Sekarang Debbie, Max dan Ricky berada di ruang kelas yang kosong.
"Apaan itu tadi?," tanya Ricky.
"Bukan urusan lu sih sebenarnya," jawab Debbie.
"Dia maksa lu ya, Deb? Ngomong jujur aja, jangan takut," lanjut Ricky.
Max yang mendengarnya benar-benar marah.
"Dia melakukannya dengan senang hati, lu cuma ganggu!," ucap Max.
"Apa lu bilang?," tanya Ricky mulai maju. Tangannya sudah mengepal siap berantem.
"Stoop!," teriak Debbie menengahi kedua cowok ini.
"Deb, kita dekat selama ini. Bukannya lu bilang udah putus?," tanya Ricky.
"Diam, deh!," ucap Debbie.
"Apa?," tanya Max kaget.
"Jangan dengarin dia," ucap Debbie.
"Tapi kayaknya menarik. Lanjut, bro," ucap Max yang terlanjur penasaran.
"Awal gue ngedekatin Debbie, ngakunya hubungan kalian berdua udah putus. Jadi gue lanjut aja terus. We are having a good time together. Minggu kemarin kita jalan-jalan seharian. Malamnya gue nembak dia dan kata Debbie mau pikir-pikir dulu," ucap Ricky panjang lebar.
Wajah Max langsung memerah mendengar pernyataan Ricky.
"Wow, jadi lu mempertimbangkan untuk pacaran sama dia, Deb? Sementara hari ini kita..."
"Kaak...," Debbie merasa bersalah.
"No, Deb. Gue mau sendirian," ucap Max terdengar kecewa.
"Lu selalu kayak gitu deh! Kabur melulu tiap ada masalah!," balas Debbie marah.
"Sorry, lagi nggak mood," ucap Max sebelum keluar kelas meninggalkan Debbie dan Ricky berdua saja.
"Moody-an ya cowok lu," ucap Ricky tanpa merasa bersalah setelah Max pergi.
"Not helpful!," ketus Debbie.
"Jadian aja sama gue atau... mau gue sebar kejadian hari ini?," tanya Ricky menyeringai.
Kenapa sih cowok-cowok yang mengajaknya pacaran harus pakai ancaman semua? Baik Max maupun Ricky, pikir Debbie lelah. Debbie pun menertawai ancaman Ricky.
"Kenapa ketawa?," tanya Ricky bingung. Debbie pun mendekatinya tanpa takut.
"Sebar aja. Nggak akan ada yang percaya karena nggak ada bukti. Lagipula lihat aja penampilan Max," ucap Debbie sambil tersenyum sinis.
Ricky terdiam dan kepikiran. Benar juga, penampilan Max yang bak kutu buku dan nerd kayak gitu mana ada yang percaya kalau sudah nggak perjaka, apalagi dengan cewek secantik Debbie. Semua orang mengira kalau Max itu cowok baik-baik.
"Yah, kalau lu tetap mau sebar terserah sih. Palingan nama lu yang jelek karena mereka akan mikir lu dendam akibat gue tolak," ucap Debbie sebelum pergi, meninggalkan Ricky yang terpana.
"Shit! I won't give up until you're become mine, Debbie!," gumam Ricky sendirian.
...
Kenapa jadi begini? Baru saja sedetik ia dan Max berbaikan tapi sudah bertengkar lagi, pikir Debbie.
Silent treatment kali ini jujur membuat Debbie takut. Ia merasa Max benar-benar akan meninggalkannya. Setiap malam Debbie menangis. Setiap hari Debbie menurunkan harga dirinya dengan mengirimi Max pesan singkat. Namun pesannya hanya sekedar dibaca tanpa balasan. Di sekolah pun jika berpapasan dengan Debbie, Max cuek dan pura- pura tidak melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.