2

11 2 0
                                    

Lelaki bersurai hitam dengan netra berwarna hijau cerah itu menatap tajam pada kekasihnya.

Mereka berdua adalah sepasang kekasih, namun Eren mencoba untuk menahan dirinya pada Mikasa. Lelaki itu menggeleng menolak bagaimana ia bisa membayangkan dirinya menyentuh Mikasa dan memiliki anak dari Mikasa, itu pastinya akan membuat Mikasa semakin menderita.

Waktu itu sebentar lagi tiba, Eren tak bisa memberikan hal yang seharusnya tidak pernah ada. Eren tidak bisa memaksakan takdir, bahkan mengubah takdir, walau sekeras apapun ia berusaha, ia akan mati juga.

"Eren maaf, aku menyiksa mu." Ungkap Mikasa dengan rasa menyesal.

"T-tidak Mikasa, seharusnya kau berhak mendapatkannya, namun aku tidak bisa melakukannya." Jawab Eren dengan perasaan menyesal dan bercampur aduk.

Eren memeluk Mikasa dengan cepat, sembari menggumam kata maaf dan maaf, sedangkan Mikasa menangis atas jawaban dari Eren, karena dirinya tahu hidup Eren hanya sebentar lagi.

Tidak seharusnya mereka menikmati segala moment kebahagiaan yang masih tersisa, bukan meratapi kesedihan atas kehilangan kelak.

"Eren.."

Namun Eren yang terlalu kalut atas kesedihannya, perlahan ia membuang egonya, menghilangkan rasa takutnya, mencoba mendekati bibir tipis milik Mikasa.

Ini bukan karena hasrat nafsu, tapi karena sebuah penyesalan yang tidak berujung.

Mikasa merasakan hangat bibir milik Eren, dirinya juga ikut hanyut dalam lumatan lembut dari Eren. Tak kuasa akan segala penderitaan yang dipikul, tak apa baginya untuk melepaskan satu penderitaan ini.

Ciuman itu semakin dalam dan mereka hanyut pada emosi masing-masing. Eren perlahan menutup matanya dan mereka mencari kebahagiaan yang memuncak.

Entah ciuman atau dekapan hangat Eren, mampu membuat Mikasa menangis bahagia mencapai kebahagiaannya di atas puncak.

------

"Mikasa.. Mikasa, ayo bangun. Angin di luar begitu kencang, kau tidur di dalam saja."

Mikasa membuka matanya terperangah, mencari Eren yang sekarang tengah memotong kayu yang digunakan untuk kayu bakar.

"Eren.."

Eren menoleh ke belakang, ternyata Mikasa sudah bangun. "Oh, kau sudah bangun."

"Um.."

"Mi-Mikasa, kau menangis?"

Mikasa hanya menyeka air matanya sembari terkejut ia bermimpi sambil menangis dengan nyata, mimpinya terasa meluapkan emosi secara nyata.

"Mikasa kau baik-baik saja? kau bermimpi buruk?" Eren mulai khawatir dengan Mikasa, pria itu menghapus air mata gadis cantik yang ada di hadapannya itu.

"Oou, aku bermimpi indah. Makanya aku menangis." Jawabnya sembari memberikan senyuman kecil.

"Kenapa kau harus tidur di luar?" Tanya balik Eren pada Mikasa.

"Aku menunggu mu, aku tidak ingin meninggalkan mu sendirian." Ungkap Mikasa.

Eren tersenyum kecil, "Syal yang kau berikan mampu melindungi suhu tubuh ku, serasa hangat.. bahkan aku selalu merasa kau ada di dekatku karena syal ini. " Tukas Eren pada Mikasa.

"A-aku juga.. syal yang kau berikan ini mengingatkan ku pada mu."

Eren mendekati Mikasa perlahan, "kau pasti begitu lelah, ayo pindah dan lanjutkan tidur mu." Titah lelaki bersurai gelap itu.

Mikasa meregangkan otot-ototnya, "aku merasa mimpi yang panjang sekali, rasanya bahagia dan menyakitkan secara bersamaan."

Eren menatap Mikasa lagi, perlahan Mikasa mendekati Eren dan memeluk lelaki jangkung itu dengan erat, begitupun Eren juga membalas pelukan Mikasa.

"Eren.. apakah kita bisa tinggal disini lebih lama?"

Eren mengernyit dahinya, "aku sudah tidak bisa melakukan apapun lagi."

Mikasa menatap Eren begitu dalam, wajahnya menyiratkan pertanyaannya besar pada kekasihnya itu.

"Sejak hari dimana kita melarikan diri dan memutuskan tinggal di tempat ini, ini sudah tahun ketiga kita berada disini. Dan aku tidak tahu pasti, jika kita tidak berlari mereka pasti akan membunuh kita." Tukas Eren lagi. "Maka dari itu, mari kita hidup tenang sambil menunggu waktu itu tiba. Hanya kita berdua tidak ada orang lain lagi."

Mikasa kembali erat memeluk Eren sembari mengatakan, "Maaf, aku berjanji tidak akan membicarakan hal itu lagi."

"Dan satu lagi, berjanjilah pada ku Mikasa. Ketika aku mati, buanglah syal ini dan hiduplah lebih lama di masa depan, hiduplah bahagia dan lupakan aku dan bebaslah, tolong Mikasa."

Mikasa masih setia memeluk Eren dengan erat, bahkan dirinya menghirup harum aroma tubuh Eren, dan mencium dada bidang Eren seakan-akan kekasihnya itu akan lenyap sebentar lagi. Mikasa semakin memeluk Eren sesekali menyembul wajahnya menatap Eren.

Eren memeluk erat lagi tubuh Mikasa, serta mengelus pucuk kepala Mikasa beserta surainya. Belaian lembut dan halus itu diterima oleh Mikasa dengan lapang, kemudian Eren mencium dahi Mikasa untuk pertama kalinya.

Entah mengapa semakin lama pelukan Eren kepada Mikasa semakin melemas, tangan Eren serta badan jangkungnya sudah mulai lunglai ingin menjatuhkan diri ke tanah, namun Mikasa masih menahan tubuh Eren dengan kuat.

"Tidak.. tidak Eren, jangan pergi." Mikasa menggeleng keras, "Eren bangun!" pekik Mikasa terisak yang begitu menyesakkan hatinya.

Tubuh Eren terjatuh, kepalanya di pangkuan paha Mikasa. "aku mencintai mu, sampai jumpa Mikasa." Perlahan mata Eren tertutup rapat untuk selamanya.

Mikasa terkejut dan menangis, mendekatkan bibirnya pada bibir Eren, kemudian memberikan kecupan pertama dan terakhir kalinya untuk kekasihnya itu.

"S-sampai jumpa Eren.."

------

Mikasa membuka matanya kembali, ia tersentak kecil akan mimpinya yang berulang-ulang lagi.

Ia berada di sebuah tempat luas dipenuhi bunga dan hamparan hijau yang indah, serta pohon besar yang rindang, dimana dulu dirinya bersama Eren bermain di tempat itu.

"Ah Eren.. aku bermimpi hal yang sama lagi, entah kau mengetahuinya atau tidak aku ingin mengatakan aku merindukan mu. Sudah sepuluh tahun sejak kepergian mu, aku masih setia disini menunggu mu. Syal ini, syal milik mu dan syal buatan ku. Aku tidak membuangnya. Syal ini akan selalu ada bersama ku, sebagai pengingat bahwa kau pernah ada disisi ku. Eren, ketika aku menyendiri disini apakah kau berada di sampingku?"

Mikasa menatap ke sebelahnya yang berisikan batu nisan milik Eren Jaeger kekasihnya, ternyata Eren masih setia berada di sebelahnya.

Syal buatannya dulu untuk Eren, kemudian ia lilitkan syal tersebut pada batu nisan milik Eren.

Tak ia sadari, dirinya didatangi seekor burung putih yang indah mengepak sayapnya kemudian menarik syal yang melilit di lehernya, ternyata burung itu mencoba untuk membenarkan syal milik Mikasa.

"Terima kasih.." lirih Mikasa sembari menatap burung yang sudah terbang jauh. Kemudian ia menatap batu nisan Eren dan mengusap nisan itu.

"Eren, sampai jumpa lagi." Ungkapnya, perlahan ia berdiri dan berjalan menjauhi pemakaman Eren. Lamat-lamat dari yang terlihat batu nisan Eren, dari jauh terlihat hanya padang hijau yang luas dengan pohon yang begitu rindang meneduhi tempat tinggal Eren yang sekarang. Namun Mikasa semakin menghilang menuju distrik perumahan, dengan meninggalkan Eren yang menatapnya  dari jauh.

end.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATE || EREN × MIKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang