Debbie menutup kepala dengan hoodie dan masker memasuki sebuah toko, ia segera menuju ke bagian perlengkapan alat-alat tulis. Diamati sekelilingnya, kosong. Dengan gerakan cepat, gadis itu segera memasukkan sebuah kotak pensil ke tas tangan yang dibawanya. Berhasil dengan lancar, pikir Debbie.
Ia segera beranjak dari sana, namun sebuah tangan kokoh menyergap tangannya agar tidak pergi.
"Heh, lu mau nyolong ya?," teriak cowok itu.
"Hah, nggak, kok! Jangan asal nuduh ya lu!," balas Debbie tidak mau kalah. Sebenarnya memang ia berniat mencuri, tapi pencuri bodoh mana yang langsung mengaku?
"Itu buktinya apa di tas lu?!"
"Oh, ini... gue cuma taruh di tas doang, nanti juga gue bayar!," kelit Debbie berusaha beranjak, namun tangannya masih dipegang erat cowok itu.
"Lepasin nggak! Sakit tahu!"
Cowok itu tidak mengendurkan tangannya sama sekali, malah dia menyeret Debbie ke bagian depan agar orang-orang melihat sosok pencuri itu.
"Lu nggak usah bohong lagi. Gue udah ngawasin sebulan ini. Setiap lu datang, selalu ada barang hilang. Gue punya buktinya di cctv. Sekarang ayo kita ke kantor polisi!," ucap cowok itu.
"Oh, jadi ini pencurinya! Gara-gara lu kita semua yang harus ganti rugi tahu?!," ucap salah satu pegawai cewek disana.
"Bawa aja ke kantor polisi sekarang!," seseorang menyahut.
"Iya, bawa, bawa!," ucap yang lain ikut-ikutan.
Perasaan Debbie antara marah dan takut. Dia berusaha mempertahankan harga dirinya saat ini.
"Heh, brengsek! Gue ini bukan pencuri, ayah gue orang kaya. Tinggal gue telefon minta duit juga langsung ditransfer. Awas kalian!"
Reaksi beberapa orang tertawa, namun ada yang marah dan berniat memukul Debbie, tak peduli dia cewek atau bukan. Pencuri tetap pencuri.
"Aaaah!," teriak Debbie berusaha menahan pukulan yang datang bertubi-tubi. Namun cowok yang menahan tangannya tadi malah melindungi tubuhnya dari pukulan-pukulan itu.
"Woy, woy, berhenti! Ini perempuan, lho!," teriak cowok itu.
"Nggak apa, mas. Saya juga perempuan kok!," ucap seorang ibu-ibu yang masih berusaha memukul Debbie, diikuti dengan yang lain.
Cowok itu masih tetap melindungi tubuh kecil Debbie. Ia bisa merasakan hangat tubuh cowok itu yang memeluk dirinya.
Beberapa orang berusaha melerai keributan ini, namun tidak berhasil sampai keributan itu terhenti karena masker dan hoodie Debbie terbuka.
Mereka semua terkaget-kaget melihat wajah si pencuri. Di luar dugaan, ternyata cewek cantik berkulit putih dan terawat, tidak ada tanda-tanda kemiskinan pada penampilannya sama sekali. Hanya rambutnya yang terlihat berantakan karena habis dikekep, namun tidak mengurangi kecantikannya.
Mereka semua melongo, bahkan para lelaki jadi tidak marah lagi dan berubah lembut.
"Yaelah, mbak. Ngapain nyolong, sih? Minta beliin saya aja, saya beliin deh. Sekalian mbaknya saya beli," ucap salah satu laki-laki disana menggoda.
Wajah Debbie sudah semerah tomat dilecehkan seperti itu. Ia tidak membalas apa-apa karena malu wajahnya terlihat.
Para perempuan jadi kesal tapi mau tidak mau ikut arus, karena orang-orang disana mulai tidak bisa diprovokasi.
Kumpulan orang mulai bubar, meninggalkan Debbie dan orang-orang yang berkepentingan. Lucu juga bagaimana wajah cantik langsung bisa mendamaikan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.