiliki beberapa mobil mewah.
Namun harus bagaimana. Sista yang sekarang tidak bisa mengendarai mobil. Sista yang sekarang bisa mengendarai motor namun hanya motor matic. Sedangkan di rumah mereka hanya tersedia moge. Itu pun koleksi ayahnya.
"Hahh, sepertinya aku harus minta dibeliin motor matic deh." Orangtua Sista asli juga orangtuanya kan?
Awan semakin pekat. Samar-samar terdengar gertakan guntur. Tak lama kemudian, gerimis mulai menetesi bumi. Membuat Sista semakin sebal karena sejak tadi bus tak kunjung datang.
"Mana, ponselku lobet lagi. Gak bisa minta jemput kalo gini." dumelnya.
Satu menit hingga lima menit, Sista masih menunggu sampai sebuah moge berhenti tepat di depannya. Cewek itu mengernyitkan dahi ketika sang pendendara mematikan mesin kendaraan.
Jangan neduh di sini dong. Aku bingung kalo harus berduaan sama orang asing. Harap Sista dalam batinnya.
Ketika pemilik moge itu melepas helm fullfacenya, Sista yang semula bengong dengan wajah lelahnya seketika membuka mulutnya terkejut. Mata cewek itu membeliak tak menyangka
Ngapain dia ke sini??
Menyugar rambut hitamnya, sang pengendara itu menoleh ke arah Sista.
"Naik!" ucapnya sarat akan perintah.
Sista menoleh ke kanan, kiri, dan juga belakang. Tidak ada orang. Kembali menoleh ke depan, Sista menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"
Cowok itu mendecakkan lidah kesal.
"Ya iyalah bego! Memangnya selain lo siapa lagi yang ada di sini?!""Kamu kan." tunjuk Sista pada cowok itu dengan polosnya.
Bola mata cowok itu memutar malas. "Whatever. Cepet naik!"
Raut Sista berubah julid. Mengibaskan tangan angkuh, cewek itu berujar, "Pantang bagi aku boncengan sama mantan."
"Siapa mantan?" cowok yang tak lain adalah Jain menaikan salah satu alisnya penasaran.
"Kita lah!"
"Siapa bilang kita mantan?"
Sista menghilangkan raut julidnya. Berganti menjadi kernyitan di dahi penuh kebingungan.
"Tadi waktu istirahat ke dua kamu yang putusin aku. Lupa ya?"
"Kapan gue bilang gitu?"
"Istirahat ke dua aku bilang!"
Bibir Jain sedikit berkedut melihat kekesalan pada wajah Sista. Ini baru untuknya. Sebelumnya, cewek itu selalu bersikap manis, centil, dan manja. Tidak pernah sama sekali terlihat kesal atau pun marah.
Imut juga dia kalo lagi marah gini. Batin Jain memainkan lidahnya di dalam mulut.
"Gue tarik kata-kata gue. Kita gak jadi putus."
"Apa?!"
"Kita masih pacaran."
"Gak bisa gitu dong!!" tolak Sista mentah-mentah.
Jain tersenyum miring. "Lo gak ada hak buat nolak, Sista Arabella."
"Kata siapa aku gak ada hak? Setiap orang memiliki hak untuk dirinya sendiri. Setiap orang punya hak untuk mengatakan iya atau pun tidak!"
"Don't argue with me. Cepet naik atau gue gendong."
"Kalah kan? Gak bisa bales kan? Jangan ngalihin pembicaraan!"
"Naik Sista!" Jain mulai geram. Kenapa cewek ini jadi suka memancing kekesalannya. Kemana hilangnya sifat penurut penuh kepasarahannya itu.
Sista berdecih sinis. Membenarkan tas ranselnya, Sista menatap Jain tak minat. "Mending jalan kaki daripada boncengan sama mantan."
Cewek itu melangkah pergi menjauhi halte beserta Jain. Tak perduli sekalipun Jain menatapnya penuh ancaman. Sista tidak takut. Dia tidak akan pernah tunduk pada siapa pun sekalipun itu Jain sang antagonis.
Namun, baru beberapa langkah kakinya berjalan, tiba-tiba tas di punggungnya terasa seperti di tarik. Akibatnya tubuh Sista oleng ke belakang. Tak cukup sampai di situ, cewek itu merasa tubuhnya terangkat. Sista menjerit sejadi-jadinya.
"Turunin aku Jain!" Sista memukul bahu tegap Jain ketika cowok itu membopongnya layaknya karung beras.
Tak mengindahkan permintaan Sista, Jain melangkah mendekati motornya. Mendudukkan cewek itu pada jok belakang.
"Kamu apa-apaan sih!" sentak Sista marah. Ia ingin turun namun langsung dicegat oleh yang punya motor.
"Awas!"
"Lo lupa Sista? Gue benci penolakan." Jain menyelipkan beberapa rambut Sista yang terurai ke belakang telinga.
Tak terima, dengan kasar Sista menepis tangan Jain. Cewek itu melirik Jain tajam. "Dan gak semua keinginan kamu harus terpenuhi Jain. Dunia ini bukan punya kamu."
Jain terkekeh mendengarnya. Fakta baru. Rupanya Sista memiliki pemikiran cukup dewasa. "Hm, dunia memang bukan milik gue. Lo milik gue."
"Apa!?"
"Gak ada pengulangan." Jain mengambil helm. Memakaikannya pada Sista tanpa persetujuan dari cewek itu.
Sista harus menahan nafasnya ketika jaraknya dan Jain begitu dekat saat cowok itu mengaitkan pengait helm. Entah mengapa ia merasa waktu seakan berhenti untuk sekejab.
Ganteng banget sial!
"Terpesona heh?" Sista tersadar dari lamunan. Matanya berkedip dua kali. Wajahnya seketika memanas ketika melihat senyum menggoda dari Jain.
Sista begoo! apa yang barusan lo pikirkan!
"Dih, cengo gitu. Baru sadar kalo gue tampan iya?"
"Apa sih, pd banget." Sista memalingkan wajahnya malu.
Jain tergelak. Kenapa cewek di motornya menjadi semenggemaskan ini. Jain jadi ingin memasukkannya pada karung lalu ia dribble kan pada lantai. Jain buru-buru menggelengkan kepala ketika menyadari pemikiran konyolnya itu.
"Cepet jalan! Atau aku turun lagi nih!" titah Sista sok mengancam.
Bibir Jain berkedut. Ketika ingin memakai helm miliknya, mata cowok itu melirik pada rok Sista yang tersikap hingga sedikit memperlihatkan paha putih cewek itu.
Jain berdecak. Kembali meletakan helmnya, cowok itu melepaskan hoodie hitam dari badannya lalu ia taruh pada pangkuan Sista.
"Pake. Paha lo keliatan."
Sista melotot. Wajah gadis itu sontak menunduk. Membenarkan hoodie milik Jain agar menutupi seluruh pahanya.
"Mesum banget sih. Liatnya paha." sindir cewek itu.
"Namanya juga cowok. Btw, gue suka kalo lo kesel. Apalagi kalo pipi lo merah. Pingin gue gigit bawaannya."
💫💫💫💫💫
Jangan lupa voment
•••
YOU ARE READING
Broken Groove
Teen Fiction💫💫💫💫💫 ~Sista adalah tokoh novel yang akan meninggal bunuh diri dengan alasan putus dengan pacarnya.~ Sial. Bagaimana bisa aku terdampar ke novel yang semua tokohnya tidak ada yang waras bahkan protagonis wanita sekalipun. Dan lebih sialnya lagi...