#4

55 10 2
                                    

"Apa membunuh orang juga termasuk kedalam pekerjaanmu?" Felix bertanya dalam heningnya suasana mobil.

"Tidak. Aku hanya melakukannya sebagai hobi." Jawabnya ringan masih dengan pandangan yang berfokus pada layar tablet.

"Apa yang akan kau lakukan pada jasad ayahku nanti?"

"Tentu saja membuangnya ke laut."

Felix mengangguk. Ia terus saja memandangi dunia luar dengan mata penuh binar.

Sejak 5 tahun yang lalu, dirinya tidak pernah dapat melihat dunia luar lagi karena terus terkurung dalam sebuah ruangan tanpa adanya cahaya.

Kelainannya membuat Felix tersiksa.

Pernah suatu saat ia memaksakan diri untuk pergi keluar pada siang hari, namun berakhir dengan dirinya yang mengalami pusing serta kebutaan sementara.

Kedua orang tuanya pun turut melarang Felix untuk pergi keluar sedari ia berusia 4 tahun.

Kurangnya bersosialisasi dan terus terkurung sendirian membuat Felix tidak mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Tidak heran jika Changbin sangat tertarik pada pemuda albino itu, begitu ia membaca seluruh latar belakangnya.

Changbin benar-benar berambisi untuk membuat Felixnya patuh atas setiap perintah yang ia katakan.

Tunduk tanpa ada kata perlawanan.

"Tuan, kita sudah sampai."

Mata tajamnya sekilas melirik sekitar. "Dimana orang itu?"

"Dia sedang menunggu di dalam, tuan."

Changbin mengangguk. Lantas segera menarik rantai yang mengalung apik pada leher Felix, dan menyeretnya masuk kedalam gedung terbengkalai.

"Selamat malam tuan Lee." Sapanya penuh dengan keangkuhan.

Pria yang tampak sudah berumur itu pun mengalihkan atensinya.

Pandangannya langsung terpaku pada pemuda cantik di samping tubuh kekar Changbin.

Menyadari arah pandang tersebut mengarah pada kucing kesayangan, membuat Changbin menyunggingkan senyum kecil.

"Apa kau masih mengingat anak ini, tuan Lee?"

Felix mengalihkan pandangannya ke sisi lain. Entahlah, ia benar-benar merasa muak melihat wajah ayahnya sendiri.

"Yo-yongbook."

Panggilan lirih yang masih sama lembutnya seperti dulu membuat hati kecil Felix sedikit goyah.

"Yongbook, Yongbook, ini ayah nak. Apa kamu tidak merindukan ayah?"

Felix mendecih. Ia meremat kuat Hoodie kebesaran milik Changbin hingga buku-buku jarinya memutih.

"Bagaimana kabarmu, nak? Maafkan ayah karena telah berbohong padamu dan memilih memberikanmu kepada orang asing demi sepeser uang."

Changbin yang terus memperhatikan kejadian penuh dramatis tersebut akhirnya menyadari suara isakkan kecil yang berasal dari pemuda disampingnya.

"A-ayah." Gumamnya kecil.

Jujur saja, Felix tidak dapat membendung rasa rindunya pada sang ayah. Ia ingin sekali berlari memeluk tubuh pria yang merangkap sebagai ayahnya itu dengan erat.

"Ayah, ayah."

Tangisannya pun pecah. Tungkainya bergerak menghampiri tubuh sang ayah yang penuh dengan luka dalam posisi terikat pada kursi.

Namun, tinggal beberapa langkah lagi ia dapat memeluk tubuh itu, tali rantai pada kalungnya sudah terlebih dahulu di tarik, hingga membuatnya tercekik.

"Apa kau melupakan janjimu untuk membunuh ayahmu sendiri, Felix."

[1] 𝗧𝗔𝗠𝗘 || ChangLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang