Present a Dark Romance story
Forbidden FateWhat everyone needed?
Love, Sex, or Money?
***
⚠️⚠️Mature, harsh words, blood, vulgar & imperfect character⚠️⚠️
***Keesokan harinya, Neza sudah bersiap sejak jam 11, mengenakan gaun sederhana linen berwarna krem dengan sentuhan elegan. Ia menunggu di lobi Hotel Gritti Palace, sebuah hotel mewah di Venesia yang terkenal dengan arsitekturnya yang megah dan sejarah panjangnya sebagai tempat favorit para bangsawan dan seniman. Hotel ini memiliki fasad berwarna kuning pucat yang menghadap langsung ke Grand Canal, dengan interior yang dipenuhi ornamen klasik dan lampu gantung kristal yang memberikan kesan anggun dan mewah.
Neza duduk di salah satu sofa besar di lobi yang dihiasi kain beludru merah marun, matanya sesekali melirik jam tangan. Jam menunjukkan pukul 12:30 siang, setengah jam lewat dari waktu yang dijanjikan Luca. Ia mencoba menenangkan dirinya, berpikir mungkin ada halangan di jalan, tetapi perasaan was-was mulai muncul. Setiap kali pintu lobi terbuka, ia berharap Luca yang muncul, namun pria misterius itu belum juga terlihat.
Hingga waktu terus berjalan, sudah dua jam lewat dari kesepakatan, Neza mulai merasa tidak nyaman. Ia hampir memutuskan untuk kembali ke kamarnya ketika tiba-tiba, pintu lobi terbuka dan Luca muncul, masih dengan senyuman tenangnya. Meski terlambat, pria itu tampak santai, seperti tidak ada yang salah.
"Sorry I'm late," ujar Luca sambil berjalan mendekati Neza, suaranya dalam tapi tetap tenang. Ia mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung sampai siku, dan celana hitam yang rapi. Penampilannya tetap sempurna, seolah-olah waktu bukanlah hal yang penting baginya.
Neza menghela napas panjang, setengah lega karena Luca akhirnya datang, namun juga sedikit kesal karena keterlambatannya. "Lebih dari dua jam," katanya sambil melirik jam tangannya.
Luca tersenyum tipis, menunduk sedikit sebagai tanda permintaan maaf. "Ada sedikit urusan yang harus kuselesaikan. Maaf, tidak mengabarimu."
Neza masih merasa kesal, tapi entah kenapa, senyuman Luca membuatnya sulit untuk tetap marah. Ada sesuatu tentang pria ini—ketenangannya, caranya berbicara, dan pesonanya yang misterius—yang membuat Neza terjebak dalam daya tariknya. Meskipun ia tahu tidak seharusnya ia begitu mudah memaafkan keterlambatan ini, Luca berhasil meredakan amarahnya dengan cara yang sulit dijelaskan.
"Baiklah," ujar Neza akhirnya, berusaha melupakan kekesalannya. "Ke mana kita akan pergi?"
Luca menatap Neza dengan tatapan yang dalam, seolah ingin memastikan bahwa ia sudah memaafkan keterlambatannya.
"I have a plan. Tempat-tempat yang tidak ada di peta turis," jawabnya dengan nada misterius, seperti biasanya.
Mereka keluar dari lobi Hotel Gritti Palace dan mulai berjalan menyusuri jalan-jalan sempit Venesia, yang dikelilingi oleh bangunan tua dengan warna-warna pastel yang mulai pudar. Jalan-jalan itu dipenuhi oleh bayangan dan suara air yang bergerak pelan di kanal-kanal kecil di antara gang-gang sempit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Fate
General FictionWARNING! ⚠️ ⚠️⚠️ "Maaf, aku lupa memakai pengaman," kata Luca dengan napas yang masih terengah, suaranya sedikit bergetar. Ia menatap Neza, seolah mencoba membaca ekspresinya, mencari tahu apa yang dipikirkannya di tengah keheningan yang tiba-tiba m...