Prolog

142 24 6
                                    

"Wah."

Sejak pertama kalinya dia menginjakkan diri di negara Singapura, Sarah sudah tidak berhenti mengagumi keindahannya. Ini penerbangan pertama Sarah, pertama keluar negeri, lebih parahnya lagi, dia sendirian kesini.

Ya. Sendirian.

Untuk pertama kali, nekatnya Sarah dia geleng-gelengi sendiri.

"Gila emang elo Sar."

Terbiasa mandiri memang biasa terjadi padanya selama hampir 22 tahun dia hidup. Sendiri sudah jadi temannya, melawan ketakutan sudah jadi makanan sehari-harinya. Tapi kali ini, berbekal nekat dan bahasa inggris seadanya, Sarah betulan keluar dari zona nyaman dia.

Bukan lagi cuma keliling Bandung atau yang paling mentok ke Jakarta, tapi kini levelnya udah Singapura. Mungkin bagi sebagian orang ini belum terkesan mewah, tapi bagi Sarah, ini pencapaian yang besar.

"Makan dulu mungkin ya."

Sarah sudah membuat itinerary plan, dan yang dia lakukan pertama sehabis landing di Singapura adalah pergi ke kedai mie yang ada tak jauh dari hotelnya. Dengan menenteng koper 22inch-nya itu Sarah memesan sesuatu, tak lupa mengeluarkan kamera kebanggaannya itu.

She loves photography, fotografi adalah salah satu passion-nya. Akun instagram @tseeher yang sudah punya ratusan ribu followers dan berisi potret-potret cantik itupun adalah miliknya.

Kuliah manajemen, tapi hobinya memotret. Hobi yang dulu Sarah kira cuma buat senggangnya aja, ternyata malah diluar ekspektasi. Jadi, ya, dia sekarang jalani aja. She's living her best life so far.

Meski mungkin ada yang sedikit kurang, yang jadi prioritasnya yang kesekian, yaitu perasaan.







"Halo ayah. Iya kakak udah sampe hotel. Iya. Bagus banget disini suasana, pemandangannya. Heum, tar kakak mau ke Merlion, nanti aku kasih pap ke ayah kok ya, aman, aman semuanya. Kakak bakal hati-hati kok."

Tiket dan akomodasi ke Singapura ini juga hasil dari dia motret.

"Ayah mau dibeliin apa tar bilang aja ya. Eh iya ya, ketahan becuk gak ya? Nanti kakak kabarin lagi deh, pengen istirahat dulu maaf ya gakpapa kakak tutup dulu telponnya? Mayan capek ini aku."

"Yasudah. Keep me update, jangan lupa."  Ucap Norman, ayahnya disebrang sana dengan tenang.

"Iya bawel."

"Jangan mau diajak kenalan sama cowok."

"Kalau mapan ya why not?"

"Sarah!"

Kekehan geli dari Sarah sampai ketika telponnya ditutup. Lucu rasanya saat ayah sedang mewanti-wanti, padahal Sarah bukan lagi anak kecil yang gak tau dunia berjalan kayak gimana. Berkenalan dengan lawan jenis, kadang bisa membedakan mana niat baik dan niat buruk. Tapi, ya, orang tua bakal selalu anggap anaknya anak-anak bukan?

Sehabis sejenak bersantai, Sarah memutuskan pergi berjalan-jalan. Dia memutuskan pergi ke taman Merlion, spot turis buat foto sambil mangap-mangap itu.

Sarah
paps
(photo)
liat aku dapet kekuatan dari naga

Ayah Akuu
itu singa

Sarah
cantik gak aku

Ayah Akuu
kalau gak cantik bukan anakku 👍🏻👍🏻
have fun ya kak, kabari ayah selalu, hati-hati juga disananya

Sarah
pasti donggg

Ayah Akuu
sekarang makan siang sama apa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PathsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang