2.

2 1 0
                                    

Waktu yang terbuang terlintas dipikiran.
Ah aku ternyata tidak menyukai diriku sendiri.
Kadang terlintas apakah rasa sakit yang tak kentara akan hilang jika membuat sakit di tempat yang lain?
tidak-tidak maksudku begini, aku sakit dihati kan, lalu akan sembuh jika aku membuat luka di tempat yang lain? Racun akan sembuh dengan racun, kan?

Ini tentang aku yang bernama Uca yang selalu gagal melawan diri sendiri.
Rasanya dunia berporos menatap ku.
Sesekali aku memikirkan apa kata orang lain atas sesuatu yang belum bahkan mungkin tidak aku lakukan.
Mmm maksudnya, mengantisipasi kemungkinan yang membuat aku menyinggung diri sendiri jadi aku harus tahu solusi dari akibat hal yang mau aku lakukan, bukan?

Sebetulnya, itu pikiran tentang perasaan yang lalu yang sering terjadi.
Hari ini aku sedang tidak memiliki perasaan itu.
Hari ini aku hanya merasa lelah dengan tidak melakukan apapun.
Ah, aku hanya perlu berdiam diri dan menyalakan lampu, lali menjadikan kanvas putih dinding kamar sebagai subjek penggambaran cerita dalam imajinasi-imajinasi yang meluap penuh rasa.

Aku menikmati cerita yang ku buat sampai bisa merasakan rasa sedih, kecewa, bahagia, dan semua perasaan para tokoh di setiap akhir cerita yang ku buat.
Kadang aku tertawa lepas dalam diam, kadang juga menangis sesenggukan menutup mulut dengan tangan agar suara tak terdengar.

Aku menatap dinding dan langit-langit putih cukup lama pada setiap kehampaan akhir cerita yang ku buat dalam imajinasi kepala. Kadang aku menempatkan diriku pada setiap cerita yang aku buat sebagai sebuah tokoh, yang mungkin sesekali menjadi pemeran pembantu tapi tak jarang aku menempatkan tokoh utama pada diriku sendiri.

Kalian tahu apa bagian favorit ketika aku membuat cerita? Mengubah alur.
Menjadikan aku tokoh utama yang berakhir tragis atau bahagia sesuai perasaan aku saat aku membuat cerita, semua orang harus berpusat padaku dan penjahat akan mendapatkan akhir yang setimpal dan orang-orang yang ku sayang dan menyayangiku harus mendapat akhir yang bahagia. Kadang aku membuat cerita terpisah pada karakter-karakter favoritku.

Cerita yang ku buat tidak stagnan. Bisa jadi hari ini, besok, lusa, tahu bahkan seminggu kedepan punya alur yang berbeda hanya pada satu cerita yang sedang ku imajinasikan.

Waahhhh,,, melihat satu-dua cicak yang mencari makan itu membuat pikiranku teralihkan. Mungkin dia jin yang sedang menonton aku bermain peran. Atau dia jin penunggu yang bersuka ria ketika aku sedang memerankan kesedihan yang mendalam ketika aku selalu kalah melawan diri sendiri.

Hei, Uca! cepat temukan aku segera. Tidak ada yang tahu kapan Tuhan akan memanggilku, bukan? Jadi cepat temukan aku, agar ketika Tuhan memanggilku, aku sudah siap berlari kearahnya dalam senyuman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tuhan, kapan kau panggil aku pulang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang