16

25 2 0
                                    

suasana pagi di sekolah sangat ramai

agnes datang lebih awal ke sekolah karena jika datang lebih siang mungkin dia akan bertemu dengan Darren tetapi Darren juga datang lebih awal dan mereka bertemu di lorong sekolah.
agnes yang duluan melihat Darren langsung berbalik arah mau ke kelas tetapi sebelum berjalan darren lebih dulu meraih tangan agnes.

lepasin ga"ucap agnes dengan tegas

gue lepasin tapi lo jangan kabur"ucap darren dengan tatapan yang tidak bisa di artikan

agnes yang melihat itu langsung menganggukkan kepala karena melihat muka darren yang serius

oke gue mau ngomong sama lo"ucap darren

kan dari tadi lu udah ngomong sat"ucap agnes dengan nada dingin

gue serius agnes"kata darren lagi
yaudah ngomong aja ga usah basa basa basi"ucap agnes

gue mau ngomong tapi bukan di sini"kata darren

kenapa bukan di sini?"tanya agnes
yang gue omongin ini penting"ucap darren lalu meraih tangan agnes untuk ke taman belakang sekolah

langsung ngomong aja,ga usah lama lama gue mau ke kelas udah di tungguin sama mereka aurey,alana sama keysa"ucap agnes,padahal ketiga temannya belum ke sekolah,ini hanya akal akalannya doang supaya dia tidak berlama lama berdua dengan darren

teman lu belum pada datang,ga usah bohong"ucap darren

yaudah cepatan lo mau ngomong apa"ucap agnes

oke gue ngomong sekarang,kenapa lo jauhin gue?"tanya darren

gue ga jauhin lo kok,biasa aja tuh"ucap agnes dengan memalingkan wajahnya agar tidak bertatapan dengan darren
kalau ngomong tuh lihat orangnya"ucap darren

ih serius gue tuh ga ngejauhin lo, tapi"ucapan agnes tergantung
tapi apa?"tanya darren

udah lah ga jadi"ucap agnes
atau lo ga suka sama gue"tanya darren lagi
ih bukan gitu darren,gue tuh suka sama lo"ucap agnes kecoplosan

apa,lu ngomong apa tadi?"ledek darren

gue ga ngomong apa apa tuh"ucap agnes malu karena sudah kecoplosan

Darren menatap Agnes dengan mata yang penuh harapan. “Jadi, kamu benar-benar suka sama aku?” tanyanya, suaranya lembut namun penuh perhatian.

Agnes merasa pipinya memerah. “Udah, lupakan aja,” ucapnya, berusaha untuk menyembunyikan rasa malunya.

“Tapi, kalau kamu suka sama aku, kenapa kamu selalu menjauh?” Darren bertanya lagi, tetap menahan tangan Agnes dengan lembut.

“Karena…” Agnes terdiam, bingung harus mulai dari mana. “Karena aku takut, Darren. Takut kalau perasaan ini cuma akan bikin kita ribut dan makin jauh.”

Darren menghela napas, lalu menarik Agnes ke arah dirinya sedikit lebih dekat. “Kalau kamu nggak coba, kita nggak akan pernah tahu. Aku juga takut, tapi aku mau kita coba.”

Agnes menatap Darren dengan mata yang mulai lembut. “Tapi kita harus bisa ngatasi masalah kita, kan?”

Darren tersenyum lembut. “Kita pasti bisa. Yang penting kita jujur sama satu sama lain.”

Agnes merasa hatinya sedikit lebih tenang. “Oke. Kalau begitu, ayo kita mulai dari sini. Tapi jangan terlalu sering bikin aku terkejut seperti ini, ya?”

Darren tertawa pelan. “Oke, aku janji. Tapi jangan lari lagi dari aku, ya?”

Agnes tersenyum, lalu mereka berjalan bersama ke taman belakang sekolah, siap untuk mengatasi segala tantangan yang mungkin datang.
Darren dan Agnes duduk di bangku taman belakang sekolah, dikelilingi oleh pepohonan yang memberikan suasana tenang. Agnes merasakan udara pagi yang segar, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar.

“Jadi, apa langkah pertama kita?” tanya Agnes, berusaha untuk tidak terlihat gugup.

Darren memandang Agnes dengan serius, tapi juga dengan senyum lembut. “Langkah pertama adalah kita harus jujur satu sama lain. Aku mau tahu apa yang sebenarnya kamu rasakan dan kenapa kamu merasa perlu menjauh.”

Agnes menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata. “Sebenarnya, aku pernah punya pengalaman buruk sebelumnya, dan aku takut kalau hubungan kita akan berakhir sama. Jadi aku memilih untuk menjaga jarak, padahal sebenarnya aku memang suka sama kamu.”

Darren mengangguk. “Aku mengerti. Aku juga punya ketakutan. Tapi aku nggak mau kita berakhir tanpa mencoba. Aku ingin kita saling mendukung dan menghadapi ketakutan kita bersama.”

Agnes merasa lega mendengar kata-kata Darren. “Aku mau mencoba, tapi aku juga butuh waktu untuk merasa lebih nyaman. Bisa kita mulai perlahan?”

Darren tersenyum. “Tentu, kita bisa mulai perlahan. Yang penting kita saling memahami dan mendukung.”

Agnes tersenyum kembali, merasa lebih tenang. “Terima kasih, Darren. Aku hargai itu.”

Mereka duduk diam sejenak, menikmati keheningan yang nyaman. Kemudian, Darren memecah kesunyian. “Kamu tahu, aku merasa lebih baik setelah kita bicara seperti ini. Mungkin kita bisa mulai dengan lebih sering berbicara dan menghabiskan waktu bersama.”

Agnes mengangguk. “Itu ide bagus. Dan jangan lupa, aku juga ingin kita bisa berbicara tentang hal-hal kecil, bukan hanya masalah besar.”

Darren tertawa. “Pasti. Dan siapa tahu, mungkin kita bisa menemukan hal-hal kecil yang menyenangkan juga.”

Mereka berdua tertawa, dan suasana pagi yang awalnya tegang kini terasa lebih ceria. Mereka siap menghadapi hari itu dengan semangat baru, saling mendukung dan membangun kepercayaan di antara mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Night WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang