Aurora akhirnya duduk di sofa kosong yang berada sedikit di pojok ruangan. Rami, seperti biasa, masih saja membuntutinya dari belakang, membuat gadis itu hanya bisa menghela napas pelan, tak sanggup lagi menegur sahabatnya yang satu itu.
Di tengah ruang tamu, kehebohan kecil terjadi. Suasana begitu hangat dan ramai, dipenuhi tawa dan obrolan penuh antusias. Pharita duduk di sisi Ahyeon, tangannya tak henti mengelus perut sang calon ibu dengan penuh semangat.
"Ahyeona," ucapnya heboh, "aku nggak sabar banget nunggu kelahiran si kecil!"
"Aku juga!" Asa menimpali cepat, wajahnya berseri-seri. "Bayangin sebentar lagi aku jadi aunty... ahh, deg-degan banget!"
"Kira-kira nanti bayinya laki-laki atau perempuan, ya?" Ruka ikut bertanya, menyandarkan tubuh santainya ke sandaran sofa sambil melirik perut Ahyeon.
"Ah iya!" Asa menoleh cepat. "Kamu udah tahu belum jenis kelaminnya?"
Ahyeon tersenyum kecil, lalu menggeleng pelan. "Belum. Aku dan Aurora memang sengaja nggak mau tahu dulu. Kami pengen ngerasain kejutan saat dia lahir nanti."
"Ahhh, aku harap anaknya laki-laki!" seru Ruka penuh semangat. "Biar bisa aku ajarin jadi keren dan swag kayak aku!"
Pharita langsung mengerucutkan bibirnya. "Enggak! Aku mau anaknya perempuan. Biar bisa aku ajak ke salon, belanja, dan mix and match outfit lucu bareng!"
"Aku setuju sama Pharita," Asa ikut berpihak. "Bayangin punya mini Ahyeon versi cewek, pasti gemes banget."
"Tapi Canny lebih setuju sama Kak Ruka," Chiquita ikut bersuara dari bawah sofa tempat ia duduk santai. "Aku ngebayangin kalau laki-laki, pasti lucu dan aktif banget."
Aurora yang sejak tadi hanya mengamati, mendengus kecil dan memutar bola matanya malas. Ia bersandar sambil menyilangkan kaki, tak tertarik ikut dalam debat jenis kelamin itu.
"Ck. Kalian berisik banget, deh. Mau laki-laki atau perempuan, itu bukan hal penting," ucap Aurora ketus. "Yang penting dia lahir sehat dan selamat."
Rami mengangguk setuju. "Nah, bener. Kesehatan bayi dan ibunya jauh lebih penting daripada ribut laki-laki atau perempuan."
Ahyeon tersenyum lembut, menatap Rami dengan penuh rasa terima kasih. "Iya, aku juga setuju."
Asa mengangkat tangan seperti anak sekolah. "Iya sih… tapi kalau boleh milih, kamu pengen bayinya laki-laki atau perempuan, Ahyeonie?"
Pertanyaan itu membuat Ahyeon terdiam sejenak. Tatapannya menerawang, seolah tengah membayangkan wajah kecil yang belum pernah ia lihat.
"Aku nggak tahu," jawabnya dengan pelan. "Aku hanya ingin dia lahir dengan selamat… itu saja sudah lebih dari cukup untukku."
Semua hening sesaat, larut dalam makna kalimat Ahyeon yang sederhana namun dalam. Lalu, seolah baru menyadari sesuatu, ia menoleh ke arah teman-temannya.
"Eh, ngomong-ngomong, kalian kok sudah sampai di Korea hari ini? Bukannya kalian bilang baru datang dua hari lagi?"
Asa terkekeh kecil, matanya berbinar seperti anak kecil yang berhasil menyimpan rahasia besar.
"Kita memang sengaja merahasiakannya dari kamu dan Rora. Aku, Ruka, dan Pharita sepakat mau kasih kejutan buat kalian."
Ruka mengangguk, menyambung, "Makanya kami cuma kasih tahu Rami dan Chiki biar mereka yang jemput di bandara."
"Dan kita sampai di Korea semalam," tambah Pharita. "Begitu turun dari pesawat, Rami dan Canny udah nunggu di sana. Suprise!"
Ahyeon hanya bisa terkekeh, matanya berkaca-kaca menahan haru. Kejutan kecil dari sahabat-sahabatnya ini benar-benar membuat hatinya hangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lowkey.
Teen FictionAhyeon, seorang gadis yang dikenal oleh semua orang sebagai sosok yang tak pernah mengecewakan. Dengan prestasi yang gemilang, ia selalu menjadi teladan. Tak ada riwayat buruk dalam hidupnya, tak pernah ada kata 'gagal' yang singgah dalam perjalanan...