Happy reading. Cerita klasik dan klise aja. Moga suka.
🌺🌺🌺
“Ghan! Dicariin Meta.” Sari melongok ke dalam kamar putranya yang baru datang itu. Ghani tidak selalu pulang ke rumah karena memilih tinggal di tempat usahanya—ruko. “Temuin gih,” perintah Sari sebelum meninggalkan kamar Ghani.Pria kelahiran 37 tahun lalu itu mengembuskan napas lelah sebelumberanjak dari ranjang. Mau apa lagi gadis itu? Apa tidak capek selalu mencari perhatiannya yang tidak mungkin didapatnya? Ia pun mengganti baju dengan yang lebih santai lalu turun menemui Meta, si gadis keras kepala.
Suara tawa gadis itu terdengar dari teras belakang, begitu pula suara ibunya. Ghani membawa kakinya ke belakang untuk menemui Meta jika tidak ibunya akan marah karena sudah mengabaikan tamu, bagaimanapun Meta tamu yang patut dihormati walaupun tetangga depan rumah yang sering kemari.
“Wes Tante masuk dulu ya, Me, mau tidur. Capek banget.” Sari berdiri meninggalkan dua manusia berbeda jenis tersebut. Wanita yang sudah tidak muda lagi itu memberi ruang bagi keduanya ya walaupun ia tahu tujuan Meta kemari untuk Ghani.
“Iya Tante!” ujar Meta sambil mengangguk. Ia kemudian menghadap Ghani yang terlihat ganteng dengan kaus polo polos dan celana chinos pendek. “Mas, lusa temenin aku ke acara nikahan temenku ya. Nggak enak datang sendiri. Mau kan, Mas?”
“Kapan?” tanya Ghani sambil lalu. Ia juga tak melihat Meta tapi pada ponselnya.
“Tanggal sepuluh jam enam sore. Bisa kan, Mas? Tempatnya agak jauh terus yang lainnya pada berangkat sama cowoknya sendiri-sendiri masa aku sendirian.” Tidak sepenuh bohong tapi cukup kuat untuk alasan agar bisa datang bersama Ghani.
Pria itu mengangguk. Untuk sekarang ini lebih baik begitu daripada mendengar renggekan Meta yang buat telinga sakit. “Kamu kok tahu kalau Mas di sini?” Ghani melanjutkan mengirim pesan dengan salah satu teman kuliahnya dulu yang ingin mengajaknya bertemu.
Meta beranjak dari sofa yang ia duduki dan pindah di sebelah Ghani. Ia mengambil semangka yang sudah ia potong-potong tadi sebelum kemari. “Dikasih tahu Mas Aan. Tadi aku ke sana terus pas aku di depan dia, Mas Aan langsung bilang kalau Mas pulang ke rumah.”
Ghani berhenti mengetik, menoleh ke samping di mana Meta duduk dan tengah meliihatnya. “Kamu nggak capek ngejar aku terus?” Gadis itu menggeleng. “Berhenti, Me. Mas lagi nggak main cinta-cintaan. Cari cowok lain yang bisa kamu ajak main cinta-cintaan.”
“Aku juga lagi nggak main cinta-cintaan, Mas,” sahut Meta cepat. Rasanya begitu kesal saat ketulusannya diremehkan. “Aku beneran cinta sama Mas. Beneran suka dan beneran sayang sama Mas.”
Pria itu menatap Meta dengan lekat, menyelami binar mata wanita di depannya ini dengan seksama. Ada kebulatan tekad di dalamnya, ketulusan tapi Ghani terlalu pengecut untuk mempercayainya. “Tapi Mas nggak cinta sama kamu.” Ghani berdiri bersiap meninggalkan Meta tapi tangannya ditarik oleh perempuan tersebut.“Kasih aku alasannya Mas. Kenapa Mas nggak bisa cinta sama aku. Apa karena aku adiknya Mbak Rara? Apa Mas masih cinta Mbak Rara? Apa Mas nyesal putus sama Mbak Rara?” Meta menuntut jawaban yang selama ini ia duga-duga tanpa kejelasan. “Kenapa, Mas?” tuntut Meta tanpa melepas pegangannya di tangan Ghani.
Sorot mata keduanya bertabrakan dengan makna masing-masing, saling melawan tanpa ada yang menyerah. Untuk sesaat suasana hening dan tegang tercipta seolah mereka berdua berada dalam dimensi lain. “Seperti itu,” ujar Ghani tak menampik tudingan Meta jika itu bisa membuat Meta menjauh darinya.
Sesungguhnya sangat mudah mencintai Meta. Perempuan itu sangat menyenangkan, lembut, dan sabar tapi Ghani belum siap mencintainya. Bayangan Rara masih bercokol kuat dalam ingatannya hingga menyebabkan nyeri di dadanya. Wanita yang ia gadang-gadang sebagai teman di kala senjanya itu merusak semuanya karena kesenangan sesaat yang berujung kehancuran hubungan mereka.
🌺🌺🌺Cerita selengkapnya di Karyakarsa ya. LyRa_R3 udah up. Cus pake link di bio 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Takluk (Cerpen)
Short StoryMeta pergi membawa luka karena penolakan Ghani. Saat ia terbiasa, Ghani datang membawa cinta. Lalu apa yang akan Meta lakukan saat pria itu di hadapan menawarkan segala janji manis bagi mereka?