Keesokan harinya.
Sepulang sekolah, Debbie dengan berani mendatangi kelas 12 yang ditempati Ricky. Untungnya kelas Ricky belum berakhir, sehingga Debbie bisa menunggu di depan kelas.
Ketika para siswa berhamburan keluar, para siswa cowok memelototi Debbie. Wajar saja karena Debbie termasuk salah satu siswi yang cantik di sekolah, tapi itu membuat Debbie tidak gentar karena ia sedang dalam niat menegur Ricky.
Debbie akhirnya melihat Ricky dan mendekatinya. Memang tampan cowok ini, tapi pacarnya lebih tampan menurut Debbie.
"Lu yang namanya Ricky Angkasa ya?," tanya Debbie.
Ricky tidak menjawab karena perasaan Ricky tidak enak. Debbie pun tidak menunggu Ricky membuka mulut dan langsung saja menegur cowok itu.
"Gue langsung ke intinya aja ya. Lu itu nggak sepantasnya jadi murid yang menerima beasiswa, padahal lu dari keluarga mampu. Gue tahu lu mau membuktikan soal kemandirian ke orang tua lu, tapi apa hebatnya dengan mengambil hak orang lain? Hak murid yang lebih membutuhkan beasiswa itu. Lu mengorbankan orang lain untuk keinginan pribadi gitu. Itu namanya egois tau nggak?"
Semua siswa memandang tegang ke arah keduanya. Ricky terlihat melotot karena tidak menyangka ditegur di depan orang-orang seperti itu. Ia menatap tajam dan mendekati Debbie.
"Emang lu siapa atur-atur gue?," tanya Ricky dengan nada mengancam.
"Debbie!," panggil Max, ia kaget melihat kerumunan orang-orang di kelas sebelah. Ternyata ia melihat Debbie yang sedang melabrak Ricky.
Max buru-buru masuk untuk menengahi mereka berdua.
"Nah, ini cowok lu datang. Perlu gue kasih tahu nggak nih?," ucap Ricky.
"Apaan?," tanya Debbie.
"Masa sih urusan begini harus dibantuin ceweknya. Nggak tahu malu lu, Maxie," jawab Ricky sambil tersenyum sinis.
Bukan Max yang marah, tapi malah Debbie yang emosi mendengar ucapan Ricky.
"Heh, lu itu udah merampas hak orang lain, paham nggak? Nilai Max cuma beda tipis dari lu. Harusnya dia yang dapat beasiswa, bukan lu yang dari keluarga mampu. Tau diri, donk!"
"Debbie!," panggil Max sambil menarik tangan Debbie keluar dari ruang kelas.
Ricky hanya bisa geleng-geleng melihat mereka berdua pergi. Kayak Nobita dan Shizuka aja, kok mereka bisa jadian sih? Ricky tak habis pikir.
Max membawa Debbie ke ruang kelas yang sepi dan kosong.
"Kita perlu bicara, apa itu tadi?," tanya Max.
"Gue cuma mau bantu lu. Memang lu nggak sadar gara-gara dia, kesempatan lu jadi hilang?"
"Gue nggak minta dibantu."
Debbie tak mempercayai kalimat Max. Padahal dia baru saja membela pacarnya, tapi pacarnya malah merespon begitu.
"Tolong jangan begitu lagi. Lu malah mempermalukan gue tau nggak," ucap Max.
Apaa?! Debbie mulai marah dan tidak terima atas ucapan sadis Max.
"You're such a loser! Nilai lu kalah darinya. Bahkan lu nggak berjuang setelah tahu faktanya! Pathetic," ucap Debbie tidak mau kalah sadis.
Max menarik nafasnya berusaha mengontrol emosi mendengar hinaan dari Debbie.
"Terserah lu aja," ucap Max sebelum keluar kelas meninggalkan Debbie yang terpana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.