Awalnya Max kurang nyaman jadi pusat perhatian, namun lama-lama ia menikmatinya juga. Siapa yang tidak suka dengan suara cewek-cewek yang berteriak kagum padanya, kecuali Adia.
Max bingung kenapa Adia malah berubah dan menjauh. Max pun mengamati cewek itu di kelas dan mengirim pesan pada Adia.
Max
Kenapa lu menghindar?Adia melirik Max sekilas, namun buru-buru ia memalingkan wajah lagi.
Adia
Nggak tahu, rasanya anehMax
Aneh kenapa?Adia
Nggak tahu, Maxie. Cuma kayaknya kita jangan dekat-dekat dulu, deh. Feeling gue nggak sregMax
Kok jadi gini, sih? Sebelumnya nggak kenapa-napa? Nanti istirahat ke kantin, yukAdia
Nggak usaah, gue lagi mau berdua aja sama MarshaMax
Kita makan bertigaan ajaAdia tidak membalas lagi pesan dari Max. Ia harap Max tidak memaksa mendekatinya lagi. Penampilan Max berubah jadi orang lain.
Kriing!! Bel istirahat pun berbunyi.
Para cewek langsung mengerubungi Max untuk mengajak ngobrol dan bertanya soal mata pelajaran, Max tak kuasa menolak.
Adia muak melihatnya."Marsha, ke kantin yuk!," ajak Adia pada temannya. Max mendengarnya dan mau ikut namun terhalang gerombolan cewek itu.
...
Di kantin
Adia dan Marsha sedang makan sambil berbincang.
"Adia, lu kan dekat sama Max, kenapa nggak pacaran aja?," tanya Marsha tiba-tiba, membuat Adia hampir tersedak.
"Apa, ih?! Gue dan dia cuma temenan ya, Marsha."
"Sayang banget, padahal Max ternyata sekiyut itu. Jangan-jangan lu udah tau dari dulu?," tanya Marsha lagi. Adia menggeleng.
"Hmm... kalau lu nggak suka, boleh dong promosiin gue ke dia?," pinta Marsha.
Adia memandang malas pada temannya, tidak menyangka ternyata Marsha berpikir begitu.
"No way, Marsha. Kasihan Max kalau pacaran sama lu. Nanti kalau bosen, lu main putus-putus aja. Just like what you did to Theo, Yudi, Ivan, Gilang. Gue tau lu!"
"Iya...iya, lagian gue cuma bercanda, kok."
Adia langsung menjitak ringan kepala Marsha. Kemudian mereka melihat Debbie dan geng Ricky masuk kantin bersama.
Marsha terpesona pada ketampanan Ricky. Ricky sempat bertatap mata pada Marsha, yang membuat cewek itu meleleh.
"Omg, dia ngeliat gue, Adia! Si famous Ricky menatap gue!," ucap Marsha kegirangan.
Adia tidak mengubris ocehan temannya, sebaliknya Adia malah memperhatikan Debbie. Adia akui memang Debbie salah satu cewek tercantik di sekolah, kulitnya putih mulus, rambutnya panjang dan indah, mata hidung mulut terkomposisi sempurna. Jujur, Adia iri dan juga cemburu.
But wait? Kenapa Debbie menatap dirinya seolah-olah ingin menelanku hidup-hidup, pikir Adia.
"Kenapa lihatin gue, Barbie?," ketus Adia.
Debbie semakin menatap tajam padanya. Peduli amat, pikir Adia.
"Nama gue Debbie, bukan Barbie!"
"Ooh, maaf. Oke, Barbie... eh, Debbie," ucap Adia sambil cekikikan bersama Marsha.
Debbie tahu Adia sedang mengejeknya. Di luar dugaan, Debbie menuntun Ricky mendekat.
"Dia mengejekku! Beri dia pelajaran," adu Debbie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.