3

133 25 1
                                    

⭐️

Sea menepati janjinya. Ia datang satu menit sebelum jam yang dijanjikan. Namun ternyata keluarga Potiwihok sudah duduk manis pada tempatnya.

Matilah kau, Sea. Ibu akan menghabisimu.

Sea berjalan menuju meja yang disediakan, ia memberi salam kepada Urassaya sang Nyonya Potiwihok.

Pandangannya beralih pada sosok di sebelah wanita paruh baya yang terlihat fancy itu, sesosok lelaki super tampan dengan pembawaannya yang terlihat lembut dan tenang segera berdiri menyambutnya.

"Jimmy" Katanya sembari bersalaman.

"Sea"

Tak mau terhipnotis, Sea menoleh ke arah ibunya, yang terlihat jelas sudah menyiapkan ribuan caci maki di balik senyum kaku terhadapnya.

Saat pelayan menarikkan kursi untuknya, Sea
segera terduduk lemas-tak kuat melihat senyum horor dari sang ibu.

"Sebelumnya, maaf atas keterlambatanku Nyonya, Tuan Jimmy," kata Sea sembari tertunduk lesu, bukan karena sungkan terhadap mereka, melainkan takut membayangkan kutukan apa yang akan resmi diterimanya kali ini.

Tawa Yaya pecah di restaurant sepi yang sudah di book khusus untuk pertemuan ini, "It's okay honey, kau sama sekali tak telat. Sepertinya aku dan Jimmy yang terlalu semangat bertemu kalian, ayo silahkan dilihat dulu menunya."

Sea tersenyum cerah melihat respon dari nyonya yaya yang menyenangkan. Pria itu menoleh ke arah ibunya dan berharap untuk mendapat sebuah pengampunan.

Nihil, ibunya masih terlihat sangat marah, kini ia tertunduk lesu sembari melihat menu dengan tak semangat.

"sudah tau mau pesan apa? apa perlu rekomendasi dariku?"

Sea tersenyum, "Wah boleh sekali, tapi mohon
maaf sebelumnya, nyonya, kalau bisa tolong rekomendasikan makanan porsi kecil ya? Aku
dituntut untuk menjaga image hari ini"

Yaya dan Jimmy menatap Sea dengan tak
percaya. Jarang sekali mereka menemukan pria dari keluarga terpandang yang blak-blakan seperti Sea.

Yaya sudah tertawa terbahak sementara Jimmy hanya tersenyum saat mendengar ucapan Sea yang terlihat takut dengan ibunya, namun tanpa sadar semakin membakar emosi sang Ibu.

Kimmy yang mendengar celoteh anaknya tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya tertawa kaku bersama mereka.

"HAHAHA, Lucu sekali kau, Sea. Aku suka sekali dengan pria jujur sepertimu. Baiklah akan kupilihkan porsi kecil, ya?"

Sea mendengarkan dengan seksama menu yang disebutkan Yaya, semuanya terdengar tak mengenyangkan, ia sangat tahu itu.

Hingga ia menunjuk menu yang menarik perhatiannya, "Kalau ini bagaimana?"

Yaya kembali tertawa melihat menu yang dipilih Sea, "Hamburg Steak milik kami adalah yang terbaik di kota ini, kau begitu pintar memilih. Tapi sayangnya ini bukan porsi kecil"

Sea kembali menatap ibunya, ia berharap tak
melakukan kesalahan. Kimmy sudah malas dengan kebodohan Sea, ia hanya tertawa dan berulang kali meminta maaf atas kebodohan anaknya tersebut.

Yaya memanggil pelayan dan memesan dua
Hamburg Steak untuk Sea dan dirinya, white
truffle and mushroom soup untuk Kimmy, dan
Parma Ham untuk Jimmy.

"Kudengar kau Juniornya Jimmy, ya?"

HAH?! Dengan jelas Sea menampakkan raut
bingung pada wajahnya.

Jimmy tersenyum, "Iya, bisa dikatakan Sea
sangat populer bahkan di kalangan Senior. Ketika Sea masih masa orientasi saja semua murid heboh membicarakannya walau gedung kami berbeda."

Sea masih menampakkan wajah bingungnya
dengan semua pujian yang dituangkan lelaki itu.

Hah? Jadi lelaki ini lebih tua dariku??

Kimmy tertawa, "tak kusangka anak seperti ini
adalah anak populer di sekolahnya."

"Tentu, lihat saja. Buktinya saat kuberi tahu soal pertemuan ini, Jimmy yang biasanya sangat ogah-ogahan, tumben sekali ia mau. Ternyata dulu kau bintang di sekolah ya? Dasar, pintar sekali jika menyangkut masalah pria cantik"

"Wah kalau begitu tuan Jimmy pasti juga
sangat populer ya ha ha ha. Tapi maaf sekali,
dulu aku sangat kurang bersosialisasi, jadi mungkin...yah...agaknya aku. kurang tahu tentang tuan Jimmy"

Jimmy tersenyum lembut, "yang terpenting
sekarang kau sudah tahu kan?"

⭐️

Sea membungkukkan kepalanya sembari
tersenyum kepada Yaya yang terus melambai
kepadanya dan Kim dari balik mobil-seperti
Kate Middleton yang melakukan jumpa fans
dengan warga sekitar.

Sea tak perduli kesan apa yang tertanam pada Yaya akan dirinya. Yang terpenting ia berhasil berlaku sopan hingga akhir.

Yang ia tak tahu adalah perihal apakah Sea
berhasil menganulir kutukan dari sang ibu.

Sea melirik ke arah Kim yang masih tersenyum hingga melihat Bentley flying Spur berwarna hitam itu hilang di pelupuk matanya.

Sea hendak memohon ampun kepada sang ibu, jika saja ia melakukan kesalahan malam ini, "Ibu..."

"Jimmy, bisa tolong antarkan Sea sampai tempat parkir?" Kalimat Kim membuat Sea tersadar akan kehadiran Jimmy yang masih di sana.

"Eh tidak usah, Bu. Dia pasti si-"

"Dengan senang hati" Sea menatap lelaki yang sedang tersenyum itu dengan pandangan 'apaan- apaan kau'.

Jimmy memberikan kode kepada Sea sembari
menahan emosinya yang masih terkontrol. Tak
berselang lama, Mercedes Benz S-Class berwarna hitam milik ibunya sudah berada di hadapan mereka. Kim masuk ke kursi penumpang dan memberi aba-aba pada Sea untuk mengunci mulut merepotkannya.

Seperti mengulangi adegan milik Yaya, Kim melambai pada Jimmy dan mengacuhkan Sea
sampai mobilnya meninggalkan loby utama.

Ck. Jika tahu ada adegan begini seharusnya aku memilih untuk memakai valet saja.

Sea menatap Jimmy dengan senyum polite nya dan tanpa banyak bicara ia segera menuju parking area yang jaraknya lumayan juga.

Awkward sekali. Orang ini hanya diam begini,
aku jadi malas mengajaknya bicara.

"Tuan Jimmy, anda parkir dimana?" Sea berusaha sedikit basa-basi karna tak tahan dengan suasana hening diantara mereka.

Kini mereka telah memasuki parking area.

Jimmy tersenyum, "di...sana" dagunya menunjuk ke suatu arah.

Sea mengernyit, "disana dimana?" Bukan maksud ia terlalu ingin tahu, tapi Jimmy menunjuk ke arah pintu darurat.

"Sebenarnya aku memakai valet, tapi-"

"Astaga, maaf ya. Yasudah silahkan kembali.
Maafkan ibuku memang terkadang ia suka
seenaknya. Ah, tapi salahku juga karna tak segera bertanya." Sea merasa sedikit tidak enak karena Jimmy harus kembali pada loby di lantai dua.

"Tak apa, toh ini memang keinginanku. Ah iya,
maaf sebelumnya. Aku ingin meminta langsung agar lebih sopan, apa boleh aku mendapatkan nomor ponselmu?" Kata Jimmy sembari menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

⭐️




T.B.C💫

Makasi untuk yang udah mampir dan udah baca cerita baru aku.
Jangan lupa Vote dan Commentnya....

Just a Game (Jimmysea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang