Keesokannya.
Begitu sampai sekolah, Debbie menghampiri ruang kelas Max membawakan bekal untuknya.
"Nih, dimakan ya buat jam istirahat nanti," ucap Debbie menaruh sekotak bekal di depan meja Max.
Max kaget setengah mati melihat Debbie menyapanya di sekolah? Dia nggak buta kan?
"Ciee, cieee!!!"
"Suit, suit!!"
"Debbie jadian sama Max!"
"Hot news nih!"
"Sejak kapan?""Nanti makan bareng ya, bye!," ucap Debbie sambil mengedipkan matanya.
Begitu Debbie keluar kelas, Max langsung didekati teman-temannya.
"Max, lu udah jadian sama Debbie?"
"Kok Debbie mau sama lu ya?""Ehmm... iya," jawab Max masih bingung. Ia pun pura-pura ke toilet supaya tidak ditanya-tanya lagi, yang langsung di "uuuu" oleh teman-temannya begitu ia keluar.
Max pun langsung menuju kelas Debbie untuk menanyakan maksud cewek itu barusan.
"Bisa bicara sebentar?," tanya Max pada Debbie yang sedang bersama teman-temannya. Debbie mengangguk dan mengikuti Max keluar kelas diikuti bisik-bisik dari temannya. Kelas Debbie lebih kalem karena Max merupakan kakak kelas, jadi mereka tidak terlalu berani.
"Apa maksud lu?," tanya Max.
"Apaan?," tanya Debbie bingung.
"Bekal tadi dan... kedip-kedip segala."
"Ooh, itu... wajar donk, kita kan sekarang pacaran. Kemarin lu cium gue kan?," ucap Debbie genit.
"Sssst, lu gila ya?," bisik Max celingak-celinguk.
"Dih, lu kenapa sih? Harusnya lu bersyukur ya bisa pacaran sama gue," tanya Debbie agak tersinggung.
"Bukan gitu, tapi kemarin dan hari ini lu kenapa beda banget?"
Debbie sempat terdiam.
"Udah, ah. Bawel! Kalau nggak mau juga nggak apa-apa. Buang aja bekalnya!," ketus Debbie hendak pergi, namun Max menahan lengannya.
"Mau makan dimana nanti?," tanya Max, membuat Debbie tersenyum.
"Di kelas gue aja," jawab Debbie.
"Ya udah," ucap Max segera pergi.
"Tunggu!," panggil Debbie. Max menoleh padanya.
"Peluk dulu, donk," ucap Debbie sambil senyum dan membuka tangannya.
Serius nih? Kemana Debbie yang jutek padanya kemarin? Kenapa sekarang cewek ini jadi genit dan agresif? Max bertanya-tanya dalam hati, walau tentu saja Max senang.
Tanpa ragu, Max memeluk Debbie sambil berbisik, "jangan nyesal ya, Deb."
Max pergi meninggalkan Debbie yang sedikit bergidik.
...
Debbie Tambora.
Ia adalah siswi kelas 10, nilainya cukup bagus dan dipercaya sebagai ketua kelas. Debbie langsung menjadi perhatian begitu masuk ke sekolah Dirgantara sebagai murid pindahan dari Amerika. Parasnya yang cantik langsung menarik perhatian para cewek maupun cowok. Salah satunya Max.
Max Humario.
Max adalah siswa kelas 12. Dia merupakan siswa senior yang cukup pandai di bidang akademik. Max tidak terlalu populer karena parasnya biasa-biasa saja. Oleh karena itu, banyak yang kaget ketika dia jadian dengan Debbie.
...
Selama seminggu Debbie dan Max menjalani kehidupan pacaran, dimana setiap istirahat mereka hanya makan bersama sambil mengobrol.
Perlahan-lahan Debbie pun mulai terbuka pada Max. Di balik wajahnya yang nerd ternyata Max enak juga diajak ngobrol, pikir Debbie.
Lebih banyak Max yang bertanya dan Debbie yang bercerita mengenai keluarganya.
Debbie POV
"Mama, papa, angan pegi," ucap Debbie yang demam saat berumur 3 tahun.
"Kami pergi sebentar. Acara ini penting sekali," ucap ibunya. Debbie pun dititipkan ke pengasuh.
"Ayo cepat, kita sudah telat!," ucap ayahnya.
"Mamaaa, papaaa!!," teriak Debbie sambil nangis meraung melihat orang tuanya pergi di saat dia membutuhkannya.
"Mama, temani Debbie main donk!," pinta Debbie saat berumur 5 tahun.
"Diam, Debbie! Mama lagi malas. Kamu main sendiri sana!," ucap ibunya.
Debbie terpaksa main sendirian sambil bersedih dan sepi.
"Mama, aku akan tampil menari di acara sekolah!," ucap Debbie saat berumur 9 tahun.
"Oh, ya? Baguslah," respon ibunya datar.
Bahkan Debbie teringat ucapan lebih keji padanya
"Kamu itu anak yang tidak diharapkan. Papa dan mama sebenarnya ingin childfree, tapi kami melakukan kesalahan dan kebobolan. Kamu sudah mau diaborsi kala itu, namun ketika diperiksa jantungmu sudah berdetak. Terpaksa kami melahirkanmu," ucap ayahnya ketika Debbie berumur 11 tahun.
"Gara-gara kamu lahir, karir mama sebagai model harus lenyap! Tubuh mama berubah, kamu juga menyita seluruh waktu mama sampai mama tidak punya waktu untuk diri mama sendiri! Mama benci kamu!," ucap ibunya saat mabuk di saat Debbie berumur 14 tahun.
"Gue nggak tahu rasanya punya keluarga walau keluarga gue utuh. Di rumah gue tetap aja sendirian dan kesepian," ucap Debbie.
Max yang mendengarnya jadi iba. Max tidak menyangka kehidupan pribadi Debbie yang kesepian sebagai anak tunggal dan kedua orang tuanya cuek padanya.
"You are a good girl, Deb. Jangan sedih, ada gue sekarang. Lu nggak akan kesepian lagi," ucap Max sambil mengusap kepala Debbie.
Debbie semakin sedih, selama ini memang dia berusaha menjadi anak baik agar kedua orang tuanya menyayangi dan memperhatikannya. Namun, percuma saja, tidak ada yang berubah.
Debbie senang Max memahami perasaannya. Ia semakin nyaman dengan pacar barunya ini.
Sedangkan Max, ia jadi urung berniat buruk pada Debbie karena rasa simpatinya pada cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.