•••
"Wie is dat meisje?"
Siapa perempuan itu?Tubuh tegap berbalut kemeja putih di sertai vest hitam pekat tersebut perlahan membalikkan tubuhnya, hembusan dari gulungan tembakau yang baru saja ia hisap kuat kini mengudara, ia menatap seorang pelayan rumah tua milik keluarganya yang sudah lama tidak di tempati.
Sebuah Dutch Colonial Palace yang terletak dekat dengan jantung kota Djakarta, Pria itu tidak yakin, ini adalah pertama kalinya dia menginjakkan kaki di negeri tersebut, dia tak tahu-menahu mengenai apapun.
Satu-satunya yang ia ketahui hanyalah tanah ratusan hektar dan juga hasil jual beli tambang nikel peninggalan sang ayah, dimana kedua aset tersebut harus segera ia urus menjadi hak kepemilikan keluarganya kembali. Sebuah perkara rumit yang cukup menguras pikiran dan tenaganya, bahkan saat pertama kali ia mendengarkan mengenai masalah tersebut.
Pria itu pikir, semuanya akan berjalan amat sangat sulit, di tambah kehidupan monotonnya yang membosankan. Tidak akan ada satu hal pun yang menarik di tempat ini, permasalahan politik dan ekonomi yang tak stabil atau bahkan bisa di bilang amat sangat buruk dapat membuatnya yang nyata bukan bagian dari mereka pun ikut merasakan kesengsaraan sama. Yang akan dia dapatkan hanyalah kesulitan yang amat.
Tapi- bagaimana bisa Diederik Willem Van Der Eeiden justru menanyakan perihal perempuan sebagai kalimat pertamanya begitu ia menginjakkan kaki di rumah tua tersebut?
Pria pelayan rumah tua yang sedari tadi berdiri tegap depan sebuah meja kayu kokoh itu memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya.
"Sorry meneer?"
"Het meisje van vroeger."
Perempuan yang tadi.Si pria tua kembali menundukkan wajahnya yang nampak mengeruh, pikirannya bertanya-tanya, untuk apa tuannya tersebut menanyakan perihal seorang perempuan?
"Voor zover ik weet is zij de eerste dochter van Raden Mas Prabudharma."
Setahu saya dia itu anak perempuan sulung Raden Mas Prabudharma."Zijn naam?" Sang tuan kini bertanya mengenai nama perempuan itu.
"Ik zal het uitzoeken," Pria tua itu akan mencari tahu katanya. Dan itu adalah pertanda bahwa perempuan tersebut pun masih baru di sini.
Siapa ya nama perempuan itu? Diederik tiba-tiba penasaran. Untuk pertama kalinya dia tertarik dengan sesuatu di tempat itu.
Lagi-lagi asap cerutu berhembus dari bibir dan kini alat pernafasannya.
"Eedam," Dia memanggil nama si pria tua.
"Ja meneer," Dan pria tua itu menjawabnya.
"Zijn er hier prostituees?"
Eedam, nama dari pria tua yang semakin menundukkan kepalanya begitu sang tuan menanyakan mengenai keberadaan pelacur.
"Ik zal zoeken, meneer," Dan Eedam tak memiliki pilihan lain selain mencarikannya seorang gundik.
Hal pertama yang di cari pria itu begitu ia tiba bukanlah berkas rincian lengkap mengenai tanah dan tambang miliknya, melainkan seorang pelacur. Eedam tak akan pernah tau akan seperti apa kehidupannya nanti, dengan tuan baru yang merujuk pada sosok flamboyan di depannya.
Dia rasa, itu akan sedikit lebih berat dari pada menangani mendiang ayah ataupun kakak laki-laki dari Diederik Willem Van Der Eeiden.
•••

KAMU SEDANG MEMBACA
To Live for the Hope of it All
RomansaOne shoot // Deskripsi tunggal dari naskah kotor untuk skema promosi trilogi bagian kedua // To live for the hope of it all // Untuk yang terdahulu, yang paling di cinta // 06 Oktober 2024 // Konten Bacaan Dewasa [18-21] // oleh Ribi Asmaraloka. ===...