Prolog

2 1 1
                                    

Wajah teduh itu berhasil mengoyak habis isi duniaku. Bagaimana bisa semesta mengirimnya hanya untuk menghancurkan ku begitu saja?

Plakkk!

Tamparan itu berhasil mendarat di pipiku. Dorongan yang keras membuatku tersungkur ke samping tempat tidur. Belum cukup disitu, dia langsung menarik tanganku lalu menjambak rambutku begitu kerasnya sampai kepalaku dibenturkan ke tembok beberapa kali olehnya.

"Cukup mas!" rintihanku tak membuatnya berhenti, malah semakin menjadi.

"Aku jijik liat kamu!" Bentaknya sembari menendang wajahku.

Aku tersudut di pojok kamar dengan tubuh yang gemetar menahan sakit dan takut. Aku meringkuk berharap semuanya dihentikan. Setelah aku mencoba membuka mata, lelaki itu telah pergi dari pandanganku.

Ya Tuhan... Kenapa aku harus seperti ini? Apa yang membuatnya begitu benci padaku padahal aku tidak melakukan apapun.

****

Yang penasaran sama ceritanya yuk ikuti terus sampai kisahnya berakhir.

Secarik Harapan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang