Hari-hari berlalu, pak Landy tidak mengusik Debbie lagi. Debbie hanyalah satu dari sekian banyak siswi korban pak Landy sehingga Pak Landy bisa bermain dengan siswi lain.
Namun, hal itu membuat kekosongan dalam diri Debbie. Jujur Debbie rindu belaian-belaian pak Landy, namun ia terlalu malu dan tidak sudi untuk meminta kepuasan pada pak Landy.
Debbie melirik Max yang sedang sibuk belajar. Max sedang berusaha meraih nilai tinggi sebagai syarat penerimaan beasiswa. Persaingan cukup ketat, karena hanya bisa diterima seorang dari setiap sekolah.
Debbie berusaha mengerti pacarnya, namun akhir-akhir ini ia jadi merasa diabaikan.
"Kaak... kita jalan-jalan, yuk!," rengek Debbie sambil memeluk Max dari belakang. Debbie berani karena mereka sekarang sedang berada di rumah Max. Orang tua Max sedang pergi.
"Ah maaf, Deb. Gue lagi sibuk. Lain kali ya," ucap Max, yang tidak mengerti kenapa Debbie ngotot ingin ikut ke rumahnya setelah pulang sekolah.
"Sebentar saja kita ke cafe, please," ucap Debbie memelas. Seandainya saja Max tahu betapa Debbie ingin seks sekarang. Debbie sedang berusaha mengalihkan pikirannya.
"Maaf, tapi gue benar-benar harus fokus untuk ujian besok," balas Max.
Debbie memperhatikan Max yang sedang serius belajar. Ketampanannya tersembunyi di balik kacamata. Namun, entah kenapa Debbie malah berdebar melihatnya.
Mata Max, hidung Max, bibir Max. Debbie menggigit bibirnya sendiri. Ia tidak tahan lagi.
"Kaak...," panggil Debbie sambil membuka kancing seragamnya.
"De.. Debbie..," ucap Max gugup melihat Debbie bertelanjang dada. Ia bisa melihat payudara Debbie menyembul di balik branya. Max langsung terangsang.
Belum usai kekagetan Max, Debbie langsung menyingkirkan e-book di pangkuan Max dan berganti dengan dirinya sendiri. Debbie memandang Max dalam-dalam dan melepas kacamata pacarnya. Hmm...tampan, pikir Debbie.
"Debbie, stop! Lu ke.."
"Ssst, diam," bisik Debbie sebelum mencium Max secara agresif.
"Hmm...mmm," Max terkejut karena serangan mendadak itu, namun lama-lama ia terlena juga. Bibir Debbie terasa sangat manis.
Tangan Debbie berusaha membuka kaos Max, Max pun membantunya. Kini mereka berdua sama-sama bertelanjang dada.
Ciuman Debbie turun ke leher Max. Debbie bisa mencium aroma tubuh Max dan dirinya semakin bergairah.
"Ah, ssh," desah Max ketika lidah Debbie bermain menjilati permukaan kulitnya. Max tidak mengerti kenapa Debbie jadi agresif begini, tapi ia tak berdaya untuk menolak.
Ciuman Debbie terus turun hingga ke dada dan perut Max.
"Ah, Debbie.."
Debbie menyeringai dan mulai menurunkan celana dan celana dalam Max. Debbie bisa melihat jelas penis Max yang sudah berdiri tegak. Tanpa ragu dan penuh nafsu, Debbie segera mengulumnya bagai lollipop.
"Ah, ah, oh, baby," desah Max merem melek.
Penis Max dihisap-hisap dan disedot. Max bisa merasakan basah dan hangatnya mulut Debbie.
"Oh, oh, fuck, Deb..bie," desah Max dengan mata terpejam. Sejak kapan Debbie pintar mengoral?
Penis Max dikulum keluar masuk mulut Debbie dengan ritme yang pas. Max sudah tak tahan lagi.
"Deb..babe, gue mau keluar," ucap Max memberi Debbie peringatan karena terakhir kali mereka main, Debbie marah-marah harus dipaksa menelan sperma Max.
Debbie pun melepas mulutnya dari penis Max. Max merasa kecewa karena tanggung. Berikutnya Max melotot ketika Debbie membuka bra, rok seragam sekaligus celana dalamnya. Kini Debbie, idola sekolah yang cantik telanjang dengan sukarela di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.