Episode 1

2.9K 406 38
                                    

Seorang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuh setengah basah, handuk putih yang ia kenakan hanya membalut area intimnya, membiarkan tubuh seksinya terekspos.

Kakinya melangkah menuju lemari besar di dekat ranjangnya, menggeser daun pintu lemari berwarna putih di padu ornamen emas yang megah hingga terbuka dan menampilkan setelan mahalnya yang tergantung rapi.

Pilihannya pagi ini jatuh pada kemeja putih dengan jas abu-abu gelap, dia lantas memakai setelannya.

Di tengah suasana pagi yang tenang, dia hanya diam sembari mengancing lengan kemejanya, berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya, ia rapikan sedikit penampilannya, tak lupa memakai jam tangan, menyemprot parfum dan mengetatkan sedikit dasi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di tengah suasana pagi yang tenang, dia hanya diam sembari mengancing lengan kemejanya, berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya, ia rapikan sedikit penampilannya, tak lupa memakai jam tangan, menyemprot parfum dan mengetatkan sedikit dasi yang terasa longgar.

Setelah merasa penampilannya sempurna untuk bekerja, dia pun keluar dari kamar, menuju meja makan.

Atmosfer rumah megah itu berubah kala para maid mendengar suara derap langkah kaki yang di balut sepatu pantofel. Mereka tampak memasang wajah takut, apalagi saat sang tuan rumah memasang wajah dingin tanpa ekspresi. Bagaimana langkahnya perlahan dengan sorot mata tajam.

Beberapa dari mereka ada yang mengulum bibir khawatir, takut seraya berdoa, sedang yang lain berusaha untuk tenang.

Sementara si pemilik tak begitu acuh, dia hanya melihat menu sarapannya di atas meja makan.

Kepala maid membungkuk lalu mengekori si tuan rumah, dia menarik kursi saat Jeno hendak duduk. Setelahnya mengambil posisi siap setengah meter di belakang pria itu.

Ketika jemari kekar itu bergerak meraih pisau dan garpu di sebelah piring, para maid tampak menarik nafas berat, seolah aktifitas sarapan yang di lakukan si pemilik rumah adalah kejadian paling menakutkan.

Mereka hanya diam, menatapi dengan penuh harap, apalagi saat jemari itu mulai memotong daging. Bak adegan dalam drama, mereka melihat bagaimana pria itu mulai menyuap daging dengan lambat ke mulutnya dan mulai mengunyahnya membuat para maid langsung keringat dingin.

Tsk!

Dan embusan nafas di sertai turunnya pundak para maid membuat mereka putus asa, apalagi saat si pemilik menjatuhkan pisau dan garpunya hingga menimbulkan bunyi kentara di ruang makan yang sepi.

“Pecat kokinya!” Perintah pria itu membuat mereka saling tatap.

Suara beratnya di sertai wajah dingin membuat atmosfer rumah mewah itu benar-benar terasa dingin, bahkan rasanya para maid sulit untuk mengambil nafas. Jantung mereka senantiasa berdebar kala pagi.

“Tapi, Presdir, ini adalah koki ke 234 yang Anda pecat.” Sang kepala maid menyahut dengan takut-takut.

Yang di ajak bicara menarik nafas dalam dan mengangkat kedua tangannya, membawanya ke atas meja dan saling bertaut, secara perlahan dia menoleh ke arah kepala maid.

Taste of Memories [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang