01

283 41 4
                                    

28 Desember, 1978

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

28 Desember, 1978.

"Kak!"

Seorang lelaki dengan wajah rupawan menolehkan kepala, melihat Juniornya berlari menghampiri. Netra maroon dari si pria menatap datar, mulut menghisap rokok yang dinyalakan.

"Simon."

Mulut berucap singkat, satu kata yang keluar dari bibir: code name milik Juniornya. Simon terengah, tangan terangkat membersihkan keringat di pelipis yang muncul karena berlari menuju tempat Sang Kakak. Lelaki dengan rambut panjang mencapai bahu itu berdiri tegak, bersiap mengatakan sesuatu.

"Kak Peter akan menjalankan misi dari Ayah, ya? Kakak akan pergi ke London?" Simon melayangkan runtutan pertanyaan karena rasa penasaran sekaligus khawatir. Misi kali ini cukup berbahaya, meskipun Kakaknya ini yang terkuat di antara 12 Apostle, tetap saja perasaan khawatir tak bisa dihilangkan.

Peter menatap adiknya. Tangan terangkat, menggunakan jari telunjuk dan tengah untuk menarik rokok yang ada di antara bibir.

"Aku tidak akan mati," katanya dengan ekspresi netral, senyuman terpatri di wajah tampan Peter. Pria itu menepuk pundak adiknya, seolah menenangkan kekhawatiran Simon. "Mungkin kamu melupakan siapa aku, sampai mengizinkan kecemasan menguasai pikiranmu."

Simon menatap nanar, menundukkan wajah sembari menghela napas. "Aku hanya khawatir, Kak. Kakak adalah pondasi dari kami para Apostle. Jika sesuatu terjadi pada Kakak.."

"Simon."

Suara berat yang tegas menggema di pendengaran Simon. Lelaki itu mendongak, menyadari wajah Seniornya yang serius. Meskipun wajah Peter selalu serius, sih.

"Sia-sia jika kamu mengkhawatirkanku, kau tahu sendiri bagaimana aku dalam misi."

Helaan napas terdengar, Simon terdiam dalam keheningan. Sia-sia, betapa ia merisaukan sang kakak. Bahkan saat menyelamatkan pewaris Daeha Group yang diculik di Moskow, kakaknya ini pulang ke Korea Selatan dengan selamat, tanpa cela.

Dalam keheningan itu, ketenangan kembali menyelimuti mereka, benar apa yang dikatakan Peter. Lagipula, Kakaknya adalah yang terkuat.

"Waktu keberangkatan telah tiba," kata Peter, sambil menggenggam tas kotak yang penuh barang dan senjata. Dengan tatapan dalam yang tertuju pada si Junior, ia melanjutkan, "jagalah dirimu baik-baik selama aku pergi."

Peter membalikkan tubuh menuju ke kapal tempatnya akan berlayar ke London. Salah satu tangan dimasukkan ke dalam saku trench coat yang dikenakan, dan tangan yang bebas menenteng tas miliknya. Kaki jenjang menaiki kapal, berdiri di antara kerumunan orang.

Seperti perahu impian yang membelah lautan gelap, siap mengantarnya pada misi yang tak tertulis dalam rencana. Angin laut menyapu wajah tampan si pria, membawa bisikan misteri dari jauh, sementara gelombang menari mengikuti irama hati yang berdebar.

amour éternel ─ peter x f!readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang