one

10 2 0
                                    

Terimakasih yang sudah mampir😊 happy reading>>

°
°
°

"Udah selesai?" Tama nampak menaikkan satu alisnya bingung ketika melihat kekasihnya berlari mendekat.

"Heem." Lio hanya berdehem sambil memakai helm yang terpampang di atas spion motor.

"Tumben cepet, biasanya lama"

"Cuma bahas perlengkapan apa aja besok yang perlu dibawa buat adek adek." Ekstrakulikuler pramuka atau ambalan, Lio baru saja selesai rapat dengan anggotanya guna membahas pelantikan dan pelengseran jabatan.

"Hm, naik."

"Iyaa." Setelah Lio naik, Tama langsung menghidupkan mesin motor dan melaju menjauhi area sekolah. Rumah mereka lumayan jauh dari kawasan sekolah, sebab itulah Lio memutuskan untuk tinggal dikontrakkan tunggal dan Tama tinggal di apart.

Jangan tanyakan mengapa tidak sekalian saja tinggal bersama, no.. karena abang dari Lio sering berkunjung ke kontrakan nya, akan curiga jika dirinya tinggal bersama Tama. Keluarga Lio memang belum mengetahui hubungan keduanya, takut jika keluarganya tidak setuju. Hanya keluarga Tama saja yang mengetahui hubungan mereka.

Diperjalanan tak ada yang bersuara, Tama fokus pada kendaraan sesekali melirik kekasihnya takut jika Lio tertidur, sedangkan Lio sibuk dengan pikirannya sendiri, kebiasaan seorang Lio selalu melamun tanpa alasan dan tak tau waktu maupun tempat.

Tama menghentikan motornya didepan cafe dekat kontrakan Lio untuk mampir makan dan menikmati waktu luang sebentar. Memang sudah menjadi rutinitas bagi Tama setelah pulang sekolah selalu mengajak kekasihnya makan atau sekedar nongkrong berdua.

"Rame Tam, mau duduk dimana?" Keadaan cafe memang sedang ramai ramainya, entah kalau lantai atas, cafe ini memang memiliki 2 lantai. Lantai 1 terdapat kursi dan lantai atas lesehan atau duduk dilantai. Diluar juga ada, tapi berisik karena tepat disamping jalan.

"Atas? Apa luar?" Lio terkekeh pelan, Huh untunglah Lio sudah terbiasa dengan kalimat Tama yang padat tanpa kejelasan, irit bicara boleh saja tapi setidaknya jelas bagaimana maksud ucapannya, untung ini Lio, bagaimana jika orang lain yang diajak bicara.

"Atas aja kalo gitu, lesehan gapapa kan." Lembut sekali nada bicara Lio, dia adalah tipe lelaki manis dengan penuh kelembutan, barbar juga hanya pada orang tertentu saja. Sedangkan Tama adalah kulkas berjalan, cuek, terkadang sangat kasar namun penuh perhatian, satu lagi keposesifan Tama. Entahlah bagaimana mereka bisa bersama.

"Ayo." Langsung saja mereka mencari tempat duduk di pojok dekat pembatas yang dapat melihat jalanan dibawah sana. Memesan dan menunggu sampai pesanan tiba.

"Besok bakal ada kemah, dibawah gunung selamet, tiga hari dua malam." Lio memulai obrolan, jika tidak begini akan hening sampai entah kapan.

"Hm, kapan?"

"Dua minggu lagi setelah ulangan." Lio dan Tama sekarang kelas 12, Lio masuk IPA sedangkan Tama masuk IPS, gedungnya pun berbeda. Gedung IPS berada di belakang sedangkan IPA di depan. Kelas bahasa dan teknik tepat disamping IPA dan IPS.

"Hm, asal ga jelalatan."

"Hm." Bohong jika Lio tidak merasa sakit hati dengan ucapan Tama, walaupun sudah terbiasa namun tetap sakit rasanya mendengar. Apalagi wajah datar yang selalu Tama berikan padanya, tak pernah ada senyuman. Lio terbiasa namun juga merasa sedikit sesak.

"Ham hem doang ngerti gak?"

"Iya tam, aku ngerti. Kamu juga jangan deket deket anak sebelah terus, aku gasuka liatnya tam." Lio sering sekali melihat Tama dekat dengan gadis gadis maupun lelaki yang berada disebelah kelas Tama, sebenarnya tak hanya dikelas sebelah, dari kelas sebrang pun juga ada.

❗RED FLAG❗ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang