Awal mulanya sebuah kisah 2

19 6 7
                                    

Sementara itu di rumahnya, datanglah seorang pria cacat. Nama lengkapnya adalah, Christopher August William Simanjuntak berusia 30 tahun. Sosok William dikenal, seorang pria yang senang opera sabun. Pekerjaan William adalah, seorang penulis novel ternama. William memiliki seorang adik, Timotius Johanes Aryo Simanjuntak berusia 25 tahun. Sosok Johanes dikenal, seorang pemuda yang sangat terampil. Pekerjaan Johanes adalah, seorang juru masak restoran. Mereka tidak terlalu dekat.

William dan adiknya Johanes tinggal di sebuah rumah besar. "Baiklah, opa Damian tersayang. Aku senang sekali" kata Wilson. "Baiklah, Wilson Sutherland. Berbaring saja dekat diriku" kata Damian sambil tersenyum lebar. "Baiklah, opa Damian tersayang. Aku akan menuruti permintaanmu" kata Wilson sambil tersenyum dengan lebar. Seketika itu juga, William duduk.

Sementara itu sebuah tempat, Edison sedang marah besar. "Astaga, Wilson Sutherland. Ternyata kau membawa teman" kata Edison sambil tersenyum. "Astaga, tuan Edison Sutherland. Senang bertemu denganmu" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Senang bertemu denganmu" kata Edison sambil tersenyum. "Astaga, tuan Edison Sutherland. Senang bertemu denganmu" kata William sambil tersenyum. Seketika itu juga, Edison pergi.

Sementara itu di tempat lain, Vanessa sedang merasa senang. "Astaga, Wilson Sutherland. Ternyata kau membawa teman" kata Edison sambil tersenyum. "Astaga, tuan Edison Sutherland. Senang bertemu denganmu" kata William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Senang bertemu denganmu" kata Edison sambil tersenyum. "Astaga, tuan Edison Sutherland. Senang bertemu denganmu" kata William sambil tersenyum. Seketika itu juga, Vanessa puas.

Sementara itu di rumahnya, Wilson sedang tersenyum lebar. "Baiklah, opa Damian tersayang. Nikmati pijatanku" kata Wilson. "Tidak, Wilson Sutherland. Rasanya aku ingin tidur" kata Damian sambil menolak. "Ayolah, opa Damian tersayang. Pijatanku belum selesai" kata Wilson sambil merajuk. "Baiklah, Wilson Sutherland. Tolong lanjutkan lagi" kata Damian sambil telungkup. "Baiklah, opa Damian tersayang. Terima kasih" kata Wilson. "Baiklah, Wilson Sutherland. Tubuhku telanjang untukmu" kata Damian sambil pasrah. "Baiklah, opa Damian tersayang. Terima kasih" kata Wilson. Seketika itu juga, William duduk.

Sementara itu di ruang tengah, Edison sedang asyik mengintip. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku senang sekali" kata Wilson. "Baiklah, Wilson Sutherland. Apakah yang kita lakukan?" tanya William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Kau pasti akan terkejut" jawab Wilson sambil tersenyum. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku tidak sabar" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Ayo, cepat kemari" kata Wilson. Seketika itu juga, Edison kesal.

Sementara itu di tempat lain, Vanessa sedang merasa senang. "Baiklah, William Simanjuntak. Aku senang sekali" kata Wilson. "Baiklah, Wilson Sutherland. Apakah yang kita lakukan?" tanya William sambil tersenyum. "Baiklah, William Simanjuntak. Kau pasti akan terkejut" jawab Wilson sambil tersenyum. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku tidak sabar" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Ayo, cepat kemari" kata Wilson. Seketika itu juga, Vanessa puas.

Sementara itu di rumahnya, Wilson dan William berbaring. "Astaga, Wilson Sutherland. Rasanya aku bermimpi" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau rasakan?" tanya Wilson sambil tersenyum. "Astaga, Wilson Sutherland. Opamu mirip Hugh Jackman" jawab William sambil membelai. "Benar, William Simanjuntak. Opaku mirip Hugh Jackman" jawab Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku ingin lebih" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku sedang merasa ereksi" jawab William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Peluk saja opaku" kata Wilson. Seketika itu juga, William tidur.

Sementara itu di ruang tengah, Edison sedang asyik mengintip. "Astaga, Wilson Sutherland. Rasanya aku bermimpi" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau rasakan?" tanya Wilson sambil tersenyum. "Astaga, Wilson Sutherland. Opamu mirip Hugh Jackman" jawab William sambil membelai. "Benar, William Simanjuntak. Opaku mirip Hugh Jackman" jawab Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku ingin lebih" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku sedang merasa ereksi" jawab William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Peluk saja opaku" kata Wilson. Seketika itu juga, Edison pergi.

Sementara itu di tempat lain, Vanessa baru saja pulang. "Astaga, Wilson Sutherland. Rasanya aku bermimpi" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau rasakan?" tanya Wilson sambil tersenyum. "Astaga, Wilson Sutherland. Opamu mirip Hugh Jackman" jawab William sambil membelai. "Benar, William Simanjuntak. Opaku mirip Hugh Jackman" jawab Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku ingin lebih" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku sedang merasa ereksi" jawab William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Peluk saja opaku" kata Wilson. Seketika itu juga, Vanessa puas.

Saat malam harinya, Wilson dan William sedang berbaring. "Astaga, Wilson Sutherland. Rasanya aku bermimpi" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau rasakan?" tanya Wilson sambil tersenyum. "Astaga, Wilson Sutherland. Opamu mirip Hugh Jackman" jawab William sambil membelai. "Benar, William Simanjuntak. Opaku mirip Hugh Jackman" jawab Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku ingin lebih" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku sedang merasa ereksi" jawab William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Peluk saja opaku" kata Wilson. Seketika itu juga, William tidur.

Sementara itu di ruang tengah, Edison sedang asyik mengintip. "Astaga, Wilson Sutherland. Rasanya aku bermimpi" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau rasakan?" tanya Wilson sambil tersenyum. "Astaga, Wilson Sutherland. Opamu mirip Hugh Jackman" jawab William sambil membelai. "Benar, William Simanjuntak. Opaku mirip Hugh Jackman" jawab Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku ingin lebih" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku sedang merasa ereksi" jawab William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Peluk saja opaku" kata Wilson. Seketika itu juga, Edison pergi.

Sementara itu di tempat lain, Vanessa baru saja pulang. "Astaga, Wilson Sutherland. Rasanya aku bermimpi" kata William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau rasakan?" tanya Wilson sambil tersenyum. "Astaga, Wilson Sutherland. Opamu mirip Hugh Jackman" jawab William sambil membelai. "Benar, William Simanjuntak. Opaku mirip Hugh Jackman" jawab Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku ingin lebih" kata William. "Baiklah, William Simanjuntak. Apakah yang kau maksud?" tanya Wilson sambil membelai. "Baiklah, Wilson Sutherland. Aku sedang merasa ereksi" jawab William sambil membelai. "Baiklah, William Simanjuntak. Peluk saja opaku" kata Wilson. Seketika itu juga, Vanessa puas.

The ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang