Jeon Wonwoo X Choi Seungcheol
••••
Lilin-lilin berwarna biru, dengan susunan rapi dan jumlah yang spesifik, sembilan buah. Mengirimkan pesan yang tak mampu dicerna oleh logika. Pesan dari kegelapan yang selalu mengintai. Pesan Sang Pembunuh kepada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✤𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔✤
_______
"Aku tidak peduli dengan pesta. Aku hanya ingin segera menjadi milikmu, Wonwoo."
Dan begitulah, dalam upacara kecil pernikahan yang sederhana, mereka terikat sebagai pasangan, hanya disaksikan oleh Donghae, pengacara dan beberapa orang kepercayaan Wonwoo, lelaki itu melingkarkan cincin tanda kepemilikannya di jemari Seungcheol, dan kemudian mengecup pengantinnya. Meskipun sederhana dan tak dirayakan dalam keramaian, Seungcheol sangat bahagia, dia tampak begitu cantik dan berbinar-binar sehingga Donghae pun menyenggol Wonwoo sambil mengamati Seungcheol.
"Tidak heran kau begitu terpesona kepadanya, dia begitu manis, dan keindahannya luar biasa." Donghae menatap Seungcheol dan mengerutkan keningnya, "Dia memang terlihat luar biasa, tidakkah kau memperhatikan rambutnya, tekstur wajahnya dan bentuk tubuhnya yang sangat ideal. Begitu seksi dan enak dipandang. "
Donghae sendiri berdarah Amerika Latin setengah Korea, marga Donghae berasal dari ibunya yang adalah Korea asli, sedangkan nama Donghae berasal dari ayahnya seorang pengusaha Amerika Latin yang jatuh cinta dan menikahi ibunya dalam kunjungan bisnisnya ke Korea. Wonwoo mengamati Seungcheol dengan tatapan mata puas mengagumi keindahan isterinya itu, miliknya. Lalu dia melemparkan tatapan mata mencela pada Donghae.
"Kau berani-beraninya mengomentari bentuk tubuh isteriku?"
Donghae tertawa, "Hei... aku memuji isterimu. Dia memang luar biasa indahnya.
Pesta sudah hampir usai, dan Wonwoo merangkulkan lengannya di pinggang isterinya, dengan bergairah dan penuh makna, hingga Seungcheol tersenyum, lalu mengikuti Wonwoo dihela menuju kamar besar mereka yang telah disiapkan, meninggalkan para tamu di belakang mereka. Kamar itu besar dan indah, cahayanya temaram, dan Seungcheol melihat satu-satunya cahaya itu berasal dari sembilan lilin biru yang diatur setengah melingkar dengan indahnya di sana. Matanya menoleh ke arah Wonwoo dan tersenyum haru, teringat akan kenangan indah ketika lelaki itu melamarnya dalam buaian lembut cahaya temaram dari sembilan lilin biru yang indah itu.
"Wonwoo." Seungcheol mendesah ketika lengan kuat lelaki itu melingkari pinggangnya dari belakang, lelaki itu menundukkan kepalanya, mengecup sisi leher Seungcheol, membuatnya panas.
"Kau menyukainya?" Wonwoo berbisik serak, merasa puas ketika Seungcheol menganggukkan kepalanya, "Aku berharap ketika kau melihat lilin berwarna biru itu, kau akan selalu mengingat betapa aku mencintaimu Cherry, betapa aku sangat-sangat menyayangimu dan ingin menjagamu selamanya."
Lelaki itu menurunkan tuxedo putih yang Seungcheol gunakan itu, yang khusus dipesan untuk pernikahan mereka. Kemudian Wonwoo mengecupi pundaknya dari belakang, membuat Seungcheol mendongakkan kepalanya, pasrah dah bersandar kepada Wonwoo, pemiliknya.
"Aku sangat ingin memilikimu. Kau membuatku hampir gila karena menahan gairahku, tetapi aku tidak ingin menodaimu, tidak sebelum kau resmi menjadi milikku." Wonwoo bergumam serak, mendongakkan kepala Seungcheol dari belakang, kemudian melumat bibirnya dari sana. Kecupannya lembut, penuh penghargaan, membuat Seungcheol merasa begitu dihargai, dan begitu dicintai.