Bab 11: Nyaris Ketahuan

348 4 0
                                    

***

Wajah cantik Helena tersirat keterkejutan yang mendalam saat ia mendengar suara ketukan pintu.

Tangannya mencengkram kedua bahu kekar Heros sambil menoleh ke arah pintu dengan cepat. "Ya Tuhan, siapa yang mengetuk pintu?" gumamnya sebelum memalingkan pandangannya ke arah Heros. Pria itu terlihat tenang, santai. "Heros, apakah mungkin orang itu Fernan? Astaga, bagaimana ini?" Helena terlihat panik sambil menarik kedua tangannya dari pundak Heros.

Helena berusaha mundur dan menjauh dari pria itu, namun pinggangnya disentuh oleh tangan lebar sang pria, menahannya dengan lembut.

"Helen... honey, apakah kau sudah selesai?" Suara Fernan terdengar di balik pintu. Helena benar-benar menebak dengan tepat; orang yang baru saja mengetuk pintu adalah Fernan, kekasihnya.

"Sial!" maki Helena dengan suara menggeram. "Dia benar, Fernan. Heros, bagaimana ini?! Kamu jangan diam saja!" Kesalnya kepada pria itu. Ia berusaha untuk mundur, tetapi Heros tidak ingin membiarkannya menjauh.

"Aku menyadari itu. Aku mendengarnya," sahut Heros dengan sikap santai, yang membuat Helena semakin marah. "Mengapa kau begitu panik, hm? Apakah kau takut dia mengetahui tentang hubungan kita?" tanya Heros sambil mengangkat sebelah alis.

Wajah cantiknya terperangah, "Hubungan kita? Hubungan apa yang kamu maksud?! Kita tidak memiliki hubungan apa pun! Ingatlah, apa yang kita lakukan sekarang hanyalah karena sebuah kesepakatan, tidak lebih!" tegas Helena dengan suara yang tak terbantahkan.

Heros terkekeh pelan melihat kemarahan Helena. "Itulah yang aku maksud, kesepakatan, Baby. Bukan hubungan yang lain. Mengapa asumsimu seolah-olah mengarah padaku berpikir seperti itu, hm? Apa jangan-jangan sebenarnya kau yang berharap hubungan kita lebih dari sekadar kesepakatan yang ada?" Heros menatap Helena dengan tatapan mengejek, sementara Helena kini mendelikkan kedua matanya lebar-lebar, menatap Heros dengan jengah.

"Jangan bicara sembarangan, Heros!" kesal Helena sambil meletakkan kedua tangannya di dada bidang sang Detective dan mendorong agak kuat, menciptakan jarak antara mereka.

Heros tertawa pelan, berdiri sambil berkacak pinggang, menatap Helena dengan gemas. Ia menjilat bibirnya, sementara Helena malah suka dengan pemandangan tersebut. Heros tampak seksi dan menggelora.

'Ish, aku mikir apa, sih?!' bisiknya kesal dalam hati.

"Kenapa kamu masih di sini? Segera sembunyi, Heros! Fernan berada di luar! Aku tidak mau dia melihatmu di sini!" pekik Helena dengan suara tertahan, sambil menoleh ke arah pintu dengan wajah penuh kecemasan.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar kembali. "Honey, apakah kau baik-baik saja di dalam sana?" seru Fernan di depan pintu.

Helena menelan ludah dengan kasar sambil menatap cemas pada Heros. Pria itu hanya berdiri tegak, melipat kedua tangannya di dada tanpa sepatah kata pun.

Helena menoleh ke arah pintu. "Iya... iya, aku baik-baik saja, Fernan. Tunggu sebentar!" seru Helena membalas dengan suara terbata-bata sebelum beralih menatap Heros.

"Heros, aku mohon, tolong bersembunyi. Jangan mempersulit keadaanku, please," pinta Helena dengan ekspresi yang penuh permohonan. Ia menyatukan kedua tangan di dadanya, menunjukkan raut wajah seorang yang tengah memohon.

Heros menghela napas sejenak sebelum melangkah mendekati Helena. Berdiri di hadapan gadis itu dengan jarak yang sangat dekat, ia menggenggam tangan Helena sambil menatapnya penuh kelembutan. "Kau tidak perlu bersikap seperti ini hanya karena Fernan. Sangat tidak pantas. Dia tidak pantas mendapatkannya," ucap Heros dengan tegas.

The Bastard Detective (21++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang