Plak...
Buagh..
"Dasar anak tidak tau di untung kamu, Cuma bisanya malu maluin keluarga aja, gak berguna jadi anak" seorang ibu yang dengan tega memukul bahkan mencaci anak perempuannya sendiri karena malu anak perempuannya bercerai dengan suaminya.
"Nyesel saya punya anak kayak kamu Kila, mau jadi apa kamu habis cerai hah! Lebih baik kamu pergi dari sini, buat malu aja" ujarnya tanpa belas kasian padahal dirinya seorang ibu.
Gadis itu hanya bisa meringkuk menahan isakan yang sedari tadi hendak terdengar, dengan tubuh gemetar dia hanya bisa menahan setiap pukulan yang dia terima.
Dirinya tidak berani untuk melawan bahkan takut hanya untuk menatap mata ibunya sendiri.
Abang nya hanya diam melihat adiknya yang terus di siksa karena ibunya merasa malu."udah malu sama tetangga, udah biarin aja" abangnya membawa ibunya pergi entah takut ibunya semakin menyiksa adiknya atau hanya tidak ingin ada tetangga yang mendengar.
"hiks bu dhe aku takut, hiks aku mau ikut bu dhe aja, Kila gak mau di pukul lagi hiks" dia meringkuk tubuhnya bergetar dengan bibir yang terkatup rapat memejamkan matanya erat saat bayang bayang itu kembali.
Dirinya hanya remaja 17 tahun yang di paksa nikah dengan seorang laki-laki yang sudah berumur 27 tahun, namun bahkan baru satu Minggu mereka menikah, dia laki-laki itu berani menamparnya hanya karena dia menolak untuk melakukan hubungan suami istri padahal dia masih takut saat itu.
Bahkan ketika kakaknya menjadi saksi dan yang paling tau kejadian itu hanya diam, seorang kakak laki-laki yang menjadi harapan adiknya untuk bisa menjadi pelindung namun semua itu hanya angan saja.
Kila hanyalah remaja yang masih lugu yang tumbuh tanpa peran seorang ayah bahkan kehadirannya tidak pernah di harapkan."bu dhe hiks ayah, Kila capek hiks" tubuhnya kembali meringkuk menyembunyikan dirinya di dalam selimut dengan air mata yang terus mengalir.
Dia mengangkat wajahnya mengalihkan perhatiannya pada tempat di mana dia menyimpan sesuatu yang selama ini dia sembunyikan.
Dengan bibir bergetar gadis itu berusaha manahan rasa sakit di hatinya saat tidak ada satupun orang yang mau memegang tangannya hanya untuk bangkit tidak ada yang mau memeluknya memberikan kata penenang untuk gadis yang baru saja menginjak usia 17 tahun itu.Sret...
Sret...
Sret...
Goresan samar mulai terlihat dengan warna merah yang menghiasinya.
Bukannya merasa sakit, kini Kila hanya bisa tersenyum, rasa sakit di hatinya jauh lebih terasa dari pada luka yang dia buat.
Sedari kecil dirinya sudah sering mengalah dari sang kakak padahal bukankah seharusnya itu terbalik.
Tapi tidak dengan Kila yang tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya, ayahnya sudah meninggal ketika dia baru berusia 4 bulan dan selama itu ibunya menyerahkan bayi merah itu untuk di asuh oleh kakak iparnya yang tidak mempunyai anak.
Hingga besar Kila hanya bisa bergantung dan nyaman ketika berada dekat dengan bu dhe dan pak dhenya yang biasa dirinya panggil ayah karena dulu Kila kecil percaya mereka adalah orang tua kandungnya dan pak dhe adalah ayahnya hanya saja pisah dengan ibunya.
Tidak jarang Kila kecil dulu sering mendapatkan uang dari orang orang karena dirinya yang seorang anak yatim tapi itu semua langsung di ambil oleh ibunya sendiri, sedangkan Kila yang masih tidak mengerti hanya terdiam.
Ketika Kila bertanya kenapa ibu lebih sayang kepada kakaknya? Dia juga anaknya bukan?
"Saya tuh dulu gak mau punya anak lagi, eh bapak mu pengen punya anak perempuan, pas udah dapet malah di tinggal mati"
Itulah jawaban yang selalu Kila dapat ketika bertanya pada ibunya yang tanpa sadar itu semua menjadi luka hingga gadis itu dewasa.
Namun 6 bulan yang lalu bu dhe pergi selamanya di susul ayahnya 2 bulan kemudian.
Hancur itu yang di rasakan kila di tinggalkan dua orang yang selama ini menjadi semangat nya, dua orang yang tidak pernah lelah memberikan semua kasih sayang yang belum pernah Kila dapatkan.
Namun belum sembuh luka itu mereka ibunya menjodohkan Kila dengan laki-laki pilihannya hanya karena genggi melihat anak tetangga yang sudah menikah.
Lalu apa ini semua salah Kila???
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa harus aku??
Non-FictionTersenyumlah walaupun kamu tau tubuhmu sedang tidak baik baik saja, di terpa ribuan badai yang kapan saja bisa membuatmu tumbang. Kau kuat dengan kakimu sendiri, teruslah bernafas hingga waktu yang menghentikan rasa lelah mu.