Episode 4

1.2K 254 28
                                    

“Yang Mulia datang!”

Seluruh koki istana yang menunggu di dapur, tersentak saat suara menggelegar pengawal sampai ke tempat mereka, menyerukan bahwa  Yang Mulia telah tiba. Semua tampak gugup hendak menyambut kedatangan sang Raja.

Tapi tidak dengan Jaemin yang justru tersenyum malu-malu dan antusias. Sudah tak sabar menatap pria pujaan hatinya dari dekat. Apalagi, kunjungan Yang Mulia juga khusus untuk menemuinya.

Mark melirik ke arah sahabat kekasihnya dan mendengus, tindakannya itu kedapatan oleh Jaemin membuat Jaemin menatapnya sengit. Tangannya sudah gatal hendak melayangkan tinju, namun ia urungkan. Dia ingin terlihat cantik dan anggun di depan Jeno.

Pintu dapur istana di buka. Bak adegan dalam drama, dunia seperti berhenti berotasi saat iris hitam itu menatap Yang Mulia yang gagah dengan Gonryongponya.

*Gonryongpo berbahan sutra merah dan memiliki pola naga yang disulam dengan benang emas pada bagian dada, punggung dan bahu. Raja melengkapi pakaian gonryongpo dengan mengenakan sabuk giok pada bagian pinggang, topi (ikseongwan) di bagian kepala, dan sepatu hitam (heukwa) di bagian kaki.

Wajahnya yang rupawan tanpa di hiasi senyum itu, benar-benar memikat Jaemin. Pria itu benar-benar menawan dan berwibawa.

Jantung pria cantik itu berdebar kencang hingga menimbulkan rasa nyeri. Kekaguman juga tergambar jelas di wajah cantiknya.

Seperti dunia ini hanya miliknya dan Jeno, dia hanya terpaku menatapi sang Raja yang melangkah penuh wibawa menghampirinya, dan tanpa sadar, sudah berdiri di depannya.

Dia pandangi sosok tampan itu dengan mata berbinar dan mulut menganga penuh kagum hingga memicu kebingungan Jeno.

Ya, sang Yang Mulia menautkan alisnya memandangi pria yang di gadang-gadang menjadi juru masak khususnya.

Yang ada di bayangannya adalah seorang Bibi berusia empat puluh atau lima puluh tahunan. Tapi kenyataannya, justru seorang pria muda yang berpenampilan bak wanita. Mengenakan riasan, memakai jepit rambut dan memakai hanbok merah muda.

Dia juga memiliki wajah yang cantik seperti wanita.

Tertegun sepersekian detik, kekaguman akan sang Yang Mulia terputus kala Mark menyiku lengannya membuatnya tersentak. Dia menatap Mark panik lalu menatap ke arah Jeno dengan senyum canggung.

“Selamat datang di dapur istana Yang Mulia.” Sapa Jaemin membungkuk hormat pada sang Raja.

“Jadi, kau kah koki istana yang selalu menyajikan makanan untukku?” Tanya Jeno menatap lamat-lamat si cantik yang tersenyum malu.

“Benar, Yang Mulia. Hambalah koki istana itu.”

“Tapi, sepengetahuanku, bahwa juru masakku adalah seorang Bibi.” Pria itu bertanya-tanya.

“Bibi itu adalah Mendiang Ibu hamba Yang Mulia. Beliau telah meninggal beberapa bulan lalu, dan hamba lah yang bertugas menggantikannya.” Jelas Jaemin membuat Jeno mengangguk.

Sang Raja mengangguk di sertai tarikan nafas, “Kalau begitu, buatkan aku makanan enak seperti yang biasa kau buatkan.”

“Dengan senang hati Yang Mulia.”

Jaemin membungkuk hormat atas perintah sang Raja, dia mulai meracik makanan untuk pria itu. Bibirnya tak melunturkan senyum yang menghiasi wajah cantiknya selama memasak, dan Jeno asik menyaksikan bagaimana mahirnya Jaemin dengan beragam bahan masakan di sekitarnya.

Hanya menghirup aroma dari masakan Jaemin saja, Jeno sudah bisa merasakan rasa yang khas itu, menyentuh indra pengecapnya. Rasanya, dia sudah tak sabar untuk menikmati hasil masakan Jaemin.

Taste of Memories [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang