Kabar berakhirnya hubungan Max dan Adia segera menyebar, namun tidak ada yang tahu alasan mereka putus.
"Beda pendapat, kita lebih cocok temenan," jawab Adia setiap ditanya.
"No komen," jawab Max setiap ditanya.
Namun terlihat jelas Max dan Adia menjauh setelah putus, tapi orang-orang tidak terlalu peduli juga. Kebanyakan mereka hanya penasaran, beberapa cewek malah senang.
Salah satu yang senang adalah Debbie, namun ia sedih juga karena tidak bisa apa-apa karena masih ditawan Ricky.
...
Hari demi hari berlalu, hingga suatu hari Debbie jatuh sakit. Kepalanya pusing, tubuhnya lemah dan perutnya mual. Sudah dua hari dia absen sekolah, tapi tidak ada yang merawat Debbie.
Sambil memakan pop mie, Debbie pun menangis merasa kesepian teringat ibunya yang tidak ada di rumah lagi. Calon ibu tirinya juga sedang sibuk mengurus ayahnya yang rawat inap karena operasi usus buntu.
"Gue nggak boleh gini," gumam Debbie sambil menghapus air mata. Ia pun mencari ponsel yang bekas dipakai ibunya di gudang. Debbie menemukan ponsel dalam kondisi mati.
"Semoga masih nyala," gumam Debbie sambil memasukkan pola huruf "D" untuk Debbie. Untungnya ponsel tersebut hidup dan masih dalam kondisi bagus.
Debbie senang bukan main. Ia segera menuju ke kamar dan bernostalgia melihat isi ponsel yang penuh dengan foto-foto kecilnya bersama ibunya. Debbie memandangnya sambil tersenyum haru. Walaupun ibunya sudah menelantarkannya, tapi Debbie tetap rindu.
"Mama dimana sekarang? Mama baik-baik aja kan? Debbie kangen," gumam Debbie teringat hari kepergian ibunya beserta surat yang ditinggalnya.
Hal itu membuat Debbie teringat pada Max dan mendapat ide untuk menghubungi mantannya dengan ponsel ibunya. Ricky tidak mungkin tahu! Pikir Debbie yang segera mengirim pesan pada Max.
0812xxxxxxx
Mampir ke rumah, gue lagi sakit. Ini bekas ponsel mama.Max yang menerima pesan itu bingung siapa yang mengirim.
Max
Siapa ya?0812xxxxxxx
DebbieMax melotot pada layar ponselnya tidak percaya. Ia senang Debbie mengiriminya pesan duluan. Max segera membalas.
Max
On my wayDebbie tersenyum membaca reaksi Max. Ia tahu cowok itu akan segera datang begitu mendengar dirinya sakit.
Max mengendarai motornya agak mengebut. Ia sudah tidak sabar menemui Debbie, bidadarinya. Apalagi mendengar cewek itu sakit.
Tidak berapa lama kemudian, Debbie mendengar suara deru motor. Debbie sudah hafal siapa yang datang. Ia segera menyambut Max.
"Kaak!," panggil Debbie dari atas tangga pada Max yang baru datang.
"Debbie!!," ucap Max senang, ia langsung menaiki tangga memeluk cewek itu. Max lalu menyandarkan Debbie di dinding dan menciuminya.
"Hmm...mmm...mmm," desah Debbie ketika bibir dan lidah Max mengobrak-abrik mulutnya. Debbie kaget, namun ia pasrah saja.
"Lu lagi sakit? Badan lu anget," tanya Max meletakkan tangannya di dahi Debbie.
"Nggak apa-apa," jawab Debbie.
"Diukur dulu, yuk," ucap Max menggandeng Debbie ke kamar. Debbie hanya tersenyum senang karena sudah ada dokter Max.
"Anget nggak?," tanya Debbie setelah Max mengukur suhu tubuhnya dengan termometer.
"Lumayan, kita ke dokter ya," balas Max khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.