Sejak hari itu, Debbie menjauhkan diri dari orang-orang. Ia jadi sering termenung dan terdiam. Hidupnya tidak lagi sama sejak peristiwa itu
Begitupun hubungannya dengan Max. Awalnya Max masih sering mendekatinya, namun lama-lama sepertinya Max juga menyerah.
"Haah," Debbie menghela nafas. Rasanya malas ke sekolah, terutama berpapasan dengan Max dan pak Landy. Nilai-nilai pelajarannya juga merosot.
Saat tiba di sekolah, Debbie melihat Max sedang ngobrol akrab dengan cewek lain. Hatinya terasa sesak. Debbie akui ia cemburu.
Debbie memperhatikan wajah cewek itu. Sepertinya teman sekelas Max juga. Rambutnya pendek, berkacamata, terlihat kutu buku.
Debbie teringat ucapan Max padanya.
"Lu berubah ya, Deb."
Sialan! Ternyata bukan dirinya yang berubah, tapi memang Max tidak ingin bersamanya lagi.
Kalau gitu, gue juga bisa cari cowok lain. Cowok nggak cuma lu doang! pikir Debbie pura-pura cuek melewati mereka berdua yang sedang santai mengobrol.
Max sempat melihat Debbie lewat dan hendak menyusul, namun cewek di sebelahnya menahannya pergi.
"Biarin, Max. Makin dikejar dia malah makin ilfil ntar," ucap cewek itu.
Max terpaksa mengikuti perkataan Adia. Adia kan cewek, jadi mungkin dia lebih mengerti, pikir Max yang sebelumnya memang curhat pada temannya soal Debbie.
...
Menjelang istirahat siang berakhir, Debbie yang sedang sendirian di toilet tiba-tiba ditarik seseorang. Debbie terkejut ketika melihat pelakunya.
Pak Landy!?
"Pak, apa yang bapak laku...hmm, hmmp..." teriakan Debbie terpotong karena pak Landy menutup mulutnya.
"Ssst jangan teriak kamu!," bisik pak Landy sambil menyeret Debbie ke ruangannya. Pak Landy segera mengunci pintu.
"Haha dari kemarin saya berusaha mencari kesempatan untuk menyetubuhimu lagi. Namun sepertinya harus main kucing-kucingan dulu. Bisa saja saya memanggilmu ke ruangan, tapi saya tidak mau orang-orang curiga," ucap pak Landy.
Debbie merasa ingin menangis, menyesal kenapa ia harus sendirian ke toilet dan kemana-mana? Max? Mendadak Debbie jadi ingat cowok itu. Ah, seandainya saja...
"Jangan pak, kan janjinya bapak hanya mengambil keperawanan saya. Ini dosa lho, pak," ucap Debbie berusaha bernego.
Namun pak Landy tidak memperdulikan ucapan Debbie. Dia langsung menerjang mulut Debbie dengan bibirnya.
"Hmm, mmm," Debbie berusaha mendorong tapi kalah kuat.
Awalnya Debbie menutup mulutnya rapat, namun pak Landy tidak hilang akal dan meremas bokong Debbie. Saat Debbie teriak, lidah pak Landy masuk mengabsen seluruh bagian mulutnya.
Debbie merasa basah di bagian bawahnya, sekaligus meneteskan air mata merasa hina.
Pak Landy langsung merebahkan Debbie di sofa dan menciumi leher dan bagian belakang telinganya. Tangan pak Landy membelai-belai payudara dan paha Debbie.
"Ng, ah, pak jangan... saya..saya akan teriak," ancam Debbie.
Pak Landy menghentikan ciumannya dan menatap tajam hingga Debbie merasa terintimidasi.
"Silakan teriak. Kita lihat siapa yang lebih malu, kamu perempuan atau saya laki-laki?"
Debbie terdiam, merasa ucapan pak Landy benar. Jika ia teriak, orang-orang akan jadi tahu skandal perbuatan mereka. Malah akan jadi lebih heboh dan kemungkinan terdengar ke telinga orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.