Saat Max tertidur, Debbie melihat ponsel Max yang tergeletak di sisi kasur. Rasa penasarannya pun mencuak. Ia mengambil ponsel itu dan membukanya.
Debbie cukup sakit hati melihat bekas chattingan antara Max dan Adia saat mereka pacaran, terlihat sangat akrab. Apalagi melihat foto-foto mereka bersama, terlihat sangat bahagia.
Debbie melirik sebal pada Max yang sedang tidur, tapi wajah tampannya membuat Debbie tidak jadi marah. Ia memutuskan memaafkan Max, karena saat itu Debbie dan Max tidak ada hubungan apa-apa. Lalu sekarang? Debbie bingung.
...
"Hei, bangun! Udah sore," ucap Debbie membangunkan Max sambil menepuk-nepuk pipinya.
Max membuka matanya perlahan dan langsung tersenyum melihat wajah cantik Debbie.
"Makan, yuk! Lu pasti lapar," ajak Debbie menggandeng Max menuju ruang makan, sebelumnya disuruh berpakaian dulu.
Setibanya di ruang makan, Max terkejut melihat sepanci sup. Ia memandang Debbie tak percaya.
"Apa? Kaget ya lihat gue masak? Sini, duduk!," ucap Debbie.
Mereka berdua pun berbincang sambil makan. Max mengamati Debbie yang makan dengan lahap.
"Lu udah sehat kan? Habis makan, gue pulang ya," ucap Max.
Debbie melihat ke arah Max dan meletakkan sendok garpunya.
"Kak...... pacaran lagi yuk!," ucap Debbie tanpa basa-basi. Max menatapnya serius.
"Lalu cowok lu sekarang?," tanya Max.
"Diam-diam aja. Lu... nggak mau ya?," tanya Debbie dengan mata penuh harap. Debbie sudah memikirkan masak-masak, ia akan mengatur semulus mungkin untuk membagi waktu dengan dua cowok.
Tentu saja Max mau, hal yang dia ingini sejak dulu. Menjalin hubungan lagi dengan Debbie.
"Oke," jawab Max sambil tersenyum. Demi Debbie, ia siap menghadapi apapun termasuk geng Ricky.
Debbie pun tersenyum bahagia dan menyuapkan bakso untuk Max.
"Lu lagi ngapain?," tanya Debbie melihat Max sibuk dengan ponselnya.
"Oh, ini. Lomba pembuatan program aplikasi dari perusahaan start-up untuk pelajar, gue ikut itu," jawab Max.
"Really? Sama kayak Ricky, dong," balas Debbie.
"Oh, ya? Dia ikut lomba ini juga?," tanya Max.
"Iya, dia ikut juga. Dia bikin game."
"Game?"
"Iya, kalau lu bikin apa?," tanya Debbie.
"Program aplikasi yang bisa membantu menuntun orang-orang dalam mal," jawab Max.
"Sorry, gue nggak ngerti."
"Gini... kan mal itu besar dan kadang orang suka nyasar atau mencari-cari toko tertentu. Agak repot kalau bertanya ke bagian informasi kalau posisinya jauh, sedangkan nggak di setiap mal ada peta. Kalaupun ada, kalau posisinya jauh juga merepotkan. Makanya gue bikin aplikasi ini, jadi nanti bisa langsung mengarahkan orang ke toko itu," Max menjelaskan dengan sabar pada Debbie.
"Gue ngerti... hmm, pacarku pintar sekali," ucap Debbie bangga.
"Thanks, Debbie. Lu adalah sumber inspirasi gue."
"Gue?," tanya Debbie.
"Iya, gue sempat mikir mau bikin aplikasi apa. Saat jalan ke mal, gue ingat lu yang suka kesulitan cari toko atau restoran. Jadi gue pikir boleh juga bikin itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.