Suasana yang mencekam, langit malam gelap gulita, petir bersahut-sahutan dan angin yang semakin kencang membuat beberapa rumah warga rusak. Begitupun yang sedang terjadi di kamar sang Ratu yang sedang memperjuangkan buah hatinya untuk lahir kedunia ini.
Kesibukan Pelayan dan tabib saling bersahu-sahutan. Pelayan yang saling bertabrakan karena tidak ada satupun cahaya yang membantu mereka. Lampu-lampu yang dipasang pun selalu mati diterpa angin. Sedangkan sang Raja yang sedang menemani Sang Ratu kini hanya bisa pasrah karena ramalan yang sudah ditentukan oleh Peramal Kerajaan ternyata benar adanya. Kutukan kelahiran sang calon pewaris mahkota memang memulai tanda-tandanya. Tidak ada satupun cahaya yang menyambut kelahiran anaknya sementara Sang Ratu terus meringis kesakitan.
"Cepat bawakan air hangat dan ganti kainnya. Pendarahannya semakin banyak" Tabib kerajaan yang menangani kelahiran pewaris tahta memberi petuah kesemua pelayan yang entah ada dimana wujudnya hanya suara yang terdengar karena suasana kamar yang gelap gulita.
Suasana semakin riuh karena sebagai pertanda kalau air hangat yang ditunggu sedang dibawa dan meminta orang-orang sekitarnya untuk minggir. Tidak sedikit teriakan bersahut-sahutan karena terkena air yang sedang dibawa beberapa Pelayan Kerajaan karena tidak adanya cahaya dan membuat beberapa orang bertabrakan.
"Apakah masih lama? Ratu semakin kesakitan. Apa tidak ada cara lainnya agar bayi itu cepat keluar?" Sang Raja semakin gusar karena teriakan kesakitan istrinya sementara bayi itu tidak kunjung mau keluar semakin menyiksa ibunya.
Andai saja istri yang dia cintai tidak bersikeras untuk melahirkan bayi terkutuk itu, mungkin sekarang keadaan istrinya baik-baik saja.
"Maaf Raja entah apa yang ditunggu oleh sang jabang bayi hingga kini tidak mau juga keluar dari peraduan rahim ibunya" Tabib Kerajaan hanya bisa pasrah karena semua sudah dikerahkan tapi seperti ada yang menahannya si jabang bayi tidak bergeser sedikit pun.
"Anakku sayang, maafkan ibumu ini. Tolong keluarlah Nak---aargggh" Dengan usapan halus Sang Ratu mengelus perutnya yang terasa sakit karena bayinya masih suka berada dalam gelungan rahimnya.
Malam semakin pekat dan suram. Suara kesakitan sang Ratu semakin membuat suasana semakin mencekam. Hingga akhirnya tiba-tiba datang setitik cahaya yang terbang entah dari mana membuat teriakan Sang Ratu semakin kencang dan tidak lama terdengar suara bayi yang menangis kencang membelah suasana langit malam.
Hoeekk
Hoekkk
Hoekkk
"Yang Mulia, seorang Putra. Kerajaan mendapatkan berkat Putra Mahkota"
Riuh suka cita mulai terdengar dan senyum bahagia terukir dari bibir sang Ratu yang meskipun lelah kini merasa lega karena akhirnya bayinya mau keluar juga meskipun kini matanya sudah mulai memberat terasa ngantuk dan tak lama berselang matanya pun ikut terlelap.
"Aku mau tidur sejenak" Sayup-sayup terdengar suara gegap gempita sebelum gelap menyambutnya.
Yang pertama menyadari keadaan sang Ratu adalah sang tabib dan seketika panik.
"Pelayan bawa kain lebih banyak lagi, ambillkan resep dan obat yang sudah disediakan. Cepat" Dengan tangan gemetar mencoba memeriksa denyut nadi Ratu yang semakin melemah dan pendarahan tak kunjung berhenti.
Sukacita langsung berubah menjadi kepanikan, segala cara pun dilakukan demi menghentikan pendarahan hebat dan meminta sang Ratu untuk bangun tapi hingga beberapa saat. Mata sang Ratu tak kunjung terbuka.
"Lakukan apapun demi Ratu, cepat lakukan. Kembalikan istriku" Teriakan Raja menggema di sepanjang malam gelap itu karena kekasih hatinya tak kunjung membuka matanya hingga tabib kerajaan membawa kabar yang membuat dunianya runtuh.
"Maafkan kami Raja, Ratu mengalami keberhentikan kesadaran tanpa tahu kapan akan pulih. Detak jantung melemah dan kerja otaknya yang sudah tidak sejalan lagi"
"Mak-sud kalian apa?" Raja murka karena berita yang sama sekali tidak menghentikan kegusarannya.
"Ratu akan mengalami tidur panjang yang kesadarannya entah kapan akan pulih. Maafkan kami Raja"
"TIDAAAAK- tidaakk, istriku bangun. Kamu harus bangun sayang, kamu mau merawat bayimu kan? suamimu ini-- akan izinkan asal sekarang tolong buka matamu sayang" Raja menangis dan frustasi disamping tubuh istrinya yang sedang damai menutup matanya dengan pelayan yang sementara membersihkan tubuh sang Ratu dan tabib yang melakukan pengobatan.
**
"Apa yang harus kita lakukan sekarang Yang Mulia?" Penasehat kerajaan kini menghadap ke Raja untuk tindakan selanjutnya.
"Jauhkan anak itu dari ibunya, dia malapetakan untuk ibunya" Kini Raja kembali melihat kearah jendela yang berhadapan langsung dengan gunung tinggi yang terlihat dari tempatnya berada.
"Bagaimana dengan kecukupan asi dari ibunya?"
"Cari ibu yang bisa menyapihnya"
"Tapi Yang Mulia, dia juga calon putra Mahkota"
"Yang jadi Rajamu sekarang siapa?"
"Baik Yang Mulia, perintah Tuan akan kami laksanakan"
Sepeninggalan Penasehat kepercayaannya, Sang Raja kini kembali menyesali kebodohan masa lalunya yang gegabah. Kini nasi sudah menjadi bubur, istrinya sudah menjadi korban dan anak itulah penyebabnya.
***
Cikarang, 11 September 2024
14.15 WIB
692 Words
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy & The Lord Of The Darkness
General FictionKetika kehidupanmu yang damai tiba-tiba direnggut oleh iblis berwujud manusia kejam. Yang membuatmu harus mempertaruhkan segalanya demi mengembalikan apa yang sudah kau miliki saat itu. Perjanjian yang mengikat hanyalah satu-satunya yang membuatnya...