"Jadi, apa yang mau diomongin?"
Tanpa basa-basi, Sephia yang tidak sabar bertanya langsung ke inti sesaat setelah ia duduk di bangku dekat parkiran yang sepi. Arshan yang mendengar mendengus lalu bukannya ikut duduk, namun ia berlutut di depan si manis.
"Sebelum itu, kenapa kamu tiba-tiba kesel kaya gini, hm? Beberapa waktu yang lalu kita masih bercandaan di lorong, loh."
Alpha manis itu tersentak. Ah, entahlah. Apa yang membuatnya jadi seperti ini?
"Ngga tau.. Kayaknya mood aku berantakan banget gara-gara kejadian di kantin tadi." suaranya seakan melebur. Ia menggenggam erat tangan Arshan yang ada di atas pahanya, mencari kehangatan di sana.
"Bayangin aja aku baru keluar dari rumah sakit, malah disuguhin kejadian bangsat kaya gitu. Mana seragam kamu yang aku pinjem basah, makin bete akuu!! Padahal niatnya aku mau jaga biar bersih sampe pulang, tapi malah basah dan harus ganti lagi dong babi." tanpa jeda Sephia bicara, menarik napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Dan puncaknya, waktu aku baru selesai rapat. Disitu aku ngga bisa mikir kenapa kamu ngerahasiain sesuatu segitunya sama aku. Shan, gimana aku bisa nerima kamu sedangkan kamunya ngga mau terbuka sama aku?"
Bahkan Arshan belum mulai bicara, namun ia sudah kehabisan kata. Mate nya ini ternyata adalah orang yang sangat perasa, persis seperti apa yang Arshan pikirkan. Dan ternyata memang benar, ia tidak bisa menyembunyikan rahasia ini begitu lama.
"Maaf, Shai, maaf banget. Ayo kita pulang dulu, baru aku ngasih tau semuanya, ya? Aku mohon." Arshan meremat tangan Sephia erat, menatapnya sayu dari bawah dengan posisinya yang masih berlutut.
Ah sialan, dengan wajah memelas seperti itu, bagaimana mungkin Sephia akan menolak?
"Oke, tapi aku hubungin Karel sama Rava dulu. Kamu sih main asal narik aja."
Sephia mengeluarkan ponselnya dari tas, kemudian menghubungi kedua temannya itu jika ia akan menarik kembali keputusannya untuk pulang dengan menaiki bus. Seperti dugaannya dua temannya itu mengomel. Yah, lagipula bus nya sudah pergi sedari tadi.
Beberapa menit setelahnya acara menelponnya telah selesai. Ia kembali menyimpan gawai pintarnya itu dan hendak beranjak dari duduknya. Namun, sebelum ia dapat melakukan itu, Arshan yang mencoba berdiri tiba-tiba terhuyung dan hampir menimpa Sephia yang masih duduk di kursi— jika saja kedua tangan sang enigma tidak menumpu di bahu bangku itu.
"Astaga, kamu kenapa!? Muka kamu merah banget.." tanya Sephia khawatir. Meski ia sedang marah namun ia tidak bisa mengabaikan begitu saja Arshan yang seperti ingin tumbang itu.
Telapak tangan Sephia menyentuh dahi yang penuh peluh, kemudian tersentak sebab terkejut akan panasnya itu. "Kamu sakit!? Ajaib banget padahal beberapa detik yang lalu kamu masih baik-baik aja loh!"
Dengan segera Sephia membantu Arshan untuk berdiri. Ia menuntunnya menuju tempat motornya berada. Untung saja jaraknya dekat, jika tidak Sephia tidak akan sanggup merangkul Arshan yang tubuhnya jelas lebih besar darinya itu.
Dan begitulah bagaimana caranya Sephia yang berakhir menyetir mengantarkan Arshan ke apartemennya.
***
"Wah anjir, berat juga."
Alpha itu bernapas lega setelah berhasil meletakkan Arshan di sofa. Sebenarnya ia ingin mengantarkan sampai ke kasur namun ia tidak sanggup mengingat tubuhnya belum terlalu pulih sepenuhnya. Energinya sudah habis diperjalanan kemari.
Sephia menggigit bibir bawah bagian dalamnya kala melihat sosok Arshan yang biasanya tampak tangguh kini terlihat rapuh. Napasnya terengah-engah, pelipisnya dipenuhi peluh. Wajahnya pun merona dengan tangannya yang membuka dasi dan dua kancing bajunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/360075164-288-k640791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Belongs To Me (re upload)
FanfictionEnigma itu begitu langka, bahkan dianggap mitos semata. Sephia, alpha yang sudah muak dengan hidupnya menemukan mate nya yang ternyata adalah si mitos, Enigma. Berhubungan dengan Enigma, apakah hidupnya akan seribu kali lipat lebih baik atau malah A...