Gue akan kenalkan kalian dengan teman-teman gue dan juga kisah mereka. Gimana kita bisa bertemu dan bahkan sangat dekat. Tapi yang perlu diketahui, ini bukan gosip yah.
Yang pertama akan gue kenalkan adalah Tama. Tama itu dikenal akan sifatnya yang terlihat misterius yang mana cenderung dingin dengan orang baru, entah mereka pikir Tama itu kulkas atau gimana gue pun gak mengerti.
Tama sering di cap sebagai anak yang suka membuat masalah karna kepribadiannya yang gak mudah berinteraksi dengan orang. Tapi banyak yang tidak diketahui orang bahwa Tama hanyalah bocah berisik yang mempunyai tingkat kepedean yang sangat tinggi. Setidaknya itulah yang dilihat oleh kami, teman terdekat Tama.
Gue mengenal Tama sejak kita masih sama-sama duduk di bangku sekolah dasar. Bisa dibilang selain Kak Raya dan Ayah Randy, Tama juga menjadi salah satu saksi hancurnya kehidupan gue di masa lalu. Da tentu saja termasuk mengetahui tentang "malam itu".
Saat itu, Tama menjadi satu-satunya teman yang gue punya. Ketika pertama kali melihat wajah Tama, hal yang diperlihatkan dia adalah wajah murungnya dan bahkan hingga beberapa hari berikutnya. Tama selalu ngehindarin siapapun yang ingin mengajaknya bermain.
Sebenarnya keadaan gue dan Tama saat itu tidak jauh berbeda, sama-sama tidak memliki teman untuk diajak bermain. Maka itulah gue berinisiatif untuk mengajaknya bermain bersama.
Walaupun pada awalnya dia selalu menolak berbicara dengan gue, tapi perlahan Tama membuka dirinya untuk berteman dengan gue.
Saat itu gue yang juga sama-sama engga punya teman berinisiatif menghampiri dan mengajak Tama bermain. Awalnya dia juga enggak menghiraukan gue, dan dengan perlahan ia sedikit membuka diri dengan kehadiran gue.
Jika ada pertanyaan kenapa gue bisa berteman dengan Tama bahkan dengan Dira juga Kaila, jawabannya yah karna kita memiliki permasalahan yang hampir mirip. Sama-sama terlihat kesepian jika pertama kali dilihat.
Kembali ke Tama. Selain Kak Raya dan Ayah randy, Tama juga seseorang yang menyaksikan beberapa luka baru yang selalu gue dapet setiap harinya dari Ayah tiri gue saat itu.
Tama kecil akan selalu bertanya “ayah Raffa kenapa suka pukul? Emangnya Raffa salah apa sampai harus dipukul gitu?.” Dan gue dulu hingga sekarang engga akan pernah bisa menjawab pertanyaan itu.
Ada satu hal fakta menarik dari Tama. Dia paling engga mau di panggil Tama kalau sama seseorang yang dia anggap asing, dia lebih suka dipanggil Elvan. Tapi Tama bakal berubah jadi pemaksa kalo orang itu dia rasa udah bukan orang asing buat panggil nama Tama.
Aneh memang, tapi gue pernah tanya alasan kenapa harus ada perbedaan panggilan itu.
“Hmm... karena Bokap Nyokap gue manggil gitu, mereka orang tua gue tapi yang udah lu tau mereka terasa orang asing buat gue.”
Gue yang saat iti denger jawaban dia cuma bisa diem, engga berani bertanya lebih lanjut.
Dan Tama yang ngeliat gue diem akan langsung berkomentar “Woi! Kenapa malah bengong lo ? Kesambet tau rasa lo. Udah lah gak usah mikir-mikir, kasian otak lo ngebul.”
“sialan lo yahh!”
Begitulah Tama, dia paling tidak mau membahas perihal kondisi rumahnya.
Setiap pagi Tama akan selalu dateng ke rumah dengan berbagai alasan. Dia lebih sering sarapan di rumah gue, berangkat sekolah bareng gue, dan juga lebih sering tidur dirumah gue. Tama emang lebih banyak ngehabisin waktu dia di rumah gue ketimbang rumahnya sendiri.
Jika kalian nanya, emang keluarga Tama dimana? Apa keluarganya engga khawatir anaknya lebih sering dirumah orang lain? Jawabannya engga karna mereka juga jarang dirumah.
Tama lahir dari keluarga yang kaya raya dan dia engga pernah kekurangan dalam segi materi.
Tapi apa menurut mereka materi aja cukup ? Yahh, kedua orang tua Tama adalah manusia yang super sibuk. Mereka terlihat tidak memikirkan kehidupan Tama selama mereka bekerja, mungkin mereka merasa telah selesai tanggung jawab karna telah memberikan Tama materi yang berlimpah itu.Gue emang engga pernah mengerti jalan pikiran orang-orang dewasa itu, entah itu ibu gue atau kedua orang tuanya Tama.
Kedua orang tua nya memang tetap membiayai hidup Tama, bahkan tidak keberatan jika Tama meminta sesuatu atau uang dalam jumlah besar karena menurut mereka itulah yang bisa membuat Tama bahagia.Tama pernah meminta dibelikan studio musik dan tanpa bertanya untuk apa, Ayah nya langsung memberikan itu pada Tama dengan mudahnya. Studio yang kini juga jadi tempat kita berempat berkumpul atau bahkan tempat untuk belajar.
Dan Tama yang dulu dan sekarang sangatlah berbeda, kalau dulu dia akan nangis ketika kedua orang tuanya tidak ingat hari ulang tahunnya maka sekarang dia lebih senang merayakan ulang tahunnya tanpa kedua orang tuanya.
***
“Bisa cepet gak sih Fa! Udah jam berapa nih? Begadang mulu kerjaan lo, kita tuh naik sepeda yah kalo lupa. Belum lagi masih harus jemput Dira.” suara berat Tama langsung terdengar ketika gue baru aja keluar kamar.
“cihhh, berisik. Tidur lo tuh yang bikin gue engga nyenyak.”
Satu lagi fakta, Tama kalau tidur engga bisa diem. Dia tuh emang tidurnya jarang nyenyak gitu, kadang sejam sekali bangun terus pindah posisi. Malah lebih parahnya suka isengin gue kalo kebangun, entah ngerekam gue lagi tidur karena mulut gue kebuka, atau tiduran diatas perut gue dan masih banyak lagi kelakuan dia kalo lagi kebangun. Sangat ajaib bukan kelakuannya?
Tapi masalahnya bukan disitu, dia tuh kalo udah kebangun buat tidur laginya gampang. Beda sama gue, Yang tipe kalo lagi nyenyak-nyenyak tidur terus kebangun dan bakal berakhir susah buat tidur lagi!!!
“hahaha, yah gimana yah Fa. muka tidur lo tuh ngundang banget minta gue kerjain.” Dia malah ngakak sendiri.
“Miki tidir li nginding bingit gii kirjiin..” gue mencibir dan makin bikin dia ketawa ngakak sampe-sampe roti yang lagi di pegang jatuh.
“anjir masih pagi udah lucu banget lo!”
Gue engga menghiraukan dia lagi, yang masih sibuk megangin perut dan ngehapus air mata gara-gara puas ketawain gue.
“tapi Fa, semalem lo tidur kenapa senyum-senyum gitu ? Serem anjir, lo pasti lagi mimpi yang engga-engga yaaa”
“maksud lo yang engga-engga tuh apa ya bocah..”Tanpa aba-aba dia teriak dan mengadu ke Kak Raya. "Kak Raya! Masa semalem Raffa mimpi jorok nih” Sialan emang, Gue yang engga mau nama gue jelek di mata kak Raya buru-buru gue sumpel mulut nih anak pake roti yang ada di tangan gue.
“eh si bangs...” baru aja Tama mau maki-maki gue kak Raya dateng dari dalem kamar dan bilang “Masih pagi loh, udah berantem aja. sana berangkat nanti telat, kalian juga harus jemput Dira."Gue hanya menatap tajam Tama dan dibalas tatapan tajam juga, dia kesel karena gue udah sumpel mulutnya pake Roti.
"Ohh iya, ini udah kaka siapin sarapan buat Dira soalnya pasti dia belum sarapan...” Kata Kak Raya lagi menghiraukan Gue dan Tama, sambil memberikan kotak makan berisikan roti panggang untuk Dira.
Dan kayaknya seorang Adhitama belum puas karna belum berhasil menjatuhkan nama gue didepan Kak Raya. “tapi tadi masa kak, Raffa mimpiin jor..” sebelum berlanjut dia merusak citra gue, langsung gue tutup mulutnya dan segera berpamitan sama Kak Raya.Dengan buru-buru bangun dan ambil bekal punya Dira. Menarik paksa Tama sambil tetap nutupin mulut nya yang suka ngaco. Dan tak lupa sebelum menutup pintu gue memberi pesan Kak Raya biar gak lupa makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us!
Fanfictionini tentang Hafizhan Raffa Khairy ini tentang Adhitama Elvan Syahreza ini tentang Anindira Maheswari ini tentang Kaila Sherly Sifabella