Kabar Max dan Adia berpacaran pun menyebar seperti kebakaran hutan. Tidak luput dari telinga Debbie.
"Lu nggak tahu ya, Deb?," tanya temannya.
"Apa?," tanya Debbie bingung.
"Max dan Adia pacaran."
"Beneran?"
"Iya, lu lihat aja sendiri kalau ketemu mereka."
Debbie yang penasaran langsung mengecek kebenaran informasi itu saat istirahat. Ia diam-diam mengintip ke area kelas 12.
Debbie melihat Max dan Adia yang sedang tertawa dan bercanda bersama sambil bergandengan tangan. Ternyata benar!
Debbie perih hati, tapi apa haknya untuk marah? Max bukan lagi miliknya.
...
Sementara itu, Max dan Adia yang baru jadian sedang kasmaran. Saat weeken, Max suka menjemput Adia untuk main di rumahnya.
Berbeda dengan Debbie yang hobinya jalan-jalan ke mal, Adia tidak masalah seharian di rumah dan bermain games bersama Max.
"Kalau sama Debbie, lu main games kayak gini juga?," tanya Adia sambil melihat layar TV.
"Hmm... nggak juga," jawab Max sambil menatap layar TV. Jari-jari sibuk di konsol masing-masing.
"Pasti dia benci lu main game ya?"
Max diam, ia jadi teringat Debbie. Walau cewek itu tidak bisa main game, tapi Debbie tidak pernah masalah akan hobinya satu ini. Bahkan kadang cewek itu setia menontonnya bermain.
Adia jadi menyesal mengungkit-ungkit Debbie, sekarang ia melihat wajah Max sedikit sendu. Adia sedih dan bertanya-tanya dalam hati apa Max masih mencintai Debbie?
Max yang menyadari Adia diam saja segera menoleh dan kaget mendapati Adia menangis.
"Adia, kenapa?," tanya Max kaget dan menghentikan permainan gamenya.
"Nggak apa-apa," jawab Adia.
"Kalau nggak apa-apa kenapa nangis?," tanya Max.
Adia mengusap air matanya sendiri dan melihat ke arah Max.
"Nih, lihat! Gue udah nggak nangis kan?," ucap Adia tersenyum.
Lu pikir gue bodoh ya? Batin Max menatap mata Adia sambil mencoba menerka isi kepala pacar barunya ini.
"Gue mau pulang," ucap Adia mendadak berdiri.
"Hah? Jangan bercanda, baru juga sebentar," ucap Max ikut berdiri.
Adia tidak mengubrisnya. Sudah dua bulan mereka berpacaran, tapi ia merasa Max belum sepenuhnya move on. Adia bisa merasakan perasaan rindu Max pada Debbie setiap Adia mengungkit-ungkit cewek itu.
"Adia," Max menahan tubuh Adia sebelum cewek itu keluar pintu kamar.
Max membalikkan tubuh Adia agar mengarah padanya, namun Adia enggan melihat wajah Max.
"Adia, lihat gue," ucap Max sambil menaikkan dagu Adia.
Adia agak mendongak karena perbedaan tinggi mereka cukup lumayan. Ia bisa melihat tatapan mata Max yang khawatir.
Max sendiri mengamati mata Adia yang sedih. Reflek ia mencium kening cewek itu untuk menghibur.
"Gue sayang lu," bisik Max.
Kalimat itu membuat hati Adia sedikit lega, namun ia masih merasa ada yang kurang. Max segera menghilangkan keraguan dengan mencium bibir Adia.
Ciuman pelan bibir bertemu bibir, kemudian Max mulai membuka mulut Adia untuk memasukkan dan memainkan lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.