Prolog

3 1 0
                                    


Sekian lama aku menutupnya. Namun malam ini, aku mencoba membuka nya lagi. Aku membuka lembar pertama, isinya masih sama persis ketika aku pertama kali membelinya. Hanya saja bukunya tampak sedikit usang karena tersimpan cukup lama. 

Halaman pertama terdapat prolog dengan susunan kata yang cukup baik. Kubuka halaman kedua, terlihat sudah penuh dengan  bercak kuning yang menempel di lembar kedua yang memberi kesan vintage pada buku usang itu. Namun isinya menyimpan rindu yang sangat mendalam. Halaman terakhir merupakan halaman yang berisikan sebuah kisah yang menarik untuk dibaca. 

Namun kau tahu apa yang menjadi kekurangan dalam buku ini sehingga aku tidak mau membacanya lagi? kisah di dalam nya dimulai dengan prolog tanpa epilog. Sehingga aku tak tau, sebenarnya kisah di dalam buku ini sudah berakhir atau ada kelanjutan setelahnya.

Sayang nya itu semua adalah kisah ku. Aku adalah seorang penulis yang gemar mengabadikan mu di dalam ceritaku. Aku berusaha merayu mu lewat setiap bait yang ku tulis. Dengan sedikit kalimat yang puitis dan romantis untuk mencoba mencuri perhatian mu. Namun tampak nya, kau tidak ada gairah untuk sekedar meliriknya.

Sejuta cinta untukmu mungkin terlihat jelas di dalam tulisan ku. Aku sering berkhayal bahwa tulisan ini akan kau banggakan pada semua orang di dalam semesta ini. Aku harap tulisan ini tersampaikan dan terbaca oleh hati mu.

Aku tak tahu langit yang ku sukai karena keindahan nya itu justru selalu mendatangakan mendung yang tak kunjung usai, aku hanya diam dan merenung sambil menatap langit abu abu itu. Ternyata benar mendung itu menjelma menjadi hujan yang sangat deras. Bodohnya aku hanya diam mematung di bawah derasnya hujan dan membiarkan diriku basah kuyup hingga aku demam.

Tubuh yang rapuh ini berusaha terlihat sempurna di hadapanmu, tubuh rapuh ini mati-mati an menjaga mu agar tak pecah berkeping-keping. Namun, harus kubawa kemana luka yang tak pernah kau sangka ini? haruskah aku menguburnya di raga yang sudah hampir hilang jiwanya? lalu serpihan pecahan ini harus ku apakan?

Langit cerah yang kubayangkan saat mengingatmu dulu, kini sudah menjadi gelap malam tanpa cahaya bulan. Mata yang kuanggap bercahaya seakan bisa mengungkapkan segala keindahan kini telah  berubah menjadi kekosongan. Lucu sekali rasanya, aku tidak menyangka ini semua akan terjadi. Jika di pikir-pikir, mungkin rasa sakit ini akan abadi.

Aku hanya ingin mencintai mu lewat kata. Dengan sesekali menulis tentangmu, bahkan bisa berkali kali. Tak perlu bersuara layaknya debur ombak kepada pasirnya. Tulisan ini akan selalu abadi. Jika suatu saat kau menemukan tulisan ini, mungkin kau tak akan menyadari jika prosa ini ditujukan kepadamu. 

"Tidak perlu ku sebut namanya, Semesta pun tau bahwa aku mencintainya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Rasa Yang Tak TersampaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang